Review Film Dolittle

Rabu, 15 Januari 2020 - 15:30 WIB
Review Film Dolittle
Review Film Dolittle
A A A
Tahun 90an, nama Dolittle identik dengan sosok Eddy Murphy yang memerankan tokoh bernama Dr Dolittle di sejumlah film layar lebar. Film komedi ini dulu memang hits dan berkisah tentang seorang dokter hewan yang mampu berbicara dengan hewan-hewan yang menjadi pasiennya. Film bergenre komedi ini berhasil mendapatkan tempat di hati para penggemar film dan sekuelnya pun dinantikan.

Memasuki era 2000an, produser film berusaha membuat reboot kisah ini. Hanya, mereka membuat reboot ini dengan nuansa baru. Jika Dr Dolittle dibuat dengan setting di era 90an, maka Dolittle era 2020 ini dibuat dengan setting masa lalu berupa genre petualangan fantasi. Film baru Dolittle ini lebih dekat dengan novel yang menjadi inspirasi Dr Dolittle di era 90an, yaitu The Voyages of Doctor Dolittle karya Hugh Lofting.

Robert Downey Jr. didapuk untuk memerankan Dolittle. Ini adalah film pertama Robert selepas dia gantung senjata di franchise Marvel Cinematic Universe (MCU). Selama 11 tahun, Robert dikenal sebagai Iron Man di franchise itu. Namun, di film terakhir mereka, Avengers: Endgame, Iron Man mati dan kemungkinan tidak akan dihidupkan lagi.

Dolittle berkisah tentang John Dolittle. Dia adalah seorang dokter hewan berbakat di Inggris yang mampu berbicara dengan para hewan. Ini membuatnya sangat terkenal di negara itu. Dia kemudian menikah dengan Lily (Kasia Smutniak), seorang petualang. Namun, pernikahan itu tidak bertahan lama. Lily meninggal dunia dalam petualangan terakhirnya mengarungi samudra.

Kematian Lily meninggalkan duka mendalam bagi Dolittle. Dia tidak lagi punya semangat untuk hidup. Dia menutup praktiknya sebagai dokter hewan dan hidup menyepi bersama hewan-hewan peliharaannya, yaitu Poly si kakaktua yang bijak (Emma Thompson), Chee-Chee si gorilla yang punya masalah dengan kecemasan (Rami Malek), Yoshi si beruang kutub (John Cena), Dab Dab si bebek putih (Octavia Spencer), Plimpton si burung unta (Kumail Nanjiani), Jip si anjing (Tom Holland), dan lain sebagainya.

Tujuh tahun hidup menyepi, Dolittle mendapat kunjungan dari Tommy Stubbins (Harry Collett). Dia merasa bersalah setelah tak sengaja menembak Kevin, seekor tupai. Dia bisa masuk ke rumah Dolittle karena dibantu Poly. Ketika Tommy sedang terjebak di jaring yang dipasang di halaman Dolittle, muncullah Lady Rose (Carmel Laniado), utusan Ratu Victoria. Kepada Dolittle, Rose mengatakan jika Ratu Victoria sedang sakit parah dan meminta dokter hewan itu untuk mengunjunginya.

Awalnya Dolittle menolaknya. Namun, setelah serangkaian ancaman, akhirnya dia dan rombongannya pun pergi ke Istana Buckingham. Ratu Victoria memang sedang sekarat akibat diracun. Satu-satunya obat untuk menyembuhkannya ada di Pulau Eden, sebuah pulau mitos yang belum pernah dilihat orang. Namun, Lily, mendiang istri Dolittle tahu jalan menuju tempat itu.

Dolittle pun berangkat ke Pulau Eden. Namun, bukan perkara mudah baginya untuk mendapatkan buah penyembuh sang ratu. Berbagai rintangan pun dihadapi Dolittle dan rombongannya. Perjalanan itu juga menguak jati diri Lily sesungguhnya.

Film ini cukup ringan, menarik dan menghibur. Selama 106 menit, Anda akan dibuat tertawa terpingkal-pingkal dengan tingkah polah para hewan peliharaan Dolittle dan Dolittle sendiri. Tak hanya tingkah polah, dialog-dialog mereka pun mengandung humor yang cukup bisa mengocok perut Anda. Hampir semua hewan di film ini punya porsi humor yang lumayan rata. Hanya, titik beratnya memang pada Poly, Chee-Chee, Dab Dab, Plimpton, Yoshi dan Kevin.

Bergantung berat pada CGI, film ini memberikan gambar yang lumayan bagus. Hewan-hewan yang tampil memang terlihat nyata, tapi tetap ada sisi komiknya. Mereka mampu memberikan ekspresi muka yang memang diperlukan di sejumlah adegan.

Namun, sedikit catatan untuk karakter Dolittle. Jika Anda penggemar MCU, terutama Iron Man alias Tony Stark, Anda akan menemukan sedikit persamaan antara sosok Tony dengan Dolittle. Mereka sama-sama egois dan merasa tidak butuh bantuan orang lain. Ya, entahlah, mungkin itu hanya pandangan saya.

Selain itu, film ini juga terasa kurang panjang. Durasi 106 menit rasanya masih kurang untuk eksplorasi film ini. Di awal, film ini lambat, tapi di bagian jelang akhir, film ini rasanya cepat dan terburu-buru untuk selesai. Ada sejumlah hal yang terasa menggantung di film ini, meski tak terlalu mengganggu, tapi ya, ada rasa kena tanggung (kentang) saja di sini.

Overall, Dolittle adalah sebuah tontonan yang menyenangkan, menghibur dan seru. Film ini akan membawa ke sebuah petualangan fantasi yang menarik dan penuh gelak tawa.

Dolittle sudah bisa disaksikan di bioskop kesayangan Anda. Film ini adalah untuk Semua Umur (SU). Selamat menyaksikan.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1232 seconds (0.1#10.140)