Mengapa Pasien TB Harus Tes HIV?

Jum'at, 17 Januari 2020 - 08:35 WIB
Mengapa Pasien TB Harus Tes HIV?
Mengapa Pasien TB Harus Tes HIV?
A A A
PENDERITA AIDS amat rentan terkena tuberkulosis (TB). Sayangnya, banyak ODHA tidak menyadari dirinya terkena penyakit itu. Pemeriksaan HIV bagi pasien TB pun diwajibkan.

Sepanjang pengalaman klinis dr Gatut Priyonugroho SpP, ada saja pasien TB yang menolak untuk dites HIV. Padahal, dari data GlobalReport pada negara yang sukses mengatasi TB, salahsatu parameternya adalah pemeriksaan penyakit lain. “Kecuali kita bisa membuktikan negara kita dapat membasmi TB tanpa melakukan parameter tersebut,” kata Spesialis Pulmonologi RSUI itu dalam Seminar Awam #BicaraSehatRSUI: “TBC dan Infeksi Otak di Era Millenials”.

Masalahnya, tidak sedikit pasien dr Gatut yang meyakini dirinya tidak terinfeksi HIV tapi mengidap TB. Mereka pun menolak melakukan tes HIV karena pandangan miring soal penyakit tersebut. “Kalau yakin tidak HIV malah aneh tidak mau diperiksa. Tesnyakan hanya ambil darah sama seperti tes yang dilakukan ibu yang akan melahirkan,” bebernya. Nyatanya, mereka yang semula menolak untuk tes HIV justru banyak yang positif HIV meski selama ini tidak sadar dirinya terkena virus mematikan tersebut.

Dia melanjutkan, Indonesia menghadapi tiga permasalahan TB, yaitu kasus TB yang cukup tinggi, kasus TB kebal obat yang juga tinggi, dan angka kasus HIV yang tidak kalah tinggi. Dr Gatut menyayangkan sikap pasien yang tidak kooperatif. Jika pemeriksaan yang utama ditolak, sulit dilakukan pemeriksaan lain.

“Kalau memang hasilnya negatif ya sudah, tapi kalau positif maka kita harus mengobati kuman TB-nya dulu minimal dua minggu. Kalau kuman berkurang banyak, baru aman diberi obat antiretroviral(ARV) (untuk orang dengan HIV-AIDS/ODHA). Tetapi kalau berbarengan bisa terjadi efek samping berat, seperti peradangan hebat di sekujur tubuh, terutama otak,” kata dr Gatut.

ODHA memiliki daya tahan tubuh rendah. Kalau sudah begini, infeksi oportunistik bisa muncul, seperti toxoplasma, pneumonia, koinfeksi virus hepatitis, disamping TB. TB diketahui sebagai penyebab tertinggi kematian ODHA, dimana banyak ODHA baru mengetahui dirinya terkena HIV setelah terkena TB. “Kapan infeksi oportunistik ini muncul? Jika CD4-nya (jenissel darah putih atau limfosit) di bawah 200,” papar dr AdityoSusilo SpPD-KPTI dari RSUI.

CD 4 rendah menandakansistem kekebalan menurun. Pengobatan TB meningitis adalah 6-9 bulan ke depan tanpa putus, mengingat pengobatan yang terputus rentan resisten (kebal). Ini bisa menyebabkan pasien bersangkutan menjadi TBmultidrug-resistant (TB MDR). Sedangkan, pengobatan dengan ARV dilakukan seumur hidup tanpa putus.

Kuman TB Bisa Menyasar ke Mana Saja

Indonesia kini berada pada peringkat kedua sebagai negara dengan pasien TB terbanyak di dunia. TB disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini memang masuk lewat saluran pernapasan, tetapi kuman TB bisa menyebar mengikuti aliran darah dan menyerang bagian tubuh lainnya, seperti otak, tulang, ginjal, adrenal, tiroid. Karena daya tahan tubuh baik, kuman tersebut bisa diredam oleh tubuh. Ini dikenal dengan TB laten.

“Ada kuman TB tapi tidak sakit dan bakterinya tidak aktif,” kata dr Adityo. Jika daya tahan tubuh turun, kuman TB tidak bisa ditahan oleh tubuh dan jadilah TB aktif. “Makanya harus diketahui dulu TB aktif atau laten lewat pemeriksaan lab,” ucapnya. Beberapa kelompok yang berisiko TB aktif di antaranya pasien dengan HIV, anak usia di bawah 5 tahun, pasienautoimun, obesitas, merokok, dan pasien kanker. Kasus HIV pun jumlahnya naik dari tahun ke tahun.

Penularan TB yaitu melalui udara dari pasien yang terinfeksi TB, sedangkan penularan HIV lewat kontak dengan darah atau cairan tubuh (saat berhubungan seks) ODHA. Selain seks, penggunaan jarum suntik bergantian juga berisiko terkena penyakit HIV. Ibu hamil yang diketahui sudah terinfeksi HIV juga berisiko untuk menularkan HIV ke janin yang dikandungnya. Kelompok lain yang juga berisiko terkena HIV adalah mereka yang berhubungan seks dengan sesama jenis. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit CDC menyebutkan bahwa satu dari lima gay dan biseksual terinfeksi HIV. (Sri Noviarni)
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4243 seconds (0.1#10.140)