Meluruskan Mitos Seputar Stroke dengan Penanganan Tepat

Jum'at, 15 November 2019 - 08:37 WIB
Meluruskan Mitos Seputar Stroke dengan Penanganan Tepat
Meluruskan Mitos Seputar Stroke dengan Penanganan Tepat
A A A
STROKE merupakan penyakit mematikan yang dapat menyebabkan kecacatan hingga kematian. Sayang masih banyak beredar mitos-mitos seputar penyakit ini di media sosial.

Anda mungkin pernah membaca info di media sosial terkait penanganan yang diberikan bagi mereka yang tiba-tiba terserang stroke. Salah satunya adalah dengan menusukkan jarum ke jari atau telinga hingga berdarah. Asumsinya adalah, jika darah keluar maka tekanan darah otomatis akan turun dengan begitu gejala stroke pun dapat diatasi. Cara ini dibantah mentah-mentah oleh Founder & Director Klinik Wijaya dr Sukono Djojoatmodjo SpS.

Menurutnya, tindakan itu hanya akan memperlambat penanganan stroke yang seharusnya segera diberikan kepada pasien. Mengingat golden period penanganan stroke hanya empat jam. Semakin lama tertunda, peluang untuk pulih dan menghindari kecacatan pun akan semakin tipis. “Harus segera dibawa ke rumah sakit yang punya fasilitas memadai eperti CT scan dan MRI,” tegas dr Sukono, dalam acara peluncuran Hotline Pusat Informasi Stroke Klinik Wijaya yang diadakan Klinik Wijaya-Terapi Robotik Pascastroke.

Ingat, menusukkan jarum di tangan tidak akan memberikan pengaruh apa pun. Apalagi jika sudah terjadi perdarahan diotak. Mitos lain yang beredar adalah anggapan stroke penyakit orang tua.Faktanya, data menunjukkan pria merupakan kelompok paling berisiko terserang penyakit ini sejak memasuki usia produktif. Di usia 40-50 tahun, sekitar 31,4% pria terkena stroke, sementara wanita hanya 12,1%. Adapun pada usia 50-60 tahun, persentase pria yang mengidap stroke sebesar 91,8% dan wanita hanya 52,1%.

Nah, perlu diketahui angka kejadian menjadi lebih tinggi seiring bertambahnya usia. Usia 61 ke atas, prevalensi pria dengan stroke bahkan mencapai 99,8%, sedangkan wanita 96,5%. Gaya hidup sedentary seperti kurang olahraga dan makan makanan tidak sehat menyumbang angka kejadian stroke pada usia muda.Beberapa orang juga meyakini bahwa mandi bisa memicu stroke. Anggapan ini dilatarbelakangi kejadian stroke yang sering terjadi saat penderita dikamar mandi. Padahal hal ituhanya faktor kebetulan belaka.“Maka itu, jangan mudah termakan info-info yang belum tentu benar,” sebut dr Sukono.

Adapun yang sudah pasti adalah beberapa risiko stroke yang perlu kita waspadai, sambung dr Sukono, di antaranya diabetes. Penyakit ini berisiko stroke akibat komplikasi yang terjadi, tapi selama bisa mengontrol gula darah, maka komplikasi bisa dicegah. Kemudian kolesterol.Kolesterol menyebabkan pengerasan pada dinding pembuluh darah. “Tingginya LDL bisa akibatkan penumpukan plak-plak di pembuluh darah otak,” ujarnya.

Risiko lainnya adalah atrialfibrilasi (AF), yaitu gangguan irama jantung yang ditandai dengan denyut jantung tidak beraturan dan cepat. Penderita AF sangat berisiko mengalami penggumpalan darah dan penyumbatan pembuluh darah,terutama diotak(stroke). Merokok dan kebiasaan minum alkohol juga dapat berisiko terkena stroke. Untuk mencegah penyakit ini, penerapan pola makan sehat dan olahraga lima kali seminggu masing-masing sekitar 30 menit amat dianjurkan. Olahraga diketahui dapat memperbaiki aliran darah dan mencegah gangguan di pembuluh darah.

Pada kesempatan terpisah, dokter spesialis saraf dr Sahat Aritonang SpS MSi Med FIN menjelaskan, pengaruh stroke pada tubuh tergantung pada bagian otak mana yang terkena. (Sri Noviarni)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4419 seconds (0.1#10.140)