Gurihnya Singkong Sijarwo dari Lereng Gunung Lawu
A
A
A
KARANGANYAR - Kawasan lereng Gunung Lawu di Desa Wonorejo, Kecamatan Jatiyoso, Karanganyar, Jawa Tengah memiliki varietas singkong yang berbeda dengan singkong pada umumnya.
Varietas khusus yang diberi nama Singkong Jaraktowo (Sijarwo) kini mulai dikembangkan menjadi beragam kuliner dan oleh-oleh khas dari kecamatan setempat. “Singkong tumbuh maksimal dengan rasa yang enak diketinggian 1.200 mdpl dengan suhu 19-25derajat Celsius,” kata Sudrajat, petani singkong asal Desa Wonorejo, Jatiyoso, Karanganyar, yang tengah mengembangkan singkong Sijarwo menjadi beragam oleh-oleh dari desa setempat.
Singkong Sijarwo sebenarnya bisa tumbuh di kawasan yang landai, seperti Solo dan Sukoharjo. Namun, rasanya berubah menjadi pahit dan varietasnya menjadi berbeda.
Berbeda jika ditanam di Kecamatan Jatiyoso, singkong rasanya tetap enak dan empuk atau lunak. Tanaman ini sudah ada sejak nenek moyang di Kecamatan Jatiyoso.
Singkong dinamakan Jaraktowo karena pohonnyamemiliki karakteristik yang berbeda.
Daunnya lebih panjang kecil, umur 3 bulan setelah tanam sudah menghasilkan buah ataubunga.
“Bunganya ini persis dengan jarak tanaman jarak. Makanya dinamakan Jaraktowo,” ungkapnya. Singkong Sijarwo sangat spesial sehingga dapat dibuat beragam olahan, bergantung mau dibuat apa.
Mulai singkong keju, gethuk, apem, atau tapai.
Selain itu, juga dapat dibuat makanan yang kekinian. Singkong dapat diubah menjadi tepung dan diolah menjadi donat dan brownies. Menu lainnya yang dapat dibuat dari Sijarwo adalah lapis singkong, cogan, bolen getuk, stik getuk, dan keripik getuk.
Singkong Sijarwo dapat dipanen setelah usia 8-10 bulan. Singkong yang dihasilkan dari lahan petani dibeli Rp3.500 per kg. Ketika sampai di rumah produksi, harganya sudah Rp4.000 perkilogram.
Pengembangan makanan olahan dari singkong Sijarwo dimulai pada Maret 2019. Produk telah dipasarkan di Solo Raya dan dikirim ke beberapa reseller di Tangerang, Bekasi, dan Bogor untuk produk yang frozen. Singkong Sijarwo memiliki rasa yang spesial. Seperti ketika diolah menjadi singkong keju, rasanya lebih gurih, manis, meski tanpa bumbu.
Apalagi kalau direbus, sangat kental rasa kejunya. Singkong Sijarwo sama sekali tidak ada yang terbuang karena dapat diolah menjadi makanan yang beragam.
Untuk olahan getuk, untuk original rasanya sudah gurih, meski hanya dengan bumbu dari kelapa. Rasanya semakin nikmat jika ditambah dengan gula merah atau stroberi. Harga olahan dari singkong Sijarwo bervariasi, mulai Rp15.000 dan tertinggi Rp35.000.
“Rasanya yang paling khas memang singkong keju, gurih, empur, dan pulen,” terangnya. Pihaknya mendorong agar singkong Sijarwo dapat ditetapkan sebagai oleh-oleh khas Kabupaten Karanganyar karena tidak dimiliki daerah lain. (Wahyu Wibowo)
Varietas khusus yang diberi nama Singkong Jaraktowo (Sijarwo) kini mulai dikembangkan menjadi beragam kuliner dan oleh-oleh khas dari kecamatan setempat. “Singkong tumbuh maksimal dengan rasa yang enak diketinggian 1.200 mdpl dengan suhu 19-25derajat Celsius,” kata Sudrajat, petani singkong asal Desa Wonorejo, Jatiyoso, Karanganyar, yang tengah mengembangkan singkong Sijarwo menjadi beragam oleh-oleh dari desa setempat.
Singkong Sijarwo sebenarnya bisa tumbuh di kawasan yang landai, seperti Solo dan Sukoharjo. Namun, rasanya berubah menjadi pahit dan varietasnya menjadi berbeda.
Berbeda jika ditanam di Kecamatan Jatiyoso, singkong rasanya tetap enak dan empuk atau lunak. Tanaman ini sudah ada sejak nenek moyang di Kecamatan Jatiyoso.
Singkong dinamakan Jaraktowo karena pohonnyamemiliki karakteristik yang berbeda.
Daunnya lebih panjang kecil, umur 3 bulan setelah tanam sudah menghasilkan buah ataubunga.
“Bunganya ini persis dengan jarak tanaman jarak. Makanya dinamakan Jaraktowo,” ungkapnya. Singkong Sijarwo sangat spesial sehingga dapat dibuat beragam olahan, bergantung mau dibuat apa.
Mulai singkong keju, gethuk, apem, atau tapai.
Selain itu, juga dapat dibuat makanan yang kekinian. Singkong dapat diubah menjadi tepung dan diolah menjadi donat dan brownies. Menu lainnya yang dapat dibuat dari Sijarwo adalah lapis singkong, cogan, bolen getuk, stik getuk, dan keripik getuk.
Singkong Sijarwo dapat dipanen setelah usia 8-10 bulan. Singkong yang dihasilkan dari lahan petani dibeli Rp3.500 per kg. Ketika sampai di rumah produksi, harganya sudah Rp4.000 perkilogram.
Pengembangan makanan olahan dari singkong Sijarwo dimulai pada Maret 2019. Produk telah dipasarkan di Solo Raya dan dikirim ke beberapa reseller di Tangerang, Bekasi, dan Bogor untuk produk yang frozen. Singkong Sijarwo memiliki rasa yang spesial. Seperti ketika diolah menjadi singkong keju, rasanya lebih gurih, manis, meski tanpa bumbu.
Apalagi kalau direbus, sangat kental rasa kejunya. Singkong Sijarwo sama sekali tidak ada yang terbuang karena dapat diolah menjadi makanan yang beragam.
Untuk olahan getuk, untuk original rasanya sudah gurih, meski hanya dengan bumbu dari kelapa. Rasanya semakin nikmat jika ditambah dengan gula merah atau stroberi. Harga olahan dari singkong Sijarwo bervariasi, mulai Rp15.000 dan tertinggi Rp35.000.
“Rasanya yang paling khas memang singkong keju, gurih, empur, dan pulen,” terangnya. Pihaknya mendorong agar singkong Sijarwo dapat ditetapkan sebagai oleh-oleh khas Kabupaten Karanganyar karena tidak dimiliki daerah lain. (Wahyu Wibowo)
(ysw)