Review Film Bad Boys for Life
A
A
A
Berjarak sekitar 17 tahun sejak seri keduanya diluncurkan, Bad Boys for Life berusaha untuk mengembalikan nostalgia atas konyolnya aksi Mike Lowery (Will Smith) dan Marcus Burnett (Martin Lawrence) sebagai pasangan detektif polisi di Miami. Usaha ini tentu tidak mudah. Banyak faktor yang mempengaruhi jalannya cerita dan aksi di film ini. Salah satunya adalah usia.
Dua aktor utama di film ini, Will dan Martin, sudah tidak muda lagi. Usia mereka sudah sama-sama menginjak 50an—Will berusia 51 tahun dan Martin berusia 54 tahun. Meski begitu, usia pulalah yang turut mematangkan pemikiran mereka. Walaupun tetap slengekan dan urakan, tapi, perjalanan hidup telah turut mengubah pemikiran mereka.
Bad Boys for Life dimulai dengan Mike dan Marcus yang kebut-kebutan di jalanan dengan mobil Porsche model terbaru. Mereka buru-buru ke rumah sakit untuk menengok putri Marcus yang melahirkan. Di Meksiko, seorang tahanan wanita, Isabel Aretas, melarikan diri dengan bantuan putranya, Armando.
Selepas dari penjara, Isabel memerintahkan Armando pergi ke Miami untuk membalaskan dendam atas kematian suaminya, seorang bos kartel narkoba. Banyak orang yang masuk jajaran target balas dendam itu, termasuk hakim, jaksa dan informan polisi. Namun, yang paling diinginkan Isabel adalah nyawa Mike.
Di Miami, Marcus yang merasa hidupnya telah mapan bersama istri, anak, dan cucunya memutuskan untuk pensiun. Keputusan ini ditentang Mike. Dia merasa, masih banyak yang bisa dilakuan Marcus ketimbang bersantai di rumah menikmati masa pensiunnya. Namun, Marcus punya pandangan lain. Dia justru mempertanyakan tujuan hidup Mike. Apalagi, Mike tidak pernah menikah dan bahkan tidak pernah jatuh cinta.
Ketika mereka berdebat tentang rencana pensiun Marcus, Mike menantang Marcus lomba lari. Namun, ketika Mike merasa memenangkan pertandingan itu, dia diberondong peluru oleh seorang tak dikenal yang mengendarai sepeda motor. Mike pun nyaris tewas karenanya.
Setelah sembuh, Mike bertekad mencari tahu siapa orang yang telah menyerangnya itu. Dia berusaha meminta bantuan Marcus. Namun, Marcus telah memutuskan untuk pensiun dan menolak permintaan Mike itu. Mike kemudian diperbantukan sebagai konsultan untuk tim AMMO di kepolisian Miami. Tim inilah yang menyelidiki kasus penembakan Mike. Namun, bekerja sama dengan tim ini bukanlah perkara mudah bagi Mike karena dia lebih suka gaya old-school, tidak mengandalkan pendekatan lembut dan teknologi seperti AMMO.
Ketika Mike belum juga mampu mengungkap percobaan pembunuhan terhadap dirinya, Marcus tiba-tiba menghubunginya. Telepon Marcus itu akhirnya membawa perubahan atas apa yang sedang dilakukan Mike. Bad Boys kembali beraksi. Kasus ini juga mengungkap masa lalu Mike.
Bad Boys for Life masih memboyong vibe fun hubungan antara Mike dan Marcus. Hanya, meski masih suka ugal-ugalan di jalanan dan mengendarai mobil mewah, aksi Mike dan Marcus sudah tidak selincah dulu. Bahkan, cara bicara mereka pun sudah lebih pelan, tak seperti ketika Bad Boys pertama dirilis pada 1995. Seperti yang saya singgung di atas, mungkin usia adalah faktornya.
Film ini masih menyajikan aksi yang menegangkan. Kejar-kejaran di jalanan, baku tembak dan aksi laga lainnya. Chit-chat konyol antara Mike dan Marcus masih menjadi bagian yang menghibur di film ini. Di film ini, celetukan-celetukan Marcus-lah yang bakal mengocok perut Anda. Untuk Mike, ya, biasa saja. Dia baru akan terdengar konyol jika ngobrol dengan Marcus.
Rasa nostalgia pun dihadirkan dengan munculnya Joe Pantoliano sebagai Kapten Conrad Howard. Kapten ini adalah salah satu tokoh yang cukup dikenal dari seri Bad Boys. Dia pemarah, tapi sangat sayang pada Mike dan Marcus. Dia mengandalkan kedua orang ini. Adegan pertama film ini juga akan mengingatkan fan pada film pertama Bad Boys. Homage lain di film ini terhadap seri sebelumnya adalah perbedaan gaya menyetir Mike dan Marcus. Mike dikenal suka mobil yang cepat dan selalu menyetir dengan kecepatan tinggi. Sementara, Marcus adalah orang yang mengutamakan keselamatan. Dia mengendarai mobil keluarga yang kecepatannya sedang dan menyetir dengan gaya santai.
