5 Alasan Mengapa Film Joker Tidak Layak Ditonton Anak-Anak
A
A
A
JAKARTA - Film Joker yang sudah lama dinantikan akhirnya tayang di bioskop. Kehadiran film ini disambut suka cita terutama oleh para penggemar karakter DC Comics ini dan juga pecinta film bertema thriller psikologis. Film ini pun diberi rating R atau Dewasa di negara asalnya. Di Indonesia, LSF memberikan stempel rating 17 tahun ke atas alias Dewasa untuk film ini.
Dengan rating penonton itu, jelas bahwa Joker tidak ditujukan untuk remaja atau bahkan anak-anak. Film ini menyajikan adegan kekerasan dengan hampir di sepanjang film menampilkan tokoh Arthur Fleck alias Joker yang merokok. Adegan kekerasan nan brutal dan sadis pun menghiasi film ini. Belum lagi dengan adegan-adegan psikologis yang disebabkan karena masalah mental di film ini bisa mempengaruhi penonton yang belum cukup umur untuk menontonnya.
Di sejumlah unggahan di media sosial, banyak terungkap bahwa orang tua yang membawa anaknya nonton film ini harus meninggalkan studio lebih cepat karena si anak ketakutan nonton film ini. Ada juga yang mengatakan, ada anak yang ingin jadi Joker ketika dia dewasa nanti. Harus diingat bahwa anak adalah peniru ulung. Dan, film Joker ini banyak mengajarkan hal yang tidak baik dilakukan anak-anak.
Jika anak Anda ingin menonton film ini, sebisa mungkin tolaklah keinginannya karena film ini benar-benar tidak cocok untuk mereka. Badut di film ini tidak lucu, tapi adalah penjahat. Dan, film ini adalah film tentang bagaimana seseorang menjadi penjahat. Tidak ada pahlawan di film ini.
Sejumlah jaringan bioskop di Amerika Serikat bahkan memasang peringatan bahwa Joker bukanlah untuk anak-anak. Jadi, jangan sakit hati dengan tulisan ini jika mengandung spoiler. Sayangilah anak Anda dan ajaklah mereka nonton film sesuai usia mereka. Masih ada sederet film menarik yang bisa mereka tonton seperti A Shaun the Sheep Movie: Farmageddon dan Abominable . Atau untuk remaja, mereka bisa menonton film buatan lokal, Bebas, yang juga bagus.
Lantas apa alasan Joker tidak baik untuk anak di bawah usia 17 tahun? Berikut sejumlah alasannya.
1. Joker menggambarkan kekerasan dan perilaku yang mengganggu
Joker mendapatkan rating 17 tahun ke atas alias dewasa bukan tanpa alasan. Di film ini terdapat adegan kekerasan yang sangat berdarah-darah dan sadis, perilaku yang cukup mengganggu pikiran, bahasa yang kasar dan citra seksualitas meski hanya sebentar. Kekerasannya terpapar dengan gamblang. Amarah dan isolasi menghiasi film ini. Menurut Buffalo News, Joker membuat trilogi Dark Knight tak seseram yang selama ini dipikirkan. Joker lebih gelap ketimbang trilogi Dark Knight dan tentu saja lebih sadis.
2. Tidak ada Batman
Joker adalah seteru abadi Batman. Banyak yang beranggapan bahwa film Joker tidak lengkap tanpa Batman dan sebaliknya. Namun, Todd Phillips, sutradara Joker punya pandangan lain. Dia benar-benar membuat Joker tanpa campur tangan Batman—no spoiler—dan menjadikan film ini adalah tentang Joker dan hanya Joker. Selama 2 jam, wajah Joaquin Phoenix, pemeran Arthur Fleck/Joker, mendominasi layar dan bintang lain pun terasa seperti tempelan buat pelengkap saja.
