COVID-19: Jangan Cemas, Sibukkan Diri dengan Kegiatan Produktif
A
A
A
JAKARTA - Penyebaran virus corona yang semakin luas dan pemberitaan di media perihal pandemi COVID-19 ini membuat banyak orang merasa cemas. Kondisi ini diperparah dengan jumlah pasien positif COVID-19 yang terus meningkat di berbagai daerah di Indonesia.
Tidak dipungkiri hal tersebut membuat segelintir orang seperti merasakan gejala COVID-19 akibat rasa cemas yang berlebihan. Namun, berbagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19 terus dilakukan. Selain penyemprotan disinfektan, setiap individu juga bisa melakukan physical distancing.
Menurut psikolog Kasandra Putranto, agar terhindar dari paparan COVID-19, setiap individu juga bisa melakukan terapi psikis seperti memastikan pola pikir positif untuk meningkatkan imunitas tubuh. Sudah ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa imunitas tubuh akan sangat tergantung kepada kondisi psikologi seseorang.
"Terapinya antara lain menyibukkan diri dengan kegiatan produktif yang bermanfaat. Misalnya seni, kreativitas, olahraga," sebut Kasandra saat dihubungi SINDOnews, Senin (30/3).
"Kecemasan dan panik terbukti menurunkan imunitas. Kecemasan berlebihan yang ditandai dengan perilaku gelisah terus-menerus dalam waktu yang cukup panjang dan perilaku panik dapat menurunkan imunitas yang bisa meningkatkan potensi risiko penularan corona," lanjutnya.
Di sisi lain, Kasandra mengatakan bahwa dalam ilmu kejiwaan ada yang namanya psikosomatis, di mana seseorang akan merasa seperti mengalami gejala penyakit tertentu lantaran dipicu oleh persoalan psikologis, misalkan kecemasan yang berlebihan tadi.
Begitu pun saat kita menghadapi pandemi COVID-19 ini. Psikosomatis yang muncul berupa gejala fisik yang terpicu oleh masalah psikologis. Biasanya kondisi ini menyerang organ fisik lambung, kulit, dan pernapasan. Mereka yang memiliki riwayat psikosomatis pernapasan, memiliki potensi risiko lebih tinggi untuk terinfeksi COVID-19.
"Corona sendiri adalah jenis virus yang sangat unik, karena selain menyerang pernapasan juga karakteristiknya fatal pada kelompok rentan. Sementara gejalanya lebih ringan pada kelompok tidak rentan, namun tetap berpotensi menjadi pembawa virus yang sangat berpotensi menularkan kepada orang lain," jelasnya.
Menjaga diri dari berbagai informasi yang tidak terbukti kebenarannya, menurut Kasandra, adalah salah satu bentuk menjaga kesehatan yang bisa dilakukan oleh setiap individu. Karena itu, ia menyarankan kita untuk menggunakan waktu dan tenaga sebaik mungkin demi memaksimalkan upaya menjaga kesehatan dan kebersihan.
"Sementara saat ini kita ketahui informasi yang beredar di masyarakat justru lebih banyak mengandung hoax dan misinformasi yang tidak bertanggung jawab. Apabila Anda adalah orang yang mudah cemas dan panik, sebaiknya hindari menerima berita atau informasi terus-menerus yang sifatnya justru akan membuat semakin takut," tandasnya.
Tidak dipungkiri hal tersebut membuat segelintir orang seperti merasakan gejala COVID-19 akibat rasa cemas yang berlebihan. Namun, berbagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19 terus dilakukan. Selain penyemprotan disinfektan, setiap individu juga bisa melakukan physical distancing.
Menurut psikolog Kasandra Putranto, agar terhindar dari paparan COVID-19, setiap individu juga bisa melakukan terapi psikis seperti memastikan pola pikir positif untuk meningkatkan imunitas tubuh. Sudah ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa imunitas tubuh akan sangat tergantung kepada kondisi psikologi seseorang.
"Terapinya antara lain menyibukkan diri dengan kegiatan produktif yang bermanfaat. Misalnya seni, kreativitas, olahraga," sebut Kasandra saat dihubungi SINDOnews, Senin (30/3).
"Kecemasan dan panik terbukti menurunkan imunitas. Kecemasan berlebihan yang ditandai dengan perilaku gelisah terus-menerus dalam waktu yang cukup panjang dan perilaku panik dapat menurunkan imunitas yang bisa meningkatkan potensi risiko penularan corona," lanjutnya.
Di sisi lain, Kasandra mengatakan bahwa dalam ilmu kejiwaan ada yang namanya psikosomatis, di mana seseorang akan merasa seperti mengalami gejala penyakit tertentu lantaran dipicu oleh persoalan psikologis, misalkan kecemasan yang berlebihan tadi.
Begitu pun saat kita menghadapi pandemi COVID-19 ini. Psikosomatis yang muncul berupa gejala fisik yang terpicu oleh masalah psikologis. Biasanya kondisi ini menyerang organ fisik lambung, kulit, dan pernapasan. Mereka yang memiliki riwayat psikosomatis pernapasan, memiliki potensi risiko lebih tinggi untuk terinfeksi COVID-19.
"Corona sendiri adalah jenis virus yang sangat unik, karena selain menyerang pernapasan juga karakteristiknya fatal pada kelompok rentan. Sementara gejalanya lebih ringan pada kelompok tidak rentan, namun tetap berpotensi menjadi pembawa virus yang sangat berpotensi menularkan kepada orang lain," jelasnya.
Menjaga diri dari berbagai informasi yang tidak terbukti kebenarannya, menurut Kasandra, adalah salah satu bentuk menjaga kesehatan yang bisa dilakukan oleh setiap individu. Karena itu, ia menyarankan kita untuk menggunakan waktu dan tenaga sebaik mungkin demi memaksimalkan upaya menjaga kesehatan dan kebersihan.
"Sementara saat ini kita ketahui informasi yang beredar di masyarakat justru lebih banyak mengandung hoax dan misinformasi yang tidak bertanggung jawab. Apabila Anda adalah orang yang mudah cemas dan panik, sebaiknya hindari menerima berita atau informasi terus-menerus yang sifatnya justru akan membuat semakin takut," tandasnya.
(tsa)