Namun, film ini pun berusaha keep up dengan kemajuan zaman. Ini dibuktikan dengan diperkenalkannya tim AMMO yang dipimpin Letnan Rita (Paola Nunez). Tim ini terdiri atas Rita, Dorn, Kelly dan Rafe. Mereka banyak mengandalkan teknologi dalam aksi mereka. Mike pun harus beradaptasi dengan orang-orang ini.
Bad Boys for Life sangat berfokus pada Mike. Film ini akan mengungkap sedikit masa lalu Mike sebelum dia bermitra dengan Marcus. Selama 124 menit, sepak terjang Mike bakal menjadi titik berat film ini. Meskipun, apa yang terjadi pada kehidupan Marcus pun tak luput dari cerita. Hanya, ketika Mike terjebak pada kerja sama yang tidak dia inginkan, Marcus benar-benar menjalani hidupnya dengan santai.
Yang perlu dicatat dari film ini adalah chemistry antara Will dan Martin yang sepertinya belum luntur. Chemistry inilah yang membuat film ini masih enak ditonton, meskipun ceritanya ya begitulah. Ada beberapa bagian yang terlihat dipaksakan dan jadi kurang natural. Selain itu, ciri khas Bad Boys dengan adegan penuh ledakan juga masih mewarnai film ini. Meski tak lagi ditukangi Michael Bay, duo sutradara Adil El Arbi dan Bilall Fallah tetap mempertahankan adegan ledakan di film ini. Mereka menciptakan sebuah ledakan besar di film ini, tapi mereka lebih banyak menitikberatkan pada aksi jalanan yang lumayan seru.
Meski begitu, alur film ini tak bisa disebut terlalu cepat. Temponya sepoi-sepoi dengan penonton diajak untuk menebak-nebak twist yang tersamar. Memang pada akhirnya klise, tapi ya, jika Anda tak punya ekspektasi apa pun, tidak ada salahnya untuk menontonnya. Dan, mungkin, Anda bisa sedikit bosan di tengah-tengah film ini. Namun, banyolan Marcus bisa mengobati rasa bosan itu.
Bad Boys for Life mengandalkan chemistry di antara dua tokoh utamanya yang tak lekang dimakan zaman. Aksi kejar-kejaran dan baku tembaknya cukup seru dan menghibur, meski terasa agak lambat.
Bad Boys for Life sudah bisa Anda saksikan di bioskop kesayangan Anda. Karena adegan kekerasan dan bahasanya yang kasar, film ini diberi rating 17 Tahun ke Atas alias Dewasa. Bijaklah memilih tontonan untuk keluarga Anda. Selamat menyaksikan!
Dua aktor utama di film ini, Will dan Martin, sudah tidak muda lagi. Usia mereka sudah sama-sama menginjak 50an—Will berusia 51 tahun dan Martin berusia 54 tahun. Meski begitu, usia pulalah yang turut mematangkan pemikiran mereka. Walaupun tetap slengekan dan urakan, tapi, perjalanan hidup telah turut mengubah pemikiran mereka.
Bad Boys for Life dimulai dengan Mike dan Marcus yang kebut-kebutan di jalanan dengan mobil Porsche model terbaru. Mereka buru-buru ke rumah sakit untuk menengok putri Marcus yang melahirkan. Di Meksiko, seorang tahanan wanita, Isabel Aretas, melarikan diri dengan bantuan putranya, Armando.
Selepas dari penjara, Isabel memerintahkan Armando pergi ke Miami untuk membalaskan dendam atas kematian suaminya, seorang bos kartel narkoba. Banyak orang yang masuk jajaran target balas dendam itu, termasuk hakim, jaksa dan informan polisi. Namun, yang paling diinginkan Isabel adalah nyawa Mike.
Di Miami, Marcus yang merasa hidupnya telah mapan bersama istri, anak, dan cucunya memutuskan untuk pensiun. Keputusan ini ditentang Mike. Dia merasa, masih banyak yang bisa dilakuan Marcus ketimbang bersantai di rumah menikmati masa pensiunnya. Namun, Marcus punya pandangan lain. Dia justru mempertanyakan tujuan hidup Mike. Apalagi, Mike tidak pernah menikah dan bahkan tidak pernah jatuh cinta.
Ketika mereka berdebat tentang rencana pensiun Marcus, Mike menantang Marcus lomba lari. Namun, ketika Mike merasa memenangkan pertandingan itu, dia diberondong peluru oleh seorang tak dikenal yang mengendarai sepeda motor. Mike pun nyaris tewas karenanya.
Setelah sembuh, Mike bertekad mencari tahu siapa orang yang telah menyerangnya itu. Dia berusaha meminta bantuan Marcus. Namun, Marcus telah memutuskan untuk pensiun dan menolak permintaan Mike itu. Mike kemudian diperbantukan sebagai konsultan untuk tim AMMO di kepolisian Miami. Tim inilah yang menyelidiki kasus penembakan Mike. Namun, bekerja sama dengan tim ini bukanlah perkara mudah bagi Mike karena dia lebih suka gaya old-school, tidak mengandalkan pendekatan lembut dan teknologi seperti AMMO.
