Berimajinasi di Floating Utopias

Senin, 01 Juli 2019 - 13:24 WIB
Berimajinasi di Floating Utopias
Berimajinasi di Floating Utopias
A A A
SUDAH ada rencana ke mana untuk mengisi liburan pertengahan tahun ini? Ada banyak tempat menarik yang bisa Anda kunjungi, namun jika hanya punya waktu singkat untuk berpelesir ke Singapura bisa jadi pilihan pertama.

Apalagi ada pameran terbaru di Art-Science Museum yang sudah terkenal sebagai artspace yang menarik di jantung kota. Art Science Museum mengundang para pengunjung untuk berjalan-jalan ke dunia alternatif, Floating Utopias melalui pameran terbaru yang telah dibuka akhir Mei 2019 lalu. Floating Utopias masih akan berlangsung dari 25 Mei hingga 29 September 2019, jadi ini akan menjadi satu kesempatan singkat yang menarik untuk mengunjunginya bersama teman maupun keluarga.

Sejak kali pertama balon udara menghiasi langit di abad ke-18, objek tiup telah mengilhami imajinasi publik akan mimpi utopis seperti kastil di langit, laboratorium terapung, dan kota-kota di atas awan.

Floating Utopias adalah pameran yang riang nan puitis mengeksplorasi sejarah sosial dari beragam objek tiup hingga memperlihatkan bagaimana mereka telah berkontribusi dalam karya seni, arsitektur, dan kegiatan sosial selama beberapa dekade terakhir.

Pengunjung dapat menantikan pengalaman visual yang memukau melalui lebih dari 40 karya seni dirancang oleh sedikitnya 15 seniman lokal dan internasional, termasuk Ant Farm, Tools for Action (Artúr van Balen dan Tomás Espinosa), Event structure Research Group, Anna Hoetjes, Luke Jerram, Franco Mazzucchelli, Ahmet Ö?üt, Marco Barotti, Tomás Saraceno, Graham Stevens, The Yes Men, dan UFO.

Hasil karya yang mengesankan dari beragam objek tiup tersebut akan disampaikan melalui delapan patung berskala besar berisi udara dan tergantung di dalam galeri sehingga menciptakan serangkaian momentum dramatis di sepanjang pameran. Dengan penemuan balon udara panas, untuk pertama kalinya umat manusia bisa melampaui batas dari hanya sekadar memijakkan kaki di tanah dan mulai mengeksplorasi bumi dari atas langit.Floating Utopias mengajak pengunjung bereksplorasi bagaimana penemuan penting ini membentuk pemahaman kita atas dunia dan tempat tinggal kita di dalamnya. Hal ini menunjukkan bagaimana sebuah balon bisa menjadi sumber daya tarik publik di abad ke-18 dan 19 yang mampu menginspirasi berbagai penemuan baru dalam perjalanan dan komunikasi serta mendorong inovasi ilmiah.

Hal tersebut merekam bagaimana para arsitek di generasi baru mulai melakukan eksperimental menggunakan struktur karet pada 1960-an dengan melakukan pendekatan dalam merancang ruang. Kemudian menggali karya para seniman yang menggunakan berbagai objek tiup dengan cara nyata, tak terduga, ataupun tidak konvensional.

Sepanjang pameran, foto-foto, dokumen, dan pertunjukan film menunjukkan bagaimana objek tiup telah digunakan untuk tujuan politik, secara historis dalam parade dan kenegaraan, dan di masa lebih kontemporer, oleh aktivis sebagai alat untuk protes.

“Di Singapura, Floating Utopias bisa disaksikan langsung hanya di ArtScience Museum. Seperti halnya pertunjukan khas kami, pameran ini menggabungkan puisi dan politik, pedagogi dan permainan, inovasi teknologi dan kecerdasan artistik,” kata Honor Harger, Direktur Eksekutif ArtScience Museum.

Pada intinya, Floating Utopias adalah serangkaian pertemuan antarkarya seni objek tiup menakjubkan dan dramatis yang menempati ruang galeri ArtScience Museum. Patung-patung yang melayang di udara dikompresi ke dalam ruang dengan komposisi dan sudut luar biasa.

Karya-karya seni yang dipamerkan secara beragam mampu menginspirasi, mengganggu, membatasi, dan memberanikan pengunjung untuk menjelajahi sejarah objek tiup serta fungsi sosial dan bagaimana mereka telah mengubah cara kita memandang dunia.

“Floating Utopias menjadi navigasi sejarah budaya seni yang luas dan arsitektur dari sebuah objek tiup. Hal ini dampak dari objek tiup terhadap imajinasi kolektif. Sepanjang sejarah objek pneumatik membuka kemungkinan terhadap teknologi baru sehingga hal tersebut menjadikannya permukaan proyeksi untuk sebuah visi yang utopis.

Objek tiup mengandung aspek transformatif dalam diri mereka, yaitu serangkaian materi yang tak berbentuk menjadi sebuah ruang bervolume secara instan. Kualitasnya yang ringan, mudah dibawa, dan singkat, mendorong khalayak untuk merasakan suasana menyenangkan dan memesona. (Dyah Ayu Pamela)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6930 seconds (0.1#10.140)