Review Film Birds of Prey

Rabu, 05 Februari 2020 - 16:30 WIB
Review Film Birds of Prey
Review Film Birds of Prey
A A A
Sejak diperkenalkan di film Suicide Squad pada 2016, sosok Harley Quinn mampu mencuri hati para pencinta film superhero. Margot Robbie yang memerankan karakter ini bisa dengan baik menggambarkan sosok wanita badut jahat yang merupakan pacar Joker ini. Kini, di tahun ini, Harley muncul di filmnya sendiri tanpa Joker.

Berjudul Birds of Prey (and the Fantabulous Emancipation of One Harley Quinn), film produksi DC Entertainment dan Warner Bros. ini menjadi bagian DC Extended Universe (DCEU). Film ini mengekplorasi kehidupan Harley setelah dia putus cinta dengan Joker dan harus menghadapi banyak musuh di Gotham City. Di saat itulah, dia bertemu sekutu-sekutu yang tidak dia perkirakan sebelumnya. Di film ini, Harley juga berperan sebagai narator atau pembawa cerita.

Film ini dimulai dengan Harley yang menceritakan awal kehidupannya hingga dia menjadi seorang Harley Quinn seperti sekarang. Tanpa mengungkap mengapa dia dan Joker akhirnya putus, Harley yang patah hati berusaha move on. Dia mendapatkan Bruce, seekor hyena (dubuk), dari tempat penampungan hewan, nongkrong di klub, berusaha berteman dan menikmati hidupnya.

Harley berusaha jujur kepada teman-temannya dengan mengatakan kalau dia dan Joker telah putus. Namun, tak satupun orang mempercayainya. Putus asa dan ingin segera lepas dari bayang-bayang Joker, Harley meledakkan pabrik asam yang menjadi simbol hubungan asmaranya dengan Clown Prince of Crime itu. Yang Harley tidak sadar adalah setelah mendeklarasikan berakhirnya hubungannya dengan Joker, nyawanya pun terancam.

Pascapeledakan pabrik itu, banyak orang memburu Harley. Mereka ramai-ramai ingin balas dendam terhadap perbuatan Harley ketika dia masih menjadi Joker. Tak hanya penjahat yang memburunya, polisi juga ikut mengincarnya. Salah satu polisi yang sangat ingin menangkapnya adalah Renee Montoya (Rossi Perez).

Di sisi lain, Harley berhasil mengenal Dinah Lance alias Black Canary (Jurnee Smollett-Bell), seorang penyanyi dari klub milik Roman Sionis/Black Mask (Ewan McGregor). Tak hanya piawai menyanyi, Dinah juga punya kekuatan yang mampu membuat Roman terpukau. Roman kemudian mengangkat Dinah menjadi sopir pribadinya. Roman adalah orang kaya yang sangat ambisius dan jahat di Gotham. Dia ingin menguasai kota. Berbagai cara pun dia lakukan untuk bisa membuat Gotham jatuh ke tangannya. Salah satunya, dia telah menguasai berlian warisan keluarga Bertinelli yang dia bunuh bertahun-tahun yang lalu. Tanpa disadari Roman, salah satu anggota keluarga Bertinelli masih hidup dan berada di Gotham untuk balas dendam. Dia adalah Helena Bertinelli (Mary Elizabeth Winstead) yang menyebut dirinya sebagai Huntress.

Harley, Montoya, Dinah dan Helena akhirnya dipertemukan ketika Roman memburu Cassandra Cain (Ella Jay Basco). Cassandra adalah seorang pencopet yang mencopet berlian Bertinelli itu dari tangan kanan Roman, Victor Zsasz. Namun, Cassandra kemudian ditangkap polisi setelah salah satu korbannya melapor. Dia pun digelandang ke kantor polisi.

Harley kemudian pergi ke kantor polisi untuk membawa Cassandra kepada Roman demi menyelamatkan nyawanya. Montoya kemudian memburu kedua orang tersebut. Harley berhasil menyelamatkan Cassandra dan membawanya ke tempat tinggalnya. Namun, sebuah pengkhianatan mengubah segalanya.