Ketika Mike belum juga mampu mengungkap percobaan pembunuhan terhadap dirinya, Marcus tiba-tiba menghubunginya. Telepon Marcus itu akhirnya membawa perubahan atas apa yang sedang dilakukan Mike. Bad Boys kembali beraksi. Kasus ini juga mengungkap masa lalu Mike.
Bad Boys for Life masih memboyong vibe fun hubungan antara Mike dan Marcus. Hanya, meski masih suka ugal-ugalan di jalanan dan mengendarai mobil mewah, aksi Mike dan Marcus sudah tidak selincah dulu. Bahkan, cara bicara mereka pun sudah lebih pelan, tak seperti ketika Bad Boys pertama dirilis pada 1995. Seperti yang saya singgung di atas, mungkin usia adalah faktornya.
Film ini masih menyajikan aksi yang menegangkan. Kejar-kejaran di jalanan, baku tembak dan aksi laga lainnya. Chit-chat konyol antara Mike dan Marcus masih menjadi bagian yang menghibur di film ini. Di film ini, celetukan-celetukan Marcus-lah yang bakal mengocok perut Anda. Untuk Mike, ya, biasa saja. Dia baru akan terdengar konyol jika ngobrol dengan Marcus.
Rasa nostalgia pun dihadirkan dengan munculnya Joe Pantoliano sebagai Kapten Conrad Howard. Kapten ini adalah salah satu tokoh yang cukup dikenal dari seri Bad Boys. Dia pemarah, tapi sangat sayang pada Mike dan Marcus. Dia mengandalkan kedua orang ini. Adegan pertama film ini juga akan mengingatkan fan pada film pertama Bad Boys. Homage lain di film ini terhadap seri sebelumnya adalah perbedaan gaya menyetir Mike dan Marcus. Mike dikenal suka mobil yang cepat dan selalu menyetir dengan kecepatan tinggi. Sementara, Marcus adalah orang yang mengutamakan keselamatan. Dia mengendarai mobil keluarga yang kecepatannya sedang dan menyetir dengan gaya santai.
Namun, film ini pun berusaha keep up dengan kemajuan zaman. Ini dibuktikan dengan diperkenalkannya tim AMMO yang dipimpin Letnan Rita (Paola Nunez). Tim ini terdiri atas Rita, Dorn, Kelly dan Rafe. Mereka banyak mengandalkan teknologi dalam aksi mereka. Mike pun harus beradaptasi dengan orang-orang ini.
Bad Boys for Life sangat berfokus pada Mike. Film ini akan mengungkap sedikit masa lalu Mike sebelum dia bermitra dengan Marcus. Selama 124 menit, sepak terjang Mike bakal menjadi titik berat film ini. Meskipun, apa yang terjadi pada kehidupan Marcus pun tak luput dari cerita. Hanya, ketika Mike terjebak pada kerja sama yang tidak dia inginkan, Marcus benar-benar menjalani hidupnya dengan santai.
Yang perlu dicatat dari film ini adalah chemistry antara Will dan Martin yang sepertinya belum luntur. Chemistry inilah yang membuat film ini masih enak ditonton, meskipun ceritanya ya begitulah. Ada beberapa bagian yang terlihat dipaksakan dan jadi kurang natural. Selain itu, ciri khas Bad Boys dengan adegan penuh ledakan juga masih mewarnai film ini. Meski tak lagi ditukangi Michael Bay, duo sutradara Adil El Arbi dan Bilall Fallah tetap mempertahankan adegan ledakan di film ini. Mereka menciptakan sebuah ledakan besar di film ini, tapi mereka lebih banyak menitikberatkan pada aksi jalanan yang lumayan seru.
Meski begitu, alur film ini tak bisa disebut terlalu cepat. Temponya sepoi-sepoi dengan penonton diajak untuk menebak-nebak twist yang tersamar. Memang pada akhirnya klise, tapi ya, jika Anda tak punya ekspektasi apa pun, tidak ada salahnya untuk menontonnya. Dan, mungkin, Anda bisa sedikit bosan di tengah-tengah film ini. Namun, banyolan Marcus bisa mengobati rasa bosan itu.
Bad Boys for Life mengandalkan chemistry di antara dua tokoh utamanya yang tak lekang dimakan zaman. Aksi kejar-kejaran dan baku tembaknya cukup seru dan menghibur, meski terasa agak lambat.
Bad Boys for Life sudah bisa Anda saksikan di bioskop kesayangan Anda. Karena adegan kekerasan dan bahasanya yang kasar, film ini diberi rating 17 Tahun ke Atas alias Dewasa. Bijaklah memilih tontonan untuk keluarga Anda. Selamat menyaksikan!
(alv)