Ernest Prakasa Ingin Perbaikan Tata Kelola Industri Film

Rabu, 01 April 2020 - 06:45 WIB
Ernest Prakasa Ingin...
Ernest Prakasa Ingin Perbaikan Tata Kelola Industri Film
A A A
JAKARTA - Perayaan Hari Film Nasional yang jatuh pada 30 Maret lalu terasa beda. Pasalnya, pecinta film Indonesia tak dapat “berpesta” dengan menonton produk buatan anak negeri di bioskop. Meski begitu, tak menghalangi mimpi atau keinginan sineas film agar industri layar lebar Tanah Air lebih baik dan mampu bersaing dengan negara lain.

Aktor yang juga sutradara dan penulis skenario Ernest Prakasa ingin agar tata kelola industri film Indonesia lebih baik di masa mendatang. Dan, perayaan Hari Film Nasional menjadi momentum bagi pekerja film untuk bersama memikirkan kesehatan dan keselamatan, terutama ketika menjalani proses syuting film.

“Semoga Hari Film Nasional ini jadi momentum untuk kita semua sineas film dan stakeholder dalam industri bisa berefleksi, bahwa pekerja film sering kali mengabaikan kesehatan kerja. Semoga ke depannya kita bisa bersama mewujudkan syuting yang lebih sehat, terutama dari segi jam kerja,” ujar Ernest melalui pesan singkat tertulis kepada SINDOmedia, Selasa (31/3).

Tak hanya menyampaikan unek-unek, Ernest juga memberikan solusi konkret di mana pekerja film harus kompak untuk komit terhadap kontrak kerja yang disepakati bersama.

“Hukum supply demand saja sih, di mana kondisi kerja nggak ideal tapi masih banyak yang butuh kerja, jadi disikat juga. Sesimpel itu masalahnya. Solusinya menurut saya pekerja film harus kompak. Jangan mau dipaksa kerja dalam kondisi yang nggak baik atau nggak memungkinkan. Meski secara kontrak kerja sih jelas, tapi jam kerja sering kali tidak sesuai kesepakatan yang tertulis karena hari produksi terbatas," bebernya.

Di sisi lain ayah Sky Tierra Solana dan Snow Auror Arashi ini menilai, film Indonesia belum sepenuhnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri. “Kalau dilihat dari angka penjualan tiket dan market share, film Indonesia belum sampai 40% dari film internasional. Soal jadi tuan rumah di negeri sendiri, ditilik dari segi market atau jualan tiket bioskop, belum tercapai,” ulas Ernest.

Hal lain yang dikritisi Ernest, banyak produser yang memproduksi film berbasis buku laris ataupun film bergenre. Dalam pandangan putra pasangan Wahyudi Hidayat dan Jenny Lim ini, naskah original terhimpit naskah adaptasi merupakan fenomena global. “Iya fenomena itu wajar di semua industri. Nanti kan ada seleksi alam dimana orang atau penonton jenuh, lalu hilang sendiri. Ini terjadi pada film horor, tahun 2019 sudah menurun jumlahnya.

"Sebagai penulis skenario, saya mendorong lebih banyak naskah asli lewat kelas-kelas yang saya buka," ucap Ernest.

Sebagai contoh, melalui kelas skenarionya, Ernest sudah menghasilkan beberapa penulis pendatang baru andal. Salah satunya Nonny Boenawan yang menulis nashkah Ghost Writer. Film Ghost Writer dirilis tahun lalu dan menyerap 1,1 juta penonton lebih.

Selain itu, demi industri film yang lebih baik terutama dari sisi peredaran atau ruang apresiasi bagi karya sineas lokal, lelaki kelahiran Jakarta, 29 Januari 1982 ini berharap produser dan penonton memberi ruang apresiasi lebih bagi film dari cerita asli. Mengingat, jaringan bioskop telah menunjukkan dukungan untuk menayangkan semua film Indonesia.

“Bahkan kadang saya melihat sepertinya jaringan bioskop khawatir dibilang tak mendukung perfilman nasional. Film-film yang trailer-nya bikin dahi berkerut sambil berujar, 'ini film apaan?' pun tetap dikasih kesempatan tayang, minimal beberapa hari untuk membuktikan diri,” sebut alumnus Universitas Padjadjaran jurusan Hubungan Internasional yang menyutradarai film Ngenest (2015), Cek Toko Sebelah (2016), Susah Sinyal (2017), Milly & Mamet: Ini Bukan Cinta dan Rangga (2018), dan Imperfect (2019) ini.

“Pemerintah tolong perbanyak sekolah film. Jaga kami juga dari para pembajak. Kayaknya gampang banget menayangkan film di situs-situs ilegal, lalu orang dengan mudah mengakses. Kalau pornografi bisa sedemikian ditindak oleh Menkominfo, masa pembajakan nggak bisa?” lanjutnya.
(tsa)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1560 seconds (0.1#10.140)