Review Film Charlie's Angels
A
A
A
Film action dengan tokoh utama mata-mata wanita senantiasa menarik untuk disimak. Apalagi, jika film itu merupakan reboot atau remake dari franchise yang sudah terkenal di era sebelumnya. Salah satunya adalah Charlie’s Angels. Kondang lewat serial di televisi pada era 70an—80an, serial ini sempat naik ke layar lebar. Kini, di era milenial, Charlie’s Angels kembali tampil di layar lebar dengan nuansa masa kini.
Charlie’s Angels adalah sebutan untuk para mata-mata yang bekerja untuk Townsend Agency, sebuah perusahaan yang menyediakan bantuan keamanan full kepada klien mereka. Di masa sekarang, perusahaan ini telah berekspansi, tidak hanya di Amerika Serikat, tapi sudah ke banyak negara. Di tiap negara, mereka punya perwakilan yang dipimpin seorang Bosley yang membawahi para mata-matanya.
Film Charlie’s Angels berkisah tentang Elena (Naomi Scott), seorang ilmuwan di berusaha Broks yang ingin mengungkapkan rahasia tentang alat listrik mandiri yang ternyata bisa diubah menjadi senjata pemusnah masal. Dia mengubungi Townsend Agency yang kemudian mengirimkan dua agen terbaik mereka, Jane Kano (Ella Balinska) dan Sabina Wilson (Kristen Stewart). Di tengah perjuangan mereka untuk melindungi Elena, Bosley mereka, Edgar (Djimon Hounsu), tewas. Dia kemudian digantikan Bosley lain, Susan (Elizabeth Banks).
Plot pun menebal. Usaha Elena mengambil purwarupa alat itu di kantornya ternyata keduluan. Bersama Jane, Sabina dan Bosley, dia pun memburu alat itu hingga ke Turki. Di sana, mereka melihat bahwa bos Elena, Peter Flemming, berusaha menjual benda itu kepada seorang penjahat, Jonny Smith, yang dikenal Jane dan Sabina.
Harus diakui, selama hampir 2 jam atau 119 menit, Charlie’s Angels memberikan hiburan dengan humor yang sedikit terasa aneh dan sebenarnya tidak terlalu istimewa. Lucu, ya lucu saja. Menghibur, ya menghibur saja, tidak ada elemen yang sangat wah di sini.
Elizabeth Banks yang tidak hanya menjadi pemain, tapi juga merangkap sebagai sutradara dan penulis film ini. Dia sepertinya berusaha keras membuat film ini menarik dan relatable dengan kondisi saat ini. Tak heran jika kemudian Charlie’s Angels ini terasa sekali woman empowerment-nya. Namun, ini tidak dibarengi dengan cerita yang kuat.
Tidak ada yang menonjol dalam alur cerita Charlie’s Angels versi terbaru ini. Rasanya ya biasa saja, nggak bagus, nggak jelek juga. Standar dan datar. Tidak ada letupan emosi di sana. Ya, mungkin karena film ini dibuat dengan balutan komedi, maka tidak ada yang benar-benar emosional dalam film ini. Twist yang ditawarkan pun tak terlalu memberikan elemen kejutan karena sudah bisa ditebak arahnya.
Namun, yang menarik dari film ini adalah adegan aksinya yang tanpa henti. Dari menit awal hingga akhir, Charlie’s Angels dipenuhi dengan adegan aksi-aksi seru yang ditampilkan para agen wanita mereka. Dari aksi kejar-kejaran, baku hantam tangan kosong, sampai bersenjata, ini adalah bagian paling menghibur dan menarik dari film ini. Para wanita ini bertarung dengan kemampuan mumpuni dan mereka tidak gampang menyerah. Namun, di sisi lain, mereka pun tetap bisa menampilkan sisi feminin dan sisi emosional mereka sebagai wanita. Di sisi lain, cameo-cameo yang ditampilkan pun akan mampu menggali nostalgia para penggemar Charlie’s Angels dari era sebelumnya.
Akting para bintangnya pun cukup solid. Sayang, buat saya, selama hampir 2 jam, layar seolah penuh dengan Kristen Stewart. Dibanding bintang lainnya, wajahnyalah yang terasa mendominasi layar film ini. Meskipun ya harus diakui, aktingnya cukup bagus.
Charlie’s Angels memberikan tontonan aksi nonstop yang seru serta menghibur selama hampir 2 jam dengan cerita yang datar dan juga cameo yang tidak akan Anda sangka. Film ini bakal membangkitkan kenangan pada masa-masa emas serial ini pada tahun 70an dan 80an.
