Tekstil Karya Mary Katrantzou Hasilkan Desain yang Kompleks
A
A
A
MARY Katrantzou adalah desainer yang sering kali terinspirasi dari keindahan arsitektur. Tak heran, dalam proses kreatifnya, dia menghadirkan desain yang kompleks dengan proses pengerjaan yang cukup lama.
Saat bersekolah di desain mode diCentral Saint Martins, dia suka memanfaatkan pengalaman dan interior masa lalu. Arsitektur, menurut dia, telah menjadi dasar salah satu koleksinya. “Setiap koleksi memiliki struktur tematik tersendiri dan saya suka mengeksplorasi ide baru di setiap musim,” ujar Katrantzou, seperti dilansir Vogue.co.uk.
Satu hal yang membedakan Katrantzou dari desainer lainnya adalah cara dia mengemas sumber inspirasinya yang sederhana menjadi sebuah koleksi dengan permainan motif yang unik dan berani.
Dia sering kali menghadirkan permainan pola dan tekstur melalui inovasi dalam desain tekstil. Tak hanya itu, dia menghadirkan siluet arsitektural dan hiasan penuh intrik yang menjadi DNA dari label fashion miliknya. Latar belakang arsitektural Katrantzou terlihat jelas dalam bentuk desainnya.
“Saya memiliki bahasa visual yang diterjemahkan menjadi kain, bentuk, sulaman, dan rajutan dalam koleksi yang tidak memiliki kemiripan yang jelas dengan cetakan apa pun yang semula mengilhaminya,” ujar Katrantzou. Dalam sebuah koleksi, Katrantzou terinspirasi dari interior dan pesona zaman Victoria dengan ornamen.
Dia tertarik dengan keindahan tirai-tirai, geometri ubin Victoria, dan awal gerakan Arts & Crafts . Hal ini justru membuatnya semakin mengeksplorasi disiplin ilmu lain. Katrantzou menjelaskan, sebagian besar pekerjaannya dihabiskan di studio. Dia membuat banyak keputusan kreatif tentang warna dan pola.
“Cetakan yang membentuk dasar untuk setiap pola dan kain dibuat menggunakan Photoshop,” ujar Katrantzou. Pada 2012 ketika Katrantzou menjadi pendatang baru yang diakui secara global, dia tidak dapat menawarkan pra-koleksi. Hal ini karena proses kerja dan waktu yang intensif yang diperlukan untuk membuat desain detailnya.
“Kami berhasil menghabiskan rata-rata empat hari untuk membuat cetakan. Kami membuat sekitar 40 cetakan koleksi, jadi kami membutuhkan 160 hari,” ujar Katrantzou.
Katrantzou mengakui bahwa labelnya adalah lambang mode yang lambat. Namun, hal ini justru menambah daya tarik eksklusifnya. “Saya membutuhkan waktu delapan bulan untuk menciptakan baju satu orang. Empat bulan untuk baju dua orang,” kata Katrantzou. (Dwi Nur Ratnaningsih)
Saat bersekolah di desain mode diCentral Saint Martins, dia suka memanfaatkan pengalaman dan interior masa lalu. Arsitektur, menurut dia, telah menjadi dasar salah satu koleksinya. “Setiap koleksi memiliki struktur tematik tersendiri dan saya suka mengeksplorasi ide baru di setiap musim,” ujar Katrantzou, seperti dilansir Vogue.co.uk.
Satu hal yang membedakan Katrantzou dari desainer lainnya adalah cara dia mengemas sumber inspirasinya yang sederhana menjadi sebuah koleksi dengan permainan motif yang unik dan berani.
Dia sering kali menghadirkan permainan pola dan tekstur melalui inovasi dalam desain tekstil. Tak hanya itu, dia menghadirkan siluet arsitektural dan hiasan penuh intrik yang menjadi DNA dari label fashion miliknya. Latar belakang arsitektural Katrantzou terlihat jelas dalam bentuk desainnya.
“Saya memiliki bahasa visual yang diterjemahkan menjadi kain, bentuk, sulaman, dan rajutan dalam koleksi yang tidak memiliki kemiripan yang jelas dengan cetakan apa pun yang semula mengilhaminya,” ujar Katrantzou. Dalam sebuah koleksi, Katrantzou terinspirasi dari interior dan pesona zaman Victoria dengan ornamen.
Dia tertarik dengan keindahan tirai-tirai, geometri ubin Victoria, dan awal gerakan Arts & Crafts . Hal ini justru membuatnya semakin mengeksplorasi disiplin ilmu lain. Katrantzou menjelaskan, sebagian besar pekerjaannya dihabiskan di studio. Dia membuat banyak keputusan kreatif tentang warna dan pola.
“Cetakan yang membentuk dasar untuk setiap pola dan kain dibuat menggunakan Photoshop,” ujar Katrantzou. Pada 2012 ketika Katrantzou menjadi pendatang baru yang diakui secara global, dia tidak dapat menawarkan pra-koleksi. Hal ini karena proses kerja dan waktu yang intensif yang diperlukan untuk membuat desain detailnya.
“Kami berhasil menghabiskan rata-rata empat hari untuk membuat cetakan. Kami membuat sekitar 40 cetakan koleksi, jadi kami membutuhkan 160 hari,” ujar Katrantzou.
Katrantzou mengakui bahwa labelnya adalah lambang mode yang lambat. Namun, hal ini justru menambah daya tarik eksklusifnya. “Saya membutuhkan waktu delapan bulan untuk menciptakan baju satu orang. Empat bulan untuk baju dua orang,” kata Katrantzou. (Dwi Nur Ratnaningsih)
(nfl)