Menyusui Bisa Menekan Risiko Kanker Payudara

Senin, 14 Oktober 2019 - 13:05 WIB
Menyusui Bisa Menekan...
Menyusui Bisa Menekan Risiko Kanker Payudara
A A A
JAKARTA - Jumlah penderita kanker di seluruh dunia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data dari GLOBOCAN 2018, diperkirakan terdapat 18,1 juta kasus baru dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian. Sedangkan Kementerian Kesehatan melalui Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi kanker di Indonesia mencapai 1.79 per 1000 penduduk, naik dari tahun 2013 sebanyak 1.4 per 1000 penduduk.

Adapun kanker payudara menduduki posisi tertinggi sebagai kanker yang paling banyak diderita perempuan di Indonesia. Yakni sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk. Kabar baiknya, penelitian membuktikan bahwa menyusui dapat menekan risiko terjadinya kanker payudara.

Ya, memberikan ASI ternyata bukan hanya bermanfaat bagi bayi semata. Namun juga memberikan efek yang baik bagi sang ibu. "Menyusui menjadi detoks alami untuk involusi, Involusi itu adalah pengecilan kembali sel-sel payudara, karena ada pembersihan massal sel yang mati," terang Peneliti Kanker Kalgen Innolab Ahmad R. Utomo dalam Media Workshop Patient Journey in Oncology Total Solution yang diselenggarakan PT Kalbe Farma Tbk dengan Yayasan Kanker Indonesia.

Sebaliknya, perempuan yang tidak memiliki anak hingga usia 35 tahun, dan tidak menyusui, maka sel di payudaranya tidak pernah mengalami apoptosis atau kematian massal sel. Perempuan yang tidak hamil, maka apoptosis tidak terjadi sehingga gen termutasi tetap hidup. Inilah yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara.

Apoptosis adalah mekanisme biologi yang merupakan salah satu jenis kematian sel terprogram. Apoptosis digunakan oleh organisme multisel untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh. Dijelaskan Ahmad, penyebab kanker adalah mutasi genetik. Gen tersebut menjadi rusak akibat faktor internal maupun eksternal.

Salah satu faktor eksternal adalah radikal bebas. Tubuh yang terpapar radikal bebas, pada usia 30 tahun selnya sudah termutasi. "Ketika hamil, rangsangan sel pun menjadi banyak, yang diperbanyak tak hanya sel sehat tapi sel yang termutasi tadi," imbuh Ahmad. (Sri Noviarni)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1150 seconds (0.1#10.140)