Karya Seniman Kontemporer Terkenal Dunia Ada di Sini

Rabu, 27 November 2019 - 20:15 WIB
Karya Seniman Kontemporer...
Karya Seniman Kontemporer Terkenal Dunia Ada di Sini
A A A
KANAZAWA - 21 Century Museum of Contemporary Art merupakan salah satu museum seni paling populer di Jepang. Terletak di Kanazawa, Ishikawa, 21 Century Museum dirancang oleh arsitek Jepang Kazuyo Sejima dan Ryue Nishizawa dari kantor arsitektur SANAA pada 2004. Pada 2005 atau satu tahun setelah pembukaannya, museum ini tercatat telah didatangi oleh 1.570.000 pengunjung.

21 Century Museum memamerkan karya-karya seniman kontemporer terkenal dari Jepang dan seluruh dunia. Berbeda dari museum lain, museum ini memiliki arsitektur nan unik dan membedakannya dari museum ataupun bangunan lain di sekitar Kanazawa. Yaitu terdiri atas bangunan melingkar, berdiameter 112,5 meter yang bertujuan untuk menjaga penampilan volume bangunan secara keseluruhan dan memungkinkan akses dari beberapa titik masuk. Berhubung dirancang pula sebagai fasilitas umum masyarakat sekitar, bangunan museum ini memiliki sejumlah ruang publik yang mencakup perpustakaan, ruang kuliah, ruang pertemuan komunitas dan lokakarya anak-anak yang terletak di pinggiran, plus ruang museum di tengahnya. Di antara ruang-ruang museum terdapat sejumlah instalasi permanen. Beberapa di antaranya berfokus pada karya-karya yang diproduksi sejak tahun 1980 yang mengusulkan nilai-nilai baru.

Selain itu, para seniman melalui koleksi yang dihadirkan di museum ini didorong untuk menghasilkan instalasi spesifik lokasi yang terkait erat dengan wilayah Kanazawa. Ini termasuk karya-karya seperti The Swimming Pool milik Leandro Erlich, sebuah kolam renang yang kalau dilihat dari atas akan tampak dipenuhi air yang dalam dan berkilauan. Padahal sebenarnya lapisan air hanya sedalam 10 cm di atas kaca transparan. Di bawah kaca ada ruang kosong dengan dinding aquamarine yang bisa dimasuki pengunjung. Untuk masuk ke instalasi ini, pengunjung dapat mengaksesnya dari gallery 6 dan diperlukan tiket.

Ada lagi Blue Planet Sky karya James Turrell, sebuah pameran yang mengeksplorasi cahaya sebagai media. Saat memasuki sebuah ruangan, perhatian kita bakal diarahkan ke bagian langit melalui bingkai lubang persegi panjang di tengah langit-langit. Melalui langit terbuka di ruangan ini, pengunjung mengalami transformasi cahaya yang tak henti-hentinya terjadi dari pagi hingga malam.

Lalu The Man Who Measures the Clouds karya Jan Fabre, yang terinspirasi oleh Birdman of Alcatraz, sebuah film berdasarkan kisah nyata tentang seorang pria yang memelihara burung di selnya ketika dipenjara di sel isolasi dan menjadi ahli burung. Di akhir film, ketika pria itu ditolak izinnya untuk melanjutkan penelitian, ia ditanya tentang rencana masa depannya dan menjawab akan mengukur awan. Karya seni ini mengambil judul dari film tersebut. Meskipun terinspirasi dari film, The Man Who Measures the Clouds juga memberi penghormatan kepada mendiang saudara kembar sang seniman. Karena itu, ini dikatakan sebagai karya yang memadukan berbagai elemen yaitu kehidupan, kematian, dan kebebasan. Karya tersebut dipasang di atap museum.

Ada juga Green Bridge karya Patrick Blanc yang dibuat untuk menjembatani koridor kaca. Karya ini mencakup 100 varietas tanaman yang cocok dengan iklim Kanazawa dan diatur secara estetis. Tanaman-tanaman itu ditanam di kedua sisi dinding dengan tebal 13 cm dengan sisi utara dan selatan dinding menerima jumlah sinar matahari yang berbeda setiap hari, sehingga memberikan tampilan yang berbeda pada tiap sisi dan menjadi sebuah karya seni yang indah.

Karya menarik lain di museum ini adalah Florian Claar karya Klangfeld Nr. 3 fur Alina. Sebanyak 12 pipa yang berbunyi seperti tuba dipasang di halaman mengelilingi museum. Setiap pipa melewati bawah tanah dan terhubung ke pipa lain, dan setiap pasang pipa berfungsi sebagai tabung bicara. Namun, pipa yang dipasangkan tidak berdiri berdekatan. Karenanya, suara akan dikirim ke suatu tempat yang tidak terduga dan suara yang sama sekali tidak terduga akan terdengar. Meskipun sederhana, alat ini menghasilkan bentang alam di mana suara tampak bergerak melalui labirin.

Karya-karya di 21 Century Museum terbagi dalam dua zona, yaitu zona pameran yang membutuhkan tiket masuk dan zona publik yang dapat disaksikan secara gratis. Di sisi lain, saat mengunjungi museum ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Salah satunya peraturan untuk tidak mengambil foto atau video di beberapa karya yang ditandai dengan papan informasi atau stiker tepat di depan karya tersebut. Di setiap ruang pameran juga akan ada penjaga atau staf museum yang berjaga.

21 Century Museum of Contemporary Art juga dilengkapi studio, teater, restoran, dan kamar bayi sehingga museum ini sangat ramah anak-anak. Museum buka pukul 10:00 hingga 18:00 untuk pameran (Jumat dan Sabtu hingga pukul 20:00), ruang publik buka pukul 09:00 hingga 22:00 dan tutup pada hari Senin (atau Selasa jika Senin hari libur nasional), dan liburan tahun baru. Untuk tiket masuk, dibanderol dengan harga yang beragam, mulai 240 yen hingga 1.200 yen.

Terletak tidak jauh dari Kenrokuen Garden dan Kanazawa Castile, 21 Century Museum dapat diakses menggunakan bus dari Stasiun Kanazawa (pintu timur) ke halte Hirosaka (10 menit, 200 yen), kemudian beberapa langkah untuk sampai ke museum. Selain itu, halte Hirosaka juga melayani bus shuttle Kenrokuen (halte nomor S5 dan S9), bus loop Kanazawa (halte nomor RL9 dan LL8), dan bus machi dalam waktu sekitar 20 menit dari Stasiun Kanazawa.
(tsa)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0949 seconds (0.1#10.140)