Melanie Putria Hidup Sehat dengan Maraton
A
A
A
JAKARTA - Beberapa tahun belakangan ini sederet artis Tanah Air mulai gemar menjalani gaya dan pola hidup sehat. Berbagai jenis olahraga dipilih sesuai kebutuhan masing-masing mulai gym, lari, hingga yoga. Salah satunya Melanie Putria.
Putri Indonesia 2002 itu kerap mengunggah aktivitas berolahraga di akun Instagram, khususnya lari.
Melanie kini memang dikenal sebagai artis yang aktif menjadi pelari. Ia punya kisah menarik seputar kegemarannya itu. Perempuan kelahiran Jakarta ini mengaku, benci lari sebelum melahirkan putra semata wayangnya, Sheemar Rahman Puradiredja. Namun, semua itu berubah 180 derajat setelah ia mengalami baby blues syndrome saat usianya menginjak 28 tahun.
Perempuan berusia 37 tahun ini mengaku, hampir terkena gejala depresi pasca-melahirkan. Lari, kata Melanie, akhirnya menyelamatkan hidup dia seperti sedia kala.
"Jadi dulu aku hampir masuk ke fase depresi postpartum. Rasanya sudah nggak karu-karuan. Jadi aku lari, yang akhirnya menyelamatkan dan memberikan semangat hidup aku sampai hari ini. Nazarnya gitu, kalau bisa menginjak finish line, artinya gue akan kembali menjadi Melanie yang dulu," ujar Melanie dalam jumpa pers First Festival 2020 di Paradigma Cafe n Resto, Jakarta, belum lama ini.
Melanie tak main-main menekuni lari. Ia sangat antusias dalam hal perlombaan dan sampai saat ini sudah mengikuti berbagai event maraton, baik di dalam maupun luar negeri. Sembilan di antaranya full marathon yang berjarak 42 kilomenter. Hanya, wanita kelahiran 1982 ini fokus untuk ajang lari di luar negeri karena pertimbangan berbagai faktor.
Melanie menyebut ada enam kota yang termasuk world majeur marathon. "Bagi pelari ada enam kota yang dituju atau ditargetkan mulai Tokyo, London, Chicago, New York, Berlin, dan Boston. Enam kota ini dikejar oleh semua pelari di Indonesia. Mereka lagi tergila-gila untuk mendapatkan medali dan aku sudah dapat lima medali. Tinggal satu kota lagi, yaitu Boston," beber Melanie.
Pengalaman yang tak terlupakan bagi Melanie adalah lomba lari di Tokyo Marathon 2016. Ia berhasil memperoleh catatan waktu terbaik full marathon selama 3 jam 49 menit.
Tak sampai di situ, Melanie juga berencana mengikuti event lari legendaris dunia yang sangat diimpikan. Yaitu ikut dalam Boston Marathon yang dinilai sebagai salah satu event lari maraton prestisius dan tak mudah untuk berpartisipasi di dalamnya karena mensyaratkan adanya kualifikasi waktu untuk pelari yang ingin ikut.
Di samping padatnya jadwal aktivitas sebagai ibu sekaligus atlet lari, Melanie juga memiliki pola latihan khusus. Biasanya untuk program maraton, akan ada latihan intensif yang dipersiapkan selama tiga sampai empat bulan sebelum perlombaan.
Tak hanya itu, Melanie juga menjaga pola makan agar tubuh tetap prima saat pertandingan lari. Ia menyarankan agar seorang pelari mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang.
"Pelari justru harus mengonsumsi banyak karbohidrat karena membutuhkan bahan bakar berupa gula yang hanya didapatkan dari karbohidrat. Tapi, mungkin tidak makan gorengan dan yang berlemak," ujarnya.
Melanie mengatakan, alasan dirinya masih menekuni dunia lari bukan hanya faktor kegemaran. Ada pula faktor spiritual yang melekat dalam jiwanya. "Menjelang garis finish badan rasanya sudah abis. Yang ada hanya zikir dan ngobrol sama Allah. Aku ngerasa banyak banget pelajaran hidup yang aku dapatkan dari sebuah maraton dan sampai sekarang malah cinta banget," pungkasnya.
