Persahabatan Pemuda Down Syndrome dengan Nelayan Pencuri

Sabtu, 12 Oktober 2019 - 10:07 WIB
Persahabatan Pemuda...
Persahabatan Pemuda Down Syndrome dengan Nelayan Pencuri
A A A
Ada banyak hal yang membuat film ini terasa memikat dan renyah untuk ditonton. Begitu menyenangkannya, sampai-sampai setelah menonton kita bisa tersenyum lebar dan lebih optimistis memandang hidup. Tak butuh waktu lama buat film ini untuk menarik perhatian penonton. Bahkan begitu layar menampilkan adegan pertamanya, kita pasti bakal langsung terpikat.

Penyebabnya adalah kemunculan Zak (Zack Gottsagen). Bukan karena dia tampan atau melakukan aksi heroik, tapi justru gara-gara gerak-gerik dan ambisinya yang luar biasa. Zak adalah pemuda 22 tahun penyandang down syndrome. Tak punya keluarga, dia terpaksa ditempatkan di panti jompo, hidup bersama orang-orang tua yang lamban.

Padahal, Zak punya mimpi besar. Dia mau jadi pegulat andal dan terkenal. Gara-gara ambisinya itu, Zak berulang kali mencoba kabur dari panti. Meski rencananya cukup cerdas, tapi tentu saja selalu berhasil digagalkan oleh pengawasnya, Eleanor (Dakota Johnson). Hingga suatu malam, dengan siasat klasik, Zak akhirnya berhasil kabur.

Dengan hanya mengenakan kolor putih, Zak berlari di kegelapan malam. Di tempat lain, ada nelayan gagal yang ketahuan mencuri. Dia adalah Tyler (Shia LaBeouf). Saking putus asanya, Tyler membakar alat penangkap ikan berharga mahal dari orang yang dicurinya. Ketahuan, dia pun kabur dengan boat, yang ternyata di dalamnya ada Zak yang sedang enak tidur.

Dari sini, cerita mengalir dengan lancar dan renyah. Saat keduanya sepakat untuk jalan bersama meski beda tujuan, maka dimulailah rangkaian adegan lucu. Mulai dari Tyler yang menerapkan banyak aturan, Zak yang kadang meresponsnya dengan celetukan atau ekspresi wajah yang kocak, sampai peristiwa-peristiwa menegangkan tapi bikin geli yang selalu muncul.

Semua adegan ini jadi terasa lebih kocak tiga kali lipat karena penciptaan karakter yang kuat, serta chemistry dua aktor pemainnya. Zak adalah karakter yang sangat loveable. Kita bisa menemukan sisi kanak-kanaknya yang polos, terasa murni tanpa pretensi apapun, kocak tanpa dibuat-buat, dan menggemaskan. Tapi pada saat yang lain, kita bisa melihat sosoknya yang berpendirian teguh. Fokus pada tujuan.

Lalu Tyler, walau statusnya adalah nelayan gagal dan pencuri, tapi dia sesungguhnya adalah malaikat tanpa sayap. Di balik berewok dan tampilannya yang dekil, penonton tak mungkin tak melihat jiwa penyayang dan pelindung yang besar pada dirinya. Berbeda dengan orang kebanyakan yang merisak atau malah terlalu overprotektif kepada Zak, Tyler justru menganggap Zak sebagai orang biasa saja.

Tak perlu diistimewakan. Buat Tyler, Zak hanya perlu diyakinkan saja bahwa dia bisa melakukan apapun yang dia mau. Sekilas, Tyler yang kelihatan lebih banyak menolong Zak. Tapi sebenarnya, Zak pun secara tak langsung menolong Tyler menemukan bagian hidupnya yang hilang.

Ada satu momen yang sangat menyentuh, dan boleh jadi salah satu adegan terkuat dalam film ini. Yaitu saat keduanya berada di tepi pantai di malam hari, ditemani api unggun. Mereka bicara lebih dalam, tentang hidup, dan arti menjadi orang jahat dan orang baik. Dialognya sebenarnya sederhana saja, tapi terasa begitu dalam dan filosofis.

The Peanut Butter Falcon sebenarnya bisa lebih menimbulkan efek yang lebih dalam lagi. Tapi dengan alur yang mengalir renyah, film ini tetap tak kehilangan pesonanya, terutama berkat dua pemain utamanya. Sebagai aktor dengan down syndrome, Zack yang berusia 34 tahun tampil tanpa cela. Akan sangat menarik melihatnya muncul dalam film-film lainnya.

Adapun bagi yang rindu dengan penampilan Shia LaBeouf yang lama menghilang dari bioskop di Indonesia, The Peanut Butter Falcon adalah sajian yang sempurna untuk kematangan aktingnya. Buat yang ingin menonton, The Peanut Butter Falcon sedang tayang di jaringan bioskop CGV dan Cinemaxx.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1054 seconds (0.1#10.140)