Review Film Dora and the Lost City of Gold

Jum'at, 09 Agustus 2019 - 13:35 WIB
Review Film Dora and...
Review Film Dora and the Lost City of Gold
A A A
Dora adalah salah satu sosok animasi yang dekat dengan dunia anak-anak. Serialnya di Nickelodeon, yaitu Dora the Explorer, mengajak anak-anak untuk berpetualang dan memecahkan masalah bersama. Tak hanya itu, serial ini juga mengajak anak-anak untuk belajar berhitung dan menambah kosa kata.

Tahun ini, Nickelodeon dan Paramount berusaha menghadirkan Dora bukan dalam bentuk kartun tapi tokoh dunia nyata di sebuah film layar lebar. Berjudul Dora and the Lost City of Gold, Dora tetap tampil seperti Dora yang lugu dan bersahabat, meskipun di film ini dia menjelma sebagai remaja. Diperankan Isabella Moner, Dora berpetualang ke dunia modern sebelum kemudian menjalani petualangan penuh tantangan di hutan bersama sepupunya, Diego (Jeff Walhberg) dan teman-temannya.

Dora and the Lost City of Gold dibuka dengan Dora kecil yang sedang asyik bermain bersama Diego kecil dan monyet kesayangannya, Boots (Danny Trejo) di hutan, tempat tinggal mereka. Namun, kebersamaan itu tidak berlangsung lama. Diego harus ikut orang tuanya pindah ke kota setelah mereka mendapatkan pekerjaan baru. Meski begitu, Dora pun tetap melanjutkan petualangannya di hutan bersama Boots, tas ransel ungu kesayangannya dan juga peta.

Ketika Dora sudah menginjak usia remaja, ayah (Michael Pena) dan ibu (Eva Longoria) Dora memutuskan untuk mengirim Dora ke kota. Mereka berharap Dora bisa membaur dengan kehidupan remaja dan mendapatkan teman. Sementara, orang tua Dora tetap tinggal di hutan dan memulai pencarian mereka terhadap Kota Emas yang hilang, yaitu Parapata di pedalaman Amazon.

Dengan berat hati, Dora pun berangkat ke kota dan tinggal bersama Diego, paman, bibi dan neneknya. Sekian lama tinggal di hutan, Dora yang lugu meskipun berotak cerdas harus berusaha beradaptasi dengan kehidupan barunya. Tentu saja, tidak mudah baginya untuk bisa dengan cepat beradaptasi dengan kehidupan modern, apalagi Diego seolah menjauh darinya.

Suatu hari, sekolah Dora mengadakan karya wisata ke museum. Di sana, Pak Guru membagi mereka dalam kelompok yang terdiri atas empat orang. Dora berkelompok dengan Diego, Sammy dan Randy. Sammy adalah cewek pintar di sekolah Dora yang merasa terancam karena kehadiran Dora. Sedangkan Randy adalah cowok aneh yang tidak punya teman. Saat sedang mencari artefak bernilai tinggi, keempat remaja itu diculik dan dibawa terbang kembali ke Brazil. Penculik menyuruh Dora membantu mereka menemukan orang tuanya dan Parapata.

Dora pun tak mau tunduk kepada para penculik. Bersama teman-temannya, dia berusaha kabur dari mereka. Tim remaja ini kemudian mendapat bantuan dari Alejandro Gutierrez (Eugenio Derbez) yang mengaku sebagai teman ayah Dora. Berlima, mereka kemudian pergi ke hutan untuk menelusuri jejak orang tua Dora.

Secara cerita, Dora menyajikan cerita yang sangat ringan dan bisa diikuti anak-anak. Banyak pesan tersirat dan tersurat dalam film ini yang baik bagi anak-anak. Dora mengajarkan tentang rasa tanggung jawab, keberanian dan juga setia kawan.

Secara keseluruhan, Dora and the Lost City of Gold adalah sebuah film yang sangat menghibur. Di tengah kekurangannya di sana sini, film ini akan mengajak penontonnya—terutama yang pernah menonton serial Dora—tertawa terpingkal-pingkal. Bukan hanya karena kekonyolan aksi mereka di film ini, tapi juga dengan keluguan Dora remaja. Selain itu, banyak kenangan dari serial itu yang dibawa ke film ini.

Sutradara James Bobin dengan baik mengeksekusi film yang diangkat dari skenario yang ditulis Nicholas Stoller dan Matthew Robinson. Dia tidak hanya membuat Dora and the Lost City of Gold sebagai film anak-anak, tapi juga menjadikannya tontonan yang bisa dinikmati semua kalangan dengan memasukkan unsur-unsur yang sudah dikenal para penggemar Dora. Anda akan dibuat tertawa ketika melihat Dora tiba-tiba bertanya kepada penonton apakah mereka bisa mengucapkan kata yang baru saja dia ucapkan, persis seperti yang biasa dilakukan Dora di serialnya.

James juga membuat perubahan pada sosok Boots. Jika di serialnya Boots bisa bicara, maka di film ini tidak. Selain itu, kehadiran sosok Swiper si rubah pencuri yang disulihsuarakan Benificio del Toro memperkuat nuansa nostalgia di film ini. Di film ini, James juga memberikan sentuhan serial untuk menambah nuansa kental serial yang menjadi dasar film ini.

Namun, harus diakui, syuting yang sebagian besar dilakukan di dalam studio ini membuat film ini agak sedikit kurang seru. Selain itu, akting Jeff Walhberg terlalu kaku untuk memerankan Diego. Kadang, seperti terlihat Jeff tidak tahu harus bagaimana memperlakukan karakter yang berubah menjadi canggung dan tak nyaman itu ketika berada di dekat Dora.

Dora and the Lost City of Gold adalah sebuah film petualangan yang lucu, menghibur dan juga membawa nostalgia meskipun tak sempurna. Film ini cocok dinikmati bersama keluarga di akhir pekan ini.

Dora and the Lost City of Gold sudah bisa Anda saksikan di bioskop kesayangan Anda mulai hari ini, Jumat (9/8). Selamat menyaksikan!
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4857 seconds (0.1#10.140)