Putri Indonesia 2002 itu kerap mengunggah aktivitas berolahraga di akun Instagram, khususnya lari.
Melanie kini memang dikenal sebagai artis yang aktif menjadi pelari. Ia punya kisah menarik seputar kegemarannya itu. Perempuan kelahiran Jakarta ini mengaku, benci lari sebelum melahirkan putra semata wayangnya, Sheemar Rahman Puradiredja. Namun, semua itu berubah 180 derajat setelah ia mengalami baby blues syndrome saat usianya menginjak 28 tahun.
Perempuan berusia 37 tahun ini mengaku, hampir terkena gejala depresi pasca-melahirkan. Lari, kata Melanie, akhirnya menyelamatkan hidup dia seperti sedia kala.
"Jadi dulu aku hampir masuk ke fase depresi postpartum. Rasanya sudah nggak karu-karuan. Jadi aku lari, yang akhirnya menyelamatkan dan memberikan semangat hidup aku sampai hari ini. Nazarnya gitu, kalau bisa menginjak finish line, artinya gue akan kembali menjadi Melanie yang dulu," ujar Melanie dalam jumpa pers First Festival 2020 di Paradigma Cafe n Resto, Jakarta, belum lama ini.
Melanie tak main-main menekuni lari. Ia sangat antusias dalam hal perlombaan dan sampai saat ini sudah mengikuti berbagai event maraton, baik di dalam maupun luar negeri. Sembilan di antaranya full marathon yang berjarak 42 kilomenter. Hanya, wanita kelahiran 1982 ini fokus untuk ajang lari di luar negeri karena pertimbangan berbagai faktor.
Melanie menyebut ada enam kota yang termasuk world majeur marathon. "Bagi pelari ada enam kota yang dituju atau ditargetkan mulai Tokyo, London, Chicago, New York, Berlin, dan Boston. Enam kota ini dikejar oleh semua pelari di Indonesia. Mereka lagi tergila-gila untuk mendapatkan medali dan aku sudah dapat lima medali. Tinggal satu kota lagi, yaitu Boston," beber Melanie.
Pengalaman yang tak terlupakan bagi Melanie adalah lomba lari di Tokyo Marathon 2016. Ia berhasil memperoleh catatan waktu terbaik full marathon selama 3 jam 49 menit.
Tak sampai di situ, Melanie juga berencana mengikuti event lari legendaris dunia yang sangat diimpikan. Yaitu ikut dalam Boston Marathon yang dinilai sebagai salah satu event lari maraton prestisius dan tak mudah untuk berpartisipasi di dalamnya karena mensyaratkan adanya kualifikasi waktu untuk pelari yang ingin ikut.
Di samping padatnya jadwal aktivitas sebagai ibu sekaligus atlet lari, Melanie juga memiliki pola latihan khusus. Biasanya untuk program maraton, akan ada latihan intensif yang dipersiapkan selama tiga sampai empat bulan sebelum perlombaan.
Tak hanya itu, Melanie juga menjaga pola makan agar tubuh tetap prima saat pertandingan lari. Ia menyarankan agar seorang pelari mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang.
"Pelari justru harus mengonsumsi banyak karbohidrat karena membutuhkan bahan bakar berupa gula yang hanya didapatkan dari karbohidrat. Tapi, mungkin tidak makan gorengan dan yang berlemak," ujarnya.
Melanie mengatakan, alasan dirinya masih menekuni dunia lari bukan hanya faktor kegemaran. Ada pula faktor spiritual yang melekat dalam jiwanya. "Menjelang garis finish badan rasanya sudah abis. Yang ada hanya zikir dan ngobrol sama Allah. Aku ngerasa banyak banget pelajaran hidup yang aku dapatkan dari sebuah maraton dan sampai sekarang malah cinta banget," pungkasnya.
(tsa)