Tingginya Prestasi dan Demam K-pop Dunia
A
A
A
TAK hanya terkenal dengan keragaman budayanya, industri musik Korea juga mampu mencuri perhatian dunia. Hal ini pun dibuktikan dengan masuknya beberapa judul lagu K-pop ke dalam ajang bergengsi dunia, seperti Internasional Industri Fonografi 2019.
Ini menjadikan industri musik di Korea bisa diterima berbagai kalangan di belahan dunia. Seperti yang dilansir dari AllKpop, berkembangnya industri musik Korea karena didukung strategi pasar yang baik. Terbukti, hal ini mampu meningkatkan penjualan hingga 44%, baik berupa CD maupun unduhan berbayar.
Hal ini pun di luar ekspektasi yang semula hanya menargetkan sekitar 26%. Hal lain yang menjadi faktor penunjang naiknya industri musik Korea adalah artisnya. Terbukti Bangtan Boys (BTS) yang merupakan Grup asuhan BigHit Entertainment ini mampu menembus industri musik dunia.
Dalam waktu singkat, boy band ini mampu menguasai pasar Amerika Serikat dengan masuknya BTS sebagai nominasi dalam ajang American Musik Awards. Kemampuan 7 cowok Korea ini memang tidak perlu diragukan lagi. Mereka tidak hanya menjual ketampanan, tetapi setiap personel BTS ini memang memiliki kemampuan bermusik yang cukup baik.
Tidak hanya boy band BTS yang meraih sejumlah penghargaan. Pada 2019 ini boy band EXO meraih penghargaan Artist of the years, Song of the years, Best Male Group dalam ajang Music Awards 2019. Selain BTS dan EXO yang menguasai pasar Amerika dan meraih sejumlah penghargaan, girl band TWICE juga mendapatkan respons baik di negeri Paman Sam tersebut.
Hal itu ditunjukkan dari pencapaian album terbaru mereka yang berjudul “Feel Spesial” yang berhasil terjual sebanyak 612.315 keping pada September ini. Selain itu, girl band yang digawangi oleh 9 wanita cantik tersebut telah banyak meraih beberapa penghargaan bergengsi, seperti Best K-Music Awards 2019.
Tidak hanya membawa sejumlah prestasi dari beberapa penghargaan bergengsi, boy band dan girl band asal Korea Selatan ini juga membawa pengaruh yang cukup besar di berbagai negara. Di antaranya Indonesia, Jepang, Amerika, dan Australia. Merebaknya wabah dunia di beberapa negara, turut membawa perhatian sejumlah pemerhati budaya, salah satunya dari Kepala Program Studi Korea Universitas Indonesia Zaini Muhammad.
Dia mengatakan, mereka sangat pandai mempromosikan kebudayaan Korea ke beberapa negara dan mereka mampu melihat waktu yang tepat dengan memanfaatkan fasilitas digital saat ini. “Merebaknya wabah Korea di berbagai negara, seperti di Amerika, Australia, Eropa, dan Indonesia, dimanfaatkan beberapa perusahaan Korea untuk mendongkrak penjualan produk mereka,” kata Zani kepada KORAN SINDO.
Seperti halnya di Jepang, para penggemar K-pop harus rela merogoh kocek lebih dalam untuk bisa menyaksikan penampilan para idolanya. Di Negeri Sakura ini memiliki aturan tersendiri, yaitu dilarang mendokumentasikan penampilan idola mereka.
Jika di Jepang banyak pembatasan saat menyaksikan konser K-pop, di Taiwan K-popers akan dimanjakan dengan berbagai kemudahan, mulai pembelian tiket dan dalam mencari berbagai kebutuhan suvenir para idolanya.“Setiap negara memiliki kebijakan sendiri dalam hal pementasan budaya yang masuk ke negaranya. Seperti Jepang yang tidak ingin kebudayaan mereka digantikan hanya karena mewabahnya demam K-pop,” ungkap Zani. (Aprilia S Andyna)
Ini menjadikan industri musik di Korea bisa diterima berbagai kalangan di belahan dunia. Seperti yang dilansir dari AllKpop, berkembangnya industri musik Korea karena didukung strategi pasar yang baik. Terbukti, hal ini mampu meningkatkan penjualan hingga 44%, baik berupa CD maupun unduhan berbayar.
Hal ini pun di luar ekspektasi yang semula hanya menargetkan sekitar 26%. Hal lain yang menjadi faktor penunjang naiknya industri musik Korea adalah artisnya. Terbukti Bangtan Boys (BTS) yang merupakan Grup asuhan BigHit Entertainment ini mampu menembus industri musik dunia.
Dalam waktu singkat, boy band ini mampu menguasai pasar Amerika Serikat dengan masuknya BTS sebagai nominasi dalam ajang American Musik Awards. Kemampuan 7 cowok Korea ini memang tidak perlu diragukan lagi. Mereka tidak hanya menjual ketampanan, tetapi setiap personel BTS ini memang memiliki kemampuan bermusik yang cukup baik.
Tidak hanya boy band BTS yang meraih sejumlah penghargaan. Pada 2019 ini boy band EXO meraih penghargaan Artist of the years, Song of the years, Best Male Group dalam ajang Music Awards 2019. Selain BTS dan EXO yang menguasai pasar Amerika dan meraih sejumlah penghargaan, girl band TWICE juga mendapatkan respons baik di negeri Paman Sam tersebut.
Hal itu ditunjukkan dari pencapaian album terbaru mereka yang berjudul “Feel Spesial” yang berhasil terjual sebanyak 612.315 keping pada September ini. Selain itu, girl band yang digawangi oleh 9 wanita cantik tersebut telah banyak meraih beberapa penghargaan bergengsi, seperti Best K-Music Awards 2019.
Tidak hanya membawa sejumlah prestasi dari beberapa penghargaan bergengsi, boy band dan girl band asal Korea Selatan ini juga membawa pengaruh yang cukup besar di berbagai negara. Di antaranya Indonesia, Jepang, Amerika, dan Australia. Merebaknya wabah dunia di beberapa negara, turut membawa perhatian sejumlah pemerhati budaya, salah satunya dari Kepala Program Studi Korea Universitas Indonesia Zaini Muhammad.
Dia mengatakan, mereka sangat pandai mempromosikan kebudayaan Korea ke beberapa negara dan mereka mampu melihat waktu yang tepat dengan memanfaatkan fasilitas digital saat ini. “Merebaknya wabah Korea di berbagai negara, seperti di Amerika, Australia, Eropa, dan Indonesia, dimanfaatkan beberapa perusahaan Korea untuk mendongkrak penjualan produk mereka,” kata Zani kepada KORAN SINDO.
Seperti halnya di Jepang, para penggemar K-pop harus rela merogoh kocek lebih dalam untuk bisa menyaksikan penampilan para idolanya. Di Negeri Sakura ini memiliki aturan tersendiri, yaitu dilarang mendokumentasikan penampilan idola mereka.
Jika di Jepang banyak pembatasan saat menyaksikan konser K-pop, di Taiwan K-popers akan dimanjakan dengan berbagai kemudahan, mulai pembelian tiket dan dalam mencari berbagai kebutuhan suvenir para idolanya.“Setiap negara memiliki kebijakan sendiri dalam hal pementasan budaya yang masuk ke negaranya. Seperti Jepang yang tidak ingin kebudayaan mereka digantikan hanya karena mewabahnya demam K-pop,” ungkap Zani. (Aprilia S Andyna)
(nfl)