Film Indonesia Terlalu Cepat Turun, Lalu Muncul di Televisi
A
A
A
FILM Indonesia boleh jadi sudah makin berkembang, tapi tetap saja masih ada yang memandang film lokal dengan sebelah mata.
Salah satunya adalah Dian, mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Dia mengaku kurang suka nonton film Indonesia karena pola ceritanya gampang ditebak. Belum lagi pemainnya yang menurutnya itu-itu saja.
"Kadang pemain di suatu film, pasangannya juga sama kayak di film lain. Padahal, banyak aktor dan aktris yang punya kualitas bagus juga. Jadi, buat apa nonton yang pemainnya sama? Enggak asyik," kata Dian yang seharihari jadi penyiar radio kampus.
Kalaupun menonton, dia lebih suka memilih berdasarkan sutradaranya saja yang dia yakin karyanya bagus dan tidak mengecewakan. Senada dengan Dian, Qori Febrianto, mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa juga tak suka film Indonesia karena jalan ceritanya gampang ditebak.
Sementara Fauzi menilai kualitas film Indonesia tidak mendidik. Nah, kalau Sarwenda Serina, mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam, beda lagi pendapatnya. Dia sebenarnya tertarik menonton film Indonesia, tapi terkadang filmnya cepat bergeser ke bioskop pinggiran. "Terus sebulan kemudian filmnya nongol di TV atau platform lain. Jadi, mending nunggu yang gratis dan simpel aja daripada buang-buang duit," katanya.
INDRIYANI
GEN SINDO-Universitas Islam Negeri Jakarta
Salah satunya adalah Dian, mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Dia mengaku kurang suka nonton film Indonesia karena pola ceritanya gampang ditebak. Belum lagi pemainnya yang menurutnya itu-itu saja.
"Kadang pemain di suatu film, pasangannya juga sama kayak di film lain. Padahal, banyak aktor dan aktris yang punya kualitas bagus juga. Jadi, buat apa nonton yang pemainnya sama? Enggak asyik," kata Dian yang seharihari jadi penyiar radio kampus.
Kalaupun menonton, dia lebih suka memilih berdasarkan sutradaranya saja yang dia yakin karyanya bagus dan tidak mengecewakan. Senada dengan Dian, Qori Febrianto, mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa juga tak suka film Indonesia karena jalan ceritanya gampang ditebak.
Sementara Fauzi menilai kualitas film Indonesia tidak mendidik. Nah, kalau Sarwenda Serina, mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam, beda lagi pendapatnya. Dia sebenarnya tertarik menonton film Indonesia, tapi terkadang filmnya cepat bergeser ke bioskop pinggiran. "Terus sebulan kemudian filmnya nongol di TV atau platform lain. Jadi, mending nunggu yang gratis dan simpel aja daripada buang-buang duit," katanya.
INDRIYANI
GEN SINDO-Universitas Islam Negeri Jakarta
(nfl)