Pembunuh Profesional

Sabtu, 01 November 2014 - 11:07 WIB
Pembunuh Profesional
Pembunuh Profesional
A A A
PREMIS film ini sederhana saja, jangan cari masalah dengan orang yang salah. Inilah film laga yang tanpa basa-basi, sekaligus pertanda penting bahwa Keanu Reeves tampaknya memang telah kembali ke layar lebar.

Bagi pencinta film yang ingin bernostalgia dengan film tembak-tembakan era 1990-an, John Wick adalah pilihan yang tepat. Hanya, John Wick punya kelebihan dibanding filmfilm era tersebut, yaitu adegan laganya dibuat lebih stylish dan straight to the point.

John Wick (Keanu Reeves) adalah tokoh jagoan di film ini. Pada awal film, kita akan mengira dia orang yang biasa-biasa saja. Hanya kebetulan dia punya mobil bagus, Mustang 1979. Juga tengah depresi karena baru saja ditinggal mati istrinya yang sakit keras. Sampai saat seorang anak mafia Rusia bernama Iosef (Alfie Allen) menyelinap ke dalam rumah John, membunuh anjingnya, dan mencuri mobil Mustang tersebut. Setelah itu, sutradara David Leich dan Chad Stahelski memberikan sebuah rentetan scene menarik.

Iosef membawa mobil Mustang itu ke pegawai ayahnya, lalu si pegawