Budaya Pop Asia Timur Makin Digandrungi Dunia

Senin, 30 Desember 2019 - 10:55 WIB
Budaya Pop Asia Timur Makin Digandrungi Dunia
Budaya Pop Asia Timur Makin Digandrungi Dunia
A A A
NEW YORK - Dominasi Amerika Serikat (AS) pada bidang musik, film, dan televisi mulai tergerus. Dalam beberapa tahun terakhir, tren budaya pop di Asia Timur justru bangkit. Ekspor budaya popular dari Korea Selatan (Korsel) dan Jepang tampak meningkat di setiap tahun sejak 2009 dan memberikan pengaruh dalam industri hiburan dunia.

Pergeseran itu bahkan sangat signifikan. Pasalnya, pada 2009, dominasi AS tidak terhentikan. Lagu elektro yang dibawakan Lady Gaga, Bad Romance, saat itu terkenal dan diputar hampir di mana-mana. Para pecinta film di seluruh dunia juga sangat antusias untuk menonton film fiksi ilmiah Avatar, juga film reality show Jersey Shore.

Kini, budaya popular Korsel dan Jepang pun ada di mana-mana. Konsultan asal Jepang Marie Kondo rutin memberikan tips tentang kehidupan dalam program Netflix, Tidying Up with Marie Kondo. Grup band asal Korsel BTS dan Blackpink juga menggelontorkan investasi besar, sukses, dan memecahkan beragam rekor.

Film asal Korsel Parasite juga menjadi film pertama Korsel yang meraih penghargaan bergengsi di Eropa, Palme d’Or. Sutradara Bong Joon-ho lalu diundang dalam acara The Tonight Show Starring Jimmy Fallon. Uniknya, dia berbicara dalam bahasa Korea di hadapan audiens global dan menggunakan penerjemah lokal.

Lagu rapper asal Korsel PSY, Gangnam Style, juga mengguncang dunia melalui YouTube pada 2012. Begitupun dengan reality show asal Jepang, Terrace House, yang ditayangkan Netflix pada 2015. Majalah top berbahasa Inggris Vogue dan Elle juga kini setiap hari menyoroti produk kecantikan dan aktris asal Korsel. “Asia Timur menjadi kekuatan budaya yang meningkat secara signifikan,” ungkap firma konsultan McKinsey, dikutip CNN.

“Berbeda dengan sebelumnya di mana Asia menjadi penerima budaya Barat, tak terkecuali film Hollywood dan musik pop Inggris, saat ini aliran budaya bergerak dua arah,” tambah McKinsey. Anime asal Jepang seperti Pokemon dan Digimon juga sebelumnya sudah berhasil menembus pasar Barat.

Aktor bela diri asal China seperti Jackie Chan dan Bruce Lee juga sangat terkenal di dunia. Para ahli kini menggunakan istilah hallyu atau demam Korea untuk menyebut penyebaran buda popular Asia Timur. Ahli budaya popular dari Universitas Hong Kong, Anthony Fung, menilai kebangkitan ini dibantu internet.

Senada dengan Fung, Profesor Park Jung-sun dari Universitas California State mengatakan media sosial telah memperlebar dan mengubah aliran transnasional budaya popular dari televisi-radio yang bersifat terbatas.

“Platform media sosial yang beragam telah merevolusi cara kita menemukan dan mengonsumsi budaya popular dan mendiversifikasi rute aliran budaya popular beserta pengaruhnya,” ujar Jung-sun. Selain itu, berbeda dengan budaya popular Barat, budaya popular Asia Timur menawarkan keanekaragaman dan keunikan.

Profesor Susanna Lim dari Universitas Oregon mengatakan para penikmat budaya di Barat saat ini juga berasal dari berbagai latar belakang sosial yang merasa termarjinalisasi budaya mainstream di Amerika Serikat (AS). Pergeseran selera tersebut juga menunjukkan adanya perubahan demografi dan kesadaran budaya.

Dengan penduduk sekitar 51 juta jiwa, Korsel tidak memiliki pasar yang cukup untuk menampung industri hiburan mereka. Karena itu, Pemerintah Korsel mendukung ekspansi dan ekspor budaya menuju luar negeri. Sebab, budaya popular dapat menjadi soft diplomasi dan berpotensi meningkatkan reputasi negara.

Pemerintah Jepang juga mengeluarkan kebijakan serupa dengan menggelontorkan dana hingga 19 miliar yen di dalam industri kreatif seperti anime, desain grafis, film, dan fashion pada 2010. Di mata para penggemar, kesuksesan ekspor budaya Korsel dan Jepang juga bertumpu pada kualitas konten yang ditawarkan.

Menurut Asosiasi Bahasa Modern Amerika (MLAA), pendaftaran program kursus bahasa Korea dan Jepang di AS meningkat antara tahun 2013-2016 ketika kursus bahasa yang lain menurun. Angka kenaikannya mencapai sekitar 13,7%. Di samping itu, jumlah turis menuju Korsel meningkat sangat tajam.

Think tank Korsel, Hyundai Research Institute (HRI) juga mengungkapkan fakta menarik. Menurut HRI, 1 dari 13 turis yang mengunjungi Korsel adalah fans BTS. Jika BTS mampu mempertahankan popularitasnya, BTS akan mampu menyumbangkan sekitar 56,16 triliun won terhadap ekonomi Korsel pada 2023.

Associate Profesor Joe Elfving-Hwang dari Universitas Western Australia mengatakan budaya popular Asia Timur juga mengubah pandangan stereotipe terhadap lelaki Asia. Jika sebelumnya lelaki Asia dianggap sebagai jago kung fu seperti Bruce Lee, kini lelaki Asia dipandang sebagai lelaki tampan berhati mulia.

Para ahli mengatakan ekspor budaya Korsel dan Jepang akan terus berlanjut dalam beberapa dekade ke depan, kecuali China. Sebab, China dianggap sudah memiliki pasar domestik yang sangat besar sehingga tidak terlalu bergantung kepada pasar global. Film Wolf Warrior 2 juga meraup USD838 juta dari pasar lokal.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4137 seconds (0.1#10.140)