Begibung, Tradisi Adat Sasak Lombok Berbagi dalam Kebersamaan
A
A
A
Siang itu, puluhan bocah berkumpul di teras musala di Desa Gangga, Lombok Utara. Mereka duduk membentuk lingkaran masing-masing 5 orang. Di depan mereka terhidang makanan yang ditempatkan dalam piring dalam nare (nampan) dalam bahasa Sasak Lombok.
Di dalam nare sudah ada nasi putih yang disajikan untuk lima porsi. Di atas nasi ada lauk pauk yang disajikan dalam piring: sayur ares (sayur khas Lombok yang dimasak dari batang pisang yang masih muda), tahu tempe goreng sambal, urapan, ayam goreng, kacang goreng, dan segelas air mineral. Setelah berdzikir dan diakhiri dengan doa, para bocah itu kemudian diperkenankan menyerbu makanan di dalam nampan. Nikmat sekali.
Itulah yang dinamakan Begibung. Tahukah apa itu Begibung? Dalam bahasa Adat Sasak Lombok, Nusa Tenggara Barat, Begibung berarti makan bersama dalam satu tempat, memakai nare atau nampan. Sesuai tradisi Adat Sasak Lombok, Begibung digelar saat acara begawe merariq (pernikahan), khitanan atau acara lainnya. ’’Begibung sudah menjadi adat dari masyarakat Lombok dari dahulu dan tetap terjaga sampai saat ini,’’kata Harun, salah satu tokoh masyarakat.
Tradisi Begibung ini memiliki makna mendalam bagi masyarakat adat Sasak Lombok. Harun menjelaskan, Begibung bermakna berbagi dalam kebersamaan ketika susah atau senang semuanya dirasakan secara bersama.’’Ketika makan bersama saat Begibung, ada perasaan yang sama satu sama lainnya, bersyukur,’’ujarnya.
Ketika akan menyantap makanan yang terhidang, tokoh atau tetua atau orang yang lebih tua usianya terlebih dahulu mencuci tangan dari bejana atau mangkuk berisi air yang sudah disiapkan oleh yang punya begawe (hajatan). Setelah itu, para bocah itu begibung dengan penuh kebersamaan.
Harun kemudian menambahkan jika makanan yang disajikan tidak boleh langsung dihabiskan di tempat. Makanan itu harus disisakan untuk kemudian dibagi bersama dan dibawa pulang yang kemudian disebut "Berkat". Ada kemiripan dengan masyarakat Suku Jawa ketika pulang kondangan akan dibekali ’’Berkatan’’ dalam besek.
Di dalam nare sudah ada nasi putih yang disajikan untuk lima porsi. Di atas nasi ada lauk pauk yang disajikan dalam piring: sayur ares (sayur khas Lombok yang dimasak dari batang pisang yang masih muda), tahu tempe goreng sambal, urapan, ayam goreng, kacang goreng, dan segelas air mineral. Setelah berdzikir dan diakhiri dengan doa, para bocah itu kemudian diperkenankan menyerbu makanan di dalam nampan. Nikmat sekali.
Itulah yang dinamakan Begibung. Tahukah apa itu Begibung? Dalam bahasa Adat Sasak Lombok, Nusa Tenggara Barat, Begibung berarti makan bersama dalam satu tempat, memakai nare atau nampan. Sesuai tradisi Adat Sasak Lombok, Begibung digelar saat acara begawe merariq (pernikahan), khitanan atau acara lainnya. ’’Begibung sudah menjadi adat dari masyarakat Lombok dari dahulu dan tetap terjaga sampai saat ini,’’kata Harun, salah satu tokoh masyarakat.
Tradisi Begibung ini memiliki makna mendalam bagi masyarakat adat Sasak Lombok. Harun menjelaskan, Begibung bermakna berbagi dalam kebersamaan ketika susah atau senang semuanya dirasakan secara bersama.’’Ketika makan bersama saat Begibung, ada perasaan yang sama satu sama lainnya, bersyukur,’’ujarnya.
Ketika akan menyantap makanan yang terhidang, tokoh atau tetua atau orang yang lebih tua usianya terlebih dahulu mencuci tangan dari bejana atau mangkuk berisi air yang sudah disiapkan oleh yang punya begawe (hajatan). Setelah itu, para bocah itu begibung dengan penuh kebersamaan.
Harun kemudian menambahkan jika makanan yang disajikan tidak boleh langsung dihabiskan di tempat. Makanan itu harus disisakan untuk kemudian dibagi bersama dan dibawa pulang yang kemudian disebut "Berkat". Ada kemiripan dengan masyarakat Suku Jawa ketika pulang kondangan akan dibekali ’’Berkatan’’ dalam besek.
(aww)