Film Sang Prawira: Perjuangan Penuh Liku Anak Kampung Menjadi Polisi
A
A
A
JAKARTA - Polri terus mendekatkan diri pada masyarakat, khususnya anak muda dengan cara yang menghibur lewat layar lebar. Setelah lahir film Pohon Terkenal dan Hanya Manusia, kini hadir Sang Prawira.
Film karya Ponti Gea ini dikemas dengan cara yang tak hanya sekadar menarik, juga menghibur. Dimulai dari tokoh bernama Horas (Adityo ACP), pria yang lahir di sebuah kampung di tepi Danau Toba dan bercita-cita menjadi polisi.
Namun, untuk menjadi abdi negara tidak mudah. Salah satu hambatannya datang dari ayahnya. Orang tuanya itu tak suka jika buah hatinya itu menjadi polisi dan lebih menginginkan Horas menjadi pengusaha sukes. Maklum, Horas lahir dari keluarga yang tergolong kekurangan.
Namun, Horas punya pandangan sendiri ketika dirinya ingin menjadi seorang polisi. Menurutnya, mengabdi kepada negara lebih penting dari urusan pribadi.
Perjuangannya menjadi Polisi pun semakin sulit saat Horas harus mengatasi masalah cintanya dengan Nauli (Anggika Bolsterli) yang romantic, tetapi cukup rumit. Tapi, penonton tak perlu khawatir. Film yang diproduksi MRG Film bekerja sama dengan Mabes Polri ini dibuat ringan.
Para pemainnya mampu menjalani karakternya dengan maksimal, meski sebagian besar pemainnya adalah anggota polisi. Sebut saja Ipda Aditia ACP dan Ipda Dimas Adit S, Ipda M. Bahkan, Mantan Kapolri yang sekarang menjadi Mendagri, Tito Karnavian ikut main, meski menjadi cameo.
Ada juga Demikian dengan Luhut Binsar Pandjaitan, Yassonnah H. Laoly, Ganjar Pranowo, Irjen Dr. Eko Indra H S, Irjen Agus A, Mayjend. TNI M. Sabrar F. ikut memperkaya film Prawira.
Sementara, Ipda Dimas yang menjadi pemeran utama mengaku tidak tahu dunia acting, tapi dia harus menjalani perannya sebagai Horas lantaran mendapat perintah dari institusi Polri untuk main film yang akan tayang di bioskop Indonesia, mulai Kamis 28 November 2019 ini. Tentu saja Dimas sempat merasakan kesulitan. Namun, dia bersyukur lawan mainnya, Anggika mampu mengembangkan aktingnya.
“Sejujurnya (menjadi Horas) berat, tapi banyak teman-teman yang memberikan support. Itu yang membuat aku bersemangat,” kata Ipda Dimas.
Anggika sendiri sadar lawan mainnya ini tidak memiliki basic acting. Sebagai pemain, dia selalu berusaha memancing lawan mainnya itu untuk tampil ‘sempurna’. Salah satunya saat menjalani adegan yang membangun emosional.
“Aku enggak masalah walaupun dia marah, kesal beneran sama aku enggak apa-apa. Aku bilang ke dia, walaupun ini perintah tapi kalau akting harus menggunakan perasaan,” terang Anggika.
“Makanya, aku pancing bapak Horas ini untuk marah sama aku, karena aku pikir masih kurang dapat (terlalu takut),” tambah dia.
Film karya Ponti Gea ini dikemas dengan cara yang tak hanya sekadar menarik, juga menghibur. Dimulai dari tokoh bernama Horas (Adityo ACP), pria yang lahir di sebuah kampung di tepi Danau Toba dan bercita-cita menjadi polisi.
Namun, untuk menjadi abdi negara tidak mudah. Salah satu hambatannya datang dari ayahnya. Orang tuanya itu tak suka jika buah hatinya itu menjadi polisi dan lebih menginginkan Horas menjadi pengusaha sukes. Maklum, Horas lahir dari keluarga yang tergolong kekurangan.
Namun, Horas punya pandangan sendiri ketika dirinya ingin menjadi seorang polisi. Menurutnya, mengabdi kepada negara lebih penting dari urusan pribadi.
Perjuangannya menjadi Polisi pun semakin sulit saat Horas harus mengatasi masalah cintanya dengan Nauli (Anggika Bolsterli) yang romantic, tetapi cukup rumit. Tapi, penonton tak perlu khawatir. Film yang diproduksi MRG Film bekerja sama dengan Mabes Polri ini dibuat ringan.
Para pemainnya mampu menjalani karakternya dengan maksimal, meski sebagian besar pemainnya adalah anggota polisi. Sebut saja Ipda Aditia ACP dan Ipda Dimas Adit S, Ipda M. Bahkan, Mantan Kapolri yang sekarang menjadi Mendagri, Tito Karnavian ikut main, meski menjadi cameo.
Ada juga Demikian dengan Luhut Binsar Pandjaitan, Yassonnah H. Laoly, Ganjar Pranowo, Irjen Dr. Eko Indra H S, Irjen Agus A, Mayjend. TNI M. Sabrar F. ikut memperkaya film Prawira.
Sementara, Ipda Dimas yang menjadi pemeran utama mengaku tidak tahu dunia acting, tapi dia harus menjalani perannya sebagai Horas lantaran mendapat perintah dari institusi Polri untuk main film yang akan tayang di bioskop Indonesia, mulai Kamis 28 November 2019 ini. Tentu saja Dimas sempat merasakan kesulitan. Namun, dia bersyukur lawan mainnya, Anggika mampu mengembangkan aktingnya.
“Sejujurnya (menjadi Horas) berat, tapi banyak teman-teman yang memberikan support. Itu yang membuat aku bersemangat,” kata Ipda Dimas.
Anggika sendiri sadar lawan mainnya ini tidak memiliki basic acting. Sebagai pemain, dia selalu berusaha memancing lawan mainnya itu untuk tampil ‘sempurna’. Salah satunya saat menjalani adegan yang membangun emosional.
“Aku enggak masalah walaupun dia marah, kesal beneran sama aku enggak apa-apa. Aku bilang ke dia, walaupun ini perintah tapi kalau akting harus menggunakan perasaan,” terang Anggika.
“Makanya, aku pancing bapak Horas ini untuk marah sama aku, karena aku pikir masih kurang dapat (terlalu takut),” tambah dia.
(tdy)