Charlie’s Angels sudah bisa Anda saksikan di bioskop kesayangan Anda. Film ini berating 17 tahun ke atas yang artinya tidak layak ditonton anak di bawah umur. Bijaklah dalam memilih tontonan untuk anak dan keluarga Anda. Selamat menyaksikan!
Charlie’s Angels adalah sebutan untuk para mata-mata yang bekerja untuk Townsend Agency, sebuah perusahaan yang menyediakan bantuan keamanan full kepada klien mereka. Di masa sekarang, perusahaan ini telah berekspansi, tidak hanya di Amerika Serikat, tapi sudah ke banyak negara. Di tiap negara, mereka punya perwakilan yang dipimpin seorang Bosley yang membawahi para mata-matanya.
Film Charlie’s Angels berkisah tentang Elena (Naomi Scott), seorang ilmuwan di berusaha Broks yang ingin mengungkapkan rahasia tentang alat listrik mandiri yang ternyata bisa diubah menjadi senjata pemusnah masal. Dia mengubungi Townsend Agency yang kemudian mengirimkan dua agen terbaik mereka, Jane Kano (Ella Balinska) dan Sabina Wilson (Kristen Stewart). Di tengah perjuangan mereka untuk melindungi Elena, Bosley mereka, Edgar (Djimon Hounsu), tewas. Dia kemudian digantikan Bosley lain, Susan (Elizabeth Banks).
Plot pun menebal. Usaha Elena mengambil purwarupa alat itu di kantornya ternyata keduluan. Bersama Jane, Sabina dan Bosley, dia pun memburu alat itu hingga ke Turki. Di sana, mereka melihat bahwa bos Elena, Peter Flemming, berusaha menjual benda itu kepada seorang penjahat, Jonny Smith, yang dikenal Jane dan Sabina.
Harus diakui, selama hampir 2 jam atau 119 menit, Charlie’s Angels memberikan hiburan dengan humor yang sedikit terasa aneh dan sebenarnya tidak terlalu istimewa. Lucu, ya lucu saja. Menghibur, ya menghibur saja, tidak ada elemen yang sangat wah di sini.
Elizabeth Banks yang tidak hanya menjadi pemain, tapi juga merangkap sebagai sutradara dan penulis film ini. Dia sepertinya berusaha keras membuat film ini menarik dan relatable dengan kondisi saat ini. Tak heran jika kemudian Charlie’s Angels ini terasa sekali woman empowerment-nya. Namun, ini tidak dibarengi dengan cerita yang kuat.
Tidak ada yang menonjol dalam alur cerita Charlie’s Angels versi terbaru ini. Rasanya ya biasa saja, nggak bagus, nggak jelek juga. Standar dan datar. Tidak ada letupan emosi di sana. Ya, mungkin karena film ini dibuat dengan balutan komedi, maka tidak ada yang benar-benar emosional dalam film ini. Twist yang ditawarkan pun tak terlalu memberikan elemen kejutan karena sudah bisa ditebak arahnya.
Namun, yang menarik dari film ini adalah adegan aksinya yang tanpa henti. Dari menit awal hingga akhir, Charlie’s Angels dipenuhi dengan adegan aksi-aksi seru yang ditampilkan para agen wanita mereka. Dari aksi kejar-kejaran, baku hantam tangan kosong, sampai bersenjata, ini adalah bagian paling menghibur dan menarik dari film ini. Para wanita ini bertarung dengan kemampuan mumpuni dan mereka tidak gampang menyerah. Namun, di sisi lain, mereka pun tetap bisa menampilkan sisi feminin dan sisi emosional mereka sebagai wanita. Di sisi lain, cameo-cameo yang ditampilkan pun akan mampu menggali nostalgia para penggemar Charlie’s Angels dari era sebelumnya.
Akting para bintangnya pun cukup solid. Sayang, buat saya, selama hampir 2 jam, layar seolah penuh dengan Kristen Stewart. Dibanding bintang lainnya, wajahnyalah yang terasa mendominasi layar film ini. Meskipun ya harus diakui, aktingnya cukup bagus.
Charlie’s Angels memberikan tontonan aksi nonstop yang seru serta menghibur selama hampir 2 jam dengan cerita yang datar dan juga cameo yang tidak akan Anda sangka. Film ini bakal membangkitkan kenangan pada masa-masa emas serial ini pada tahun 70an dan 80an.
Charlie’s Angels sudah bisa Anda saksikan di bioskop kesayangan Anda. Film ini berating 17 tahun ke atas yang artinya tidak layak ditonton anak di bawah umur. Bijaklah dalam memilih tontonan untuk anak dan keluarga Anda. Selamat menyaksikan!
(alv)