Bubur India, Kuliner Ramadhan yang Melegenda
A
A
A
SEMARANG - Salah satu kuliner khas yang selalu tersaji setiap Ramadhan sebagai menu berbuka puasa di Kota Semarang yaitu bubur India.
Bubur India ini memang unik jika dibandingkan dengan bubur pada umumnya. Selain namanya yang ada embel-embel “India”, kuliner tersebut merupakan tradisi turun-temurun dari generasi sebelumnya yang disiapkan di Masjid Pekojan, Purwodinatan, Semarang, Jawa Tengah.
Masjid yang berlokasi di Jalan Pekojan, Semarang ini berada tidak jauh dari kawasan Pecinan Semarang, yang juga banyak menaungi warga keturunan atau pedagang yang berasal dari Arab dan Gujarat, India.
Para pedagang itu sekarang menetap dan tinggal lama di kawasan tersebut. Kuliner legendaris yang sudah berumur sekitar satu abad ini awalnya dibawa oleh tradisi para pedagang asal Gujarat yang kerap membuat hidangan bubur, sehingga bubur ini dikenal dengan nama bubur India sampai sekarang.
Tradisi menyajikan bubur India di masjid itu seperti tak lekang oleh waktu, terbukti hingga saat ini masih terus dipertahankan. Sedangkan pembuat atau peracik bubur India, juga diturunkan yang saat ini sudah sampai generasi keempat.
Salah seorang peracik bubur khas ini, Ali Baharun, mengungkapkan bahwa tradisi membuat bubur India sudah berlangsung sejak berdirinya masjid, sekitar satu setengah abad lalu.
Jadi, tradisi menyajikan bubur untuk jamaah dan warga sekitar masih bertahan sampai sekarang. “Sekali masak sampai 20 kg beras per hari, lalu ditambah sayur lodeh, telur, jipang, dan kadang ada gulai. Sedangkan rempahnya macam-macam, ada kayu manis, jahe, laos, dan serai.
Ini semua sumbangan dari masyarakat, kita hanya melayani dengan membuatnya,” ungkap Ali. Untuk pembuatan dan mempersiapkan bubur India, Ali dibantu beberapa warga sekitar. Saat ini masjid mampu menyiapkan 150-200 porsi bubur tiap hari.
Pihaknya juga memberikan kepada warga yang ingin meminta bubur dengan membawa tempat sendiri. “Untuk proses memasaknya di area masjid. Dimulai dari habis zuhur hingga sore.
Kemudian disiapkan di teras masjid dengan buah kurma untuk berbuka jamaah,” ungkapnya. Salah seorang warga bernama Dani mengaku penasaran dengan sajian kuliner khas di Masjid Pekojan Semarang ini.
Alhasil, setiap kali Ramadan ia selalu menyempatkan diri untuk berbuka di masjid tersebut. Menurutnya, hidangan menu bubur India berbeda dengan bubur kebanyakan karena ada sayur dan juga buah kurma. “Rasanya enak dan sedap. Selain itu, bisa membuat kenyang atau untuk sekadar membatalkan puasa,” ujarnya. (Ahmad Antoni)
Bubur India ini memang unik jika dibandingkan dengan bubur pada umumnya. Selain namanya yang ada embel-embel “India”, kuliner tersebut merupakan tradisi turun-temurun dari generasi sebelumnya yang disiapkan di Masjid Pekojan, Purwodinatan, Semarang, Jawa Tengah.
Masjid yang berlokasi di Jalan Pekojan, Semarang ini berada tidak jauh dari kawasan Pecinan Semarang, yang juga banyak menaungi warga keturunan atau pedagang yang berasal dari Arab dan Gujarat, India.
Para pedagang itu sekarang menetap dan tinggal lama di kawasan tersebut. Kuliner legendaris yang sudah berumur sekitar satu abad ini awalnya dibawa oleh tradisi para pedagang asal Gujarat yang kerap membuat hidangan bubur, sehingga bubur ini dikenal dengan nama bubur India sampai sekarang.
Tradisi menyajikan bubur India di masjid itu seperti tak lekang oleh waktu, terbukti hingga saat ini masih terus dipertahankan. Sedangkan pembuat atau peracik bubur India, juga diturunkan yang saat ini sudah sampai generasi keempat.
Salah seorang peracik bubur khas ini, Ali Baharun, mengungkapkan bahwa tradisi membuat bubur India sudah berlangsung sejak berdirinya masjid, sekitar satu setengah abad lalu.
Jadi, tradisi menyajikan bubur untuk jamaah dan warga sekitar masih bertahan sampai sekarang. “Sekali masak sampai 20 kg beras per hari, lalu ditambah sayur lodeh, telur, jipang, dan kadang ada gulai. Sedangkan rempahnya macam-macam, ada kayu manis, jahe, laos, dan serai.
Ini semua sumbangan dari masyarakat, kita hanya melayani dengan membuatnya,” ungkap Ali. Untuk pembuatan dan mempersiapkan bubur India, Ali dibantu beberapa warga sekitar. Saat ini masjid mampu menyiapkan 150-200 porsi bubur tiap hari.
Pihaknya juga memberikan kepada warga yang ingin meminta bubur dengan membawa tempat sendiri. “Untuk proses memasaknya di area masjid. Dimulai dari habis zuhur hingga sore.
Kemudian disiapkan di teras masjid dengan buah kurma untuk berbuka jamaah,” ungkapnya. Salah seorang warga bernama Dani mengaku penasaran dengan sajian kuliner khas di Masjid Pekojan Semarang ini.
Alhasil, setiap kali Ramadan ia selalu menyempatkan diri untuk berbuka di masjid tersebut. Menurutnya, hidangan menu bubur India berbeda dengan bubur kebanyakan karena ada sayur dan juga buah kurma. “Rasanya enak dan sedap. Selain itu, bisa membuat kenyang atau untuk sekadar membatalkan puasa,” ujarnya. (Ahmad Antoni)
(nfl)