Birds of Prey memiliki alur dengan tempo yang maju mundur tanpa batasan yang jelas. Ketika film ini sudah dalam taraf cerita yang maju, tiba-tiba plotnya diundurkan dengan lini masa yang tidak terlalu jelas dan terasa kurang konsisten. Ya, mungkin hitungan waktu saya yang terlalu saklek. Namun, bagian ini kurang bikin nyaman saat nonton. Tempo yang tak konsisten ini membuat film ini terasa agak membosankan. Selain itu, sebagai sebuah film yang diberi rating 17 tahun ke atas alias Dewasa, film ini tidak terlalu mengumbar kekerasan yang keji nan kejam. Selain bahasanya yang kasar, film ini kurang berdarah-darah sebagai sebuah film aksi dengan rating Dewasa.

Namun, jika bicara soal aksi dan performa para bintangnya, Birds of Prey punya kesatuan performa yang cukup solid. Orang tak perlu meragukan lagi kepiawaian Margot Robbie dalam menghidupkan kembali Harley Quinn. Sosok ini tetap menjadi sosok yang istimewa. Dia sedih, tapi cepat gembira, kurang empati tapi pada akhirnya dia menyadari bahwa tak semua orang seperti yang dia kira. Apa yang terjadi di sekitarnya, akhirnya mengubah pandangannya. Sementara, aksi Mary Elizabeth Winstead sebagai Huntress pun cukup bisa mencuri perhatian. Karakternya yang lugas dan kaku, ternyata bisa juga dibengkokkan dan itu menjadi lucu. Dia terlihat selalu jengkel pada semua orang, tapi sebenarnya dia seorang yang perhatian yang menyimpan dendam di dalam dadanya. Sementara, aksi Ewan McGregor sebagai Roman Sionis alias Black Mask juga cukup bagus. Dia mampu memperlihatkan sosok penjahat yang jahat, ambisius tapi juga konyol. Hanya, karakter ini tidak diberi porsi yang layak untuk dieksplorasi lebih lanjut.

Gambar-gambar yang ditampilkan di film ini cukup berbeda dengan apa yang biasa disajikan DC di film-filmnya. Birds of Prey menyajikan gambar-gambar cerah dan berwarna yang memikat mata. Inilah yang membuat film ini terasa agak berbeda. Nuansa dark yang biasanya menjadi ciri khas film DC memang masih ada, tapi minim di Birds of Prey. Perbedaan lainnya adalah humor. Film ini memang banyak menampilkan humor karena tingkah laku Harley yang cukup konyol di film ini.

Di sisi lain, walaupun cukup menarik untuk ditonton, Birds of Prey ini lebih terasa sebagai film Harley Quinn ketimbang film tentang kelompok wanita pembela kebenaran ini. Sebagai sebuah film assembling, sutradara Birds of Prey, Cathy Yan, sepertinya terlalu sibuk dengan Harley dan tetek bengeknya sampai tidak fokus untuk menyatukan mereka dengan lebih cepat di film ini. Persatuan mereka terjadi di akhir film, sekitar seperempat bagian terakhir dari 1 jam 40 menit durasi film ini. Birds of Prey jadi terasa seperti film Harley Quinn yang menampilkan Birds of Prey sebagai pendukungnya, bukan sebaliknya. Film ini pun cukup melelahkan karena karakter yang ditampilkan—di luar Harley—hanya secuplik-cuplik, sementara ada beberapa adegan Harley yang tidak penting jadi tampil di sini. Selain itu, di film ini, selain Sal, semua pria itu jahat.

Birds of Prey (and the Fantabulous Emancipation of One Harley Quinn) adalah film yang cukup menghibur yang terlalu berfokus pada Harley Quinn yang kurang berdarah-darah.

Film Birds of Prey sudah bisa dinikmati di bioskop kesayangan Anda. Film ini diberi rating 17 tahun ke atas alias Dewasa. Jadi, bijaklah memilih tontonan untuk keluarga Anda. Selamat menyaksikan!

(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5610 seconds (0.1#10.140)