3. Tema cerita yang terlalu berat
Joker menceritakan bagaimana seseorang dengan gangguan jiwa yang akhirnya menjadi jahat. Seorang dewasa tentu memahami apa yang terjadi dengan Arthur sejak awal. Namun, tidak bagi anak-anak. Mereka akan melihat seperti yang terpampang di layar saja. Mereka tentu tidak paham dengan apa yang terjadi dalam benak atau pikiran Arthur sehingga dia bisa seperti itu. Jika ini terjadi, anak mungkin hanya paham bahwa Arthur menjahati orang-orang yang menjahatinya dan kemudian dia sendiri jadi jahat. Mereka mungkin tidak paham dengan kondisi psikis Arthur. Ini berbahaya karena si anak bisa terpengaruh tontonan itu.
4. Anak tetap ingin nonton Joker?
Anda harus berterus terang kepada anak Anda yang bersikeras ingin nonton Joker mengenai apa film itu. Mereka mungkin tidak ingin mendengarnya, tapi mereka harus tahu bahwa Joker bukanlah tontonan yang menyenangkan. Todd punya tujuan lain saat membuat film ini. Tujuan ini tidak akan dipahami anak-anak.
5. Joker bisa memprovokasi kekerasan
Salah satu kontroversi yang ditimbulkan Joker adalah kemungkinan bahwa film itu akan memicu kekerasan pada anak-anak muda. Ada aksi kekerasan di tengah film yang mungkin dilihat orang dewasa cukup masuk akal. Namun, kekerasan di adegan itu bukanlah sesuatu yang heroik dan anak-anak mungkin tidak memahaminya. Adegan ini adalah aksi seseorang yang putus asa. Satu-satunya audiens yang mungkin memandang Joker bisa mendorong kekerasan adalah anak muda. Jadi, hindarilah nonton film ini dengan anak di bawah umur.
Bonus: Ingatlah pesan Deadpool
Yang sedikit mengecewakan dari promo film ini adalah tidak adanya peringatan kepada orang tua agar tidak membawa anak-anak mereka nonton Joker. Hal berbeda dilakukan Deadpool saat mempromosikan filmnya.
Dari awal, Fox telah melakukan promosi bahwa Deadpool ditujukan untuk pasar dewasa. Bintang utama film ini, Ryan Reynolds, juga secara aktif memberikan peringatan kepada orang tua agar mereka tidak membawa anak-anak mereka saat nonton Deadpool . Pesan itu bahkan masih digaungkan Ryan sampai saat ini.
“Film saya akan tayang dalam beberapa hari dan saya tahu kalau ada anak kalian yang ingin menontonnya. Jadi, orang tua ke orang tua (Ya, saya punya anak. Baca komik) Tolong, jangan bawa anak-anak kalian yang masih di bawah umur untuk nonton film saya. Itu tidak pantas untuk mereka, jadi pergilah sendiri dan nikmati,” kata Ryan pada 2016 menjelang pemutaran Deadpool.
Di Amerika Serikat, keamanan pun diperketat menjelang pemutaran perdana Joker di bioskop. Selain sejumlah bioskop telah memasang peringatan untuk tidak membawa anak-anak nonton film ini, Biro Investigasi Federal (FBI) juga memonitor secara mendekat unggahan-unggahan di media sosial. Kekhawatiran meletusnya kekerasan akibat film ini membuat mereka lebih waspada. Apalagi, FBI disebut telah menerima informasi akan adanya penembakan masal terkait film itu sejak Mei lalu.
Kekhawatiran akan meletusnya kekerasan terkait film ini dipicu oleh tragedi penembakan masal di sebuah bioskop di Aurora, Colorado pada 2012. Pelaku dengan mengenakan kostum Bane menembaki dan menewaskan 12 orang di biskop itu saat pemutaran perdana film The Dark Knight Rises, film terakhir dari trilogi Batman karya Christopher Nolan. Bioskop itu memutuskan untuk tidak memutar film Joker.
