Menghirup Lemon dan Vanila Bisa Membantu Berhenti Merokok
A
A
A
JAKARTA - Menghirup lemon, vanilla atau pappermint dipercaya dapat membantu menahan keinginan untuk merokok hingga berhenti merokok. Menurut penelitian baru dari Amerika Serikat, aroma-aroma yang menyenangkan dapat membantu meredakan mengidam tembakau.
Penelitian ini dilakukan oleh para ilmuwan di University of Pittsburgh, yang mempelajari 232 perokok berusia antara 18—55 tahun, yang tidak berusaha menghentikan kebiasaan merokok. Peserta diminta untuk tidak merokok selama delapan jam sebelum percobaan. Mereka kemudian diminta untuk memberi peringkat aroma favorit.
Dialnsir dari Times Now News, cokelat, vanila, apel, lemon dan peppermint adalah beberapa aroma yang digunakan dalam penelitian ini. Sebagai bagian dari uji coba, peserta diminta untuk memegang rokok yang menyala tetapi tidak merokok, kemudian mengevaluasi intensitas keinginan mereka untuk merokok pada skala 1—100.
"Setelah memadamkan rokok, peserta kemudian mencium bau yang paling enak, aroma tembakau atau wadah kosong, sebelum kembali menilai keinginan mereka untuk merokok," kata Michael Sayette, PhD, dari University of Pittsburgh sekaligus penulis utama penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Abnormal Psychology ini.
Skor rata-rata keinginan setelah menyalakan rokok adalah sekitar 82%. Tidak peduli bau apa yang mereka cium, semua peserta studi mengalami penurunan keinginan untuk merokok setelah mencium wadah. Namun, skor keinginan rata-rata turun 19 poin pada mereka yang mencium aroma yang menyenangkan, dibandingkan dengan 11,7 poin untuk mereka yang mencium tembakau atau 11,2 poin untuk mereka yang mencium wadah kosong.
Menghirup aroma yang menyenangkan dapat membantu mengurangi keinginan untuk merokok, setidaknya untuk sementara waktu. "Menggunakan bau yang menyenangkan untuk mengganggu rutinitas merokok akan menawarkan metode yang berbeda dan novel untuk mengurangi hasrat, dan hasil kami untuk tujuan ini sangat menjanjikan," tanbah Dr. Sayette.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari empat juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit terkait tembakau, sama dengan satu kematian setiap delapan detik. Jika tren saat ini terus berlanjut, WHO memperkirakan bahwa kematian terkait tembakau tahunan dapat mencapai 10 juta pada tahun 2030.
Penelitian ini dilakukan oleh para ilmuwan di University of Pittsburgh, yang mempelajari 232 perokok berusia antara 18—55 tahun, yang tidak berusaha menghentikan kebiasaan merokok. Peserta diminta untuk tidak merokok selama delapan jam sebelum percobaan. Mereka kemudian diminta untuk memberi peringkat aroma favorit.
Dialnsir dari Times Now News, cokelat, vanila, apel, lemon dan peppermint adalah beberapa aroma yang digunakan dalam penelitian ini. Sebagai bagian dari uji coba, peserta diminta untuk memegang rokok yang menyala tetapi tidak merokok, kemudian mengevaluasi intensitas keinginan mereka untuk merokok pada skala 1—100.
"Setelah memadamkan rokok, peserta kemudian mencium bau yang paling enak, aroma tembakau atau wadah kosong, sebelum kembali menilai keinginan mereka untuk merokok," kata Michael Sayette, PhD, dari University of Pittsburgh sekaligus penulis utama penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Abnormal Psychology ini.
Skor rata-rata keinginan setelah menyalakan rokok adalah sekitar 82%. Tidak peduli bau apa yang mereka cium, semua peserta studi mengalami penurunan keinginan untuk merokok setelah mencium wadah. Namun, skor keinginan rata-rata turun 19 poin pada mereka yang mencium aroma yang menyenangkan, dibandingkan dengan 11,7 poin untuk mereka yang mencium tembakau atau 11,2 poin untuk mereka yang mencium wadah kosong.
Menghirup aroma yang menyenangkan dapat membantu mengurangi keinginan untuk merokok, setidaknya untuk sementara waktu. "Menggunakan bau yang menyenangkan untuk mengganggu rutinitas merokok akan menawarkan metode yang berbeda dan novel untuk mengurangi hasrat, dan hasil kami untuk tujuan ini sangat menjanjikan," tanbah Dr. Sayette.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari empat juta orang meninggal setiap tahun karena penyakit terkait tembakau, sama dengan satu kematian setiap delapan detik. Jika tren saat ini terus berlanjut, WHO memperkirakan bahwa kematian terkait tembakau tahunan dapat mencapai 10 juta pada tahun 2030.
(alv)