Ekspresi Mode dan Budaya

Jum'at, 31 Oktober 2014 - 11:02 WIB
Ekspresi Mode dan Budaya
Ekspresi Mode dan Budaya
A A A
IDE untuk mengeksplorasi budaya dalam sebuah koleksi busana tak pernah habis digali para desainer.

Selalu ada kreativitas, hal tersebut disuguhkan oleh Barli Asmara, Oscar Lawalata, Mel Ahyar, Kanaya Tabita, Tuty Cholid, dan Stephanus Hamy saat perhelatan Bazaar IPMI Trend Show 2015 di Jakarta Convention Center (JCC), pekan lalu.

Barli Asmara mengangkat keanggunan budaya Jawa dengan kreasi bertajuk "Royan Javanese". Budaya Jawa, menurut Barli, memiliki sejumlah warisan yang dianggap memiliki keseimbangan, keselarasan, dan keserasian di kehidupan seharihari. Budaya Jawa juga identik dengan sistem feodal atau kerajaan. Kekayaan yang nyata dari budaya Jawa juga dapat ditemui dalam keindahan melalui karya sastra, seni tari, musik, hingga seni rupa.

Berangkat dari sejumlah warisan tersebut, desainer yang memulai kariernya sejak 2002 lalu ini mengambil inspirasi tersebut yang dipresentasikan dengan esensi internasional dengan menggunakan ciri khas Barli Asmara, yaitu detail yang teliti.

"Detail tersebut dapat ditemukan pada payet, permata, bulu, acrylic, dan mutiara," ungkap Barli sebelum pergelaran.

Desainer kelahiran Bandung ini juga terinspirasi dari siluet pakaian terdahulu hingga masa kini, dengan tetap mempertahankan siluet yang feminin dan elegan seperti dress duyung, A-line, vall gown, dan body fit. Warna-warna yang dipilih juga mencerminkan kesan tersebut, hadir dalam nuansa gold dan palet earthy, serta sentuhan nuansa sendu. Karena itu, koleksi "Royal Javanese" menggambarkan kecantikan dan kemewahan budaya Indonesia yang dituangkan dalam karya adibusana.

Budaya yang selalu jadi minat desainer Mel Ahyar masih disertakan sebagai ide untuk pergelaran koleksi spring/summer 2015. Busananya didominasi warna hitam dengan motif floral warna-warni. Berjudul "Suvarnabhumi", koleksi tersebut menurut Mel pernah dipresentasikan juga di salah satu acara di Berlin, beberapa waktu lalu. Terinspirasi dari Sriwijaya dan akulturasi budayanya, detail busana menerapkan begitu banyak embroideries yang dikombinasikan bersama teknik digital printing dan aplikasi detail tiga dimensi.

"Seperti sebelumnya, saya mengambil tema budaya. Di sini saya pakai vibran di warna, semua dalam bentuk baju cocktail dan evening wear," ujar Mel sebelum pergelaran.

Oscar Lawalata di Bazaar IPMI Trend Show 2015 kali ini juga mengambil inspirasi budaya untuk koleksinya. Berjudul "The Bodo" yang dipresentasikan di white cube merupakan kreasi kontemporer nan glamor yang dieksekusi dengan motifmotif dari Timor. Timor merupakan sebuah pulau di utara Laut Timor yang telah menenun sejarah melalui teknik tekstil tradisional yang intim.

Kesan futuristik berfilosofi visual estetika dan kaya kisah-kisah budaya dicerminkan di semua busananya. Oscar tak hanya menyuguhkan satu koleksi saja di ajang Bazaar IPMI Trend Show 2015. Pada presentasi yang berlangsung di catwalk , dia ikut membawa koleksi "Katunkatunku" yang diberi title "I AM O" dan didesain untuk para profesional muda yang menghargai seni dan budaya pop.

Sementara itu, Stephanus Hamy, yang sudah berkali-kali menggarap kain tradisional asal Indonesia, kembali membawanya dalam tema "Sulawesi". Dobrakan untuk memakai kain tenun Sulawesi dihasilkan lewat label earthnic by Stephanus Hamy.

Tenun dari Sulawesi yang dipakainya berasal dari kain tenun ikat dobi kolaka, sengkang, salur sengkang, motif sobbi, sutra, corak labba, motif lobang, lurik kupu-kupu, hingga songket buton. Perancang busana yang terkenal dengan ciri khas sentuhan pleats di setiap karyanya ini memberikan tampilan fresh, edgy, dan simpel tanpa meninggalkan keindahan dan kemewahan setiap sentuhan desain.

Sementara itu, Tuty Cholid dalam tema budaya menghadirkan "The Beauty Lingers" dengan mengeksplorasi bunga rampai batik Indonesia. Rangkaian busana ready to wear tersebut merupakan hasil tenunan alat tenun bukan mesin (ATBM) karya autentik perajin terpilih.

Selanjutnya, Kanaya Tabitha membawa deretan busana bertajuk "Gloaming (Suara dari Timur)". Terinspirasi dari tanah Nusa Tenggara Timur (NTT) beserta keindahan puisi alam yang ditenun oleh tangan wanita pengungsi Gunung Rokatenda. Busana ready towear deluxe tersebut menggunakan tenun Manggarai, tenun Ende, dan tenun Timor dengan permainan warna yang sarat kehangatan senja.

Dyah ayu pamela
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4166 seconds (0.1#10.140)