Para komandan militer juga dilaporkan telah memperingatkan tentara terkait kemungkinan kekerasan dalam pemutaran film Joker. Mereka menyarankan para tentara agar mengidentifikasi dua rute melarikan diri dan lari, sembunyi dan lawan ketika penembakan terjadi.
Dengan rating penonton itu, jelas bahwa Joker tidak ditujukan untuk remaja atau bahkan anak-anak. Film ini menyajikan adegan kekerasan dengan hampir di sepanjang film menampilkan tokoh Arthur Fleck alias Joker yang merokok. Adegan kekerasan nan brutal dan sadis pun menghiasi film ini. Belum lagi dengan adegan-adegan psikologis yang disebabkan karena masalah mental di film ini bisa mempengaruhi penonton yang belum cukup umur untuk menontonnya.
Di sejumlah unggahan di media sosial, banyak terungkap bahwa orang tua yang membawa anaknya nonton film ini harus meninggalkan studio lebih cepat karena si anak ketakutan nonton film ini. Ada juga yang mengatakan, ada anak yang ingin jadi Joker ketika dia dewasa nanti. Harus diingat bahwa anak adalah peniru ulung. Dan, film Joker ini banyak mengajarkan hal yang tidak baik dilakukan anak-anak.
Jika anak Anda ingin menonton film ini, sebisa mungkin tolaklah keinginannya karena film ini benar-benar tidak cocok untuk mereka. Badut di film ini tidak lucu, tapi adalah penjahat. Dan, film ini adalah film tentang bagaimana seseorang menjadi penjahat. Tidak ada pahlawan di film ini.
Sejumlah jaringan bioskop di Amerika Serikat bahkan memasang peringatan bahwa Joker bukanlah untuk anak-anak. Jadi, jangan sakit hati dengan tulisan ini jika mengandung spoiler. Sayangilah anak Anda dan ajaklah mereka nonton film sesuai usia mereka. Masih ada sederet film menarik yang bisa mereka tonton seperti A Shaun the Sheep Movie: Farmageddon dan Abominable . Atau untuk remaja, mereka bisa menonton film buatan lokal, Bebas, yang juga bagus.
Lantas apa alasan Joker tidak baik untuk anak di bawah usia 17 tahun? Berikut sejumlah alasannya.
1. Joker menggambarkan kekerasan dan perilaku yang mengganggu
Joker mendapatkan rating 17 tahun ke atas alias dewasa bukan tanpa alasan. Di film ini terdapat adegan kekerasan yang sangat berdarah-darah dan sadis, perilaku yang cukup mengganggu pikiran, bahasa yang kasar dan citra seksualitas meski hanya sebentar. Kekerasannya terpapar dengan gamblang. Amarah dan isolasi menghiasi film ini. Menurut Buffalo News, Joker membuat trilogi Dark Knight tak seseram yang selama ini dipikirkan. Joker lebih gelap ketimbang trilogi Dark Knight dan tentu saja lebih sadis.
2. Tidak ada Batman
Joker adalah seteru abadi Batman. Banyak yang beranggapan bahwa film Joker tidak lengkap tanpa Batman dan sebaliknya. Namun, Todd Phillips, sutradara Joker punya pandangan lain. Dia benar-benar membuat Joker tanpa campur tangan Batman—no spoiler—dan menjadikan film ini adalah tentang Joker dan hanya Joker. Selama 2 jam, wajah Joaquin Phoenix, pemeran Arthur Fleck/Joker, mendominasi layar dan bintang lain pun terasa seperti tempelan buat pelengkap saja.
3. Tema cerita yang terlalu berat
Joker menceritakan bagaimana seseorang dengan gangguan jiwa yang akhirnya menjadi jahat. Seorang dewasa tentu memahami apa yang terjadi dengan Arthur sejak awal. Namun, tidak bagi anak-anak. Mereka akan melihat seperti yang terpampang di layar saja. Mereka tentu tidak paham dengan apa yang terjadi dalam benak atau pikiran Arthur sehingga dia bisa seperti itu. Jika ini terjadi, anak mungkin hanya paham bahwa Arthur menjahati orang-orang yang menjahatinya dan kemudian dia sendiri jadi jahat. Mereka mungkin tidak paham dengan kondisi psikis Arthur. Ini berbahaya karena si anak bisa terpengaruh tontonan itu.
4. Anak tetap ingin nonton Joker?
Anda harus berterus terang kepada anak Anda yang bersikeras ingin nonton Joker mengenai apa film itu. Mereka mungkin tidak ingin mendengarnya, tapi mereka harus tahu bahwa Joker bukanlah tontonan yang menyenangkan. Todd punya tujuan lain saat membuat film ini. Tujuan ini tidak akan dipahami anak-anak.
5. Joker bisa memprovokasi kekerasan
Salah satu kontroversi yang ditimbulkan Joker adalah kemungkinan bahwa film itu akan memicu kekerasan pada anak-anak muda. Ada aksi kekerasan di tengah film yang mungkin dilihat orang dewasa cukup masuk akal. Namun, kekerasan di adegan itu bukanlah sesuatu yang heroik dan anak-anak mungkin tidak memahaminya. Adegan ini adalah aksi seseorang yang putus asa. Satu-satunya audiens yang mungkin memandang Joker bisa mendorong kekerasan adalah anak muda. Jadi, hindarilah nonton film ini dengan anak di bawah umur.
Bonus: Ingatlah pesan Deadpool
Yang sedikit mengecewakan dari promo film ini adalah tidak adanya peringatan kepada orang tua agar tidak membawa anak-anak mereka nonton Joker. Hal berbeda dilakukan Deadpool saat mempromosikan filmnya.
Dari awal, Fox telah melakukan promosi bahwa Deadpool ditujukan untuk pasar dewasa. Bintang utama film ini, Ryan Reynolds, juga secara aktif memberikan peringatan kepada orang tua agar mereka tidak membawa anak-anak mereka saat nonton Deadpool . Pesan itu bahkan masih digaungkan Ryan sampai saat ini.
“Film saya akan tayang dalam beberapa hari dan saya tahu kalau ada anak kalian yang ingin menontonnya. Jadi, orang tua ke orang tua (Ya, saya punya anak. Baca komik) Tolong, jangan bawa anak-anak kalian yang masih di bawah umur untuk nonton film saya. Itu tidak pantas untuk mereka, jadi pergilah sendiri dan nikmati,” kata Ryan pada 2016 menjelang pemutaran Deadpool.
Di Amerika Serikat, keamanan pun diperketat menjelang pemutaran perdana Joker di bioskop. Selain sejumlah bioskop telah memasang peringatan untuk tidak membawa anak-anak nonton film ini, Biro Investigasi Federal (FBI) juga memonitor secara mendekat unggahan-unggahan di media sosial. Kekhawatiran meletusnya kekerasan akibat film ini membuat mereka lebih waspada. Apalagi, FBI disebut telah menerima informasi akan adanya penembakan masal terkait film itu sejak Mei lalu.
Kekhawatiran akan meletusnya kekerasan terkait film ini dipicu oleh tragedi penembakan masal di sebuah bioskop di Aurora, Colorado pada 2012. Pelaku dengan mengenakan kostum Bane menembaki dan menewaskan 12 orang di biskop itu saat pemutaran perdana film The Dark Knight Rises, film terakhir dari trilogi Batman karya Christopher Nolan. Bioskop itu memutuskan untuk tidak memutar film Joker.
Para komandan militer juga dilaporkan telah memperingatkan tentara terkait kemungkinan kekerasan dalam pemutaran film Joker. Mereka menyarankan para tentara agar mengidentifikasi dua rute melarikan diri dan lari, sembunyi dan lawan ketika penembakan terjadi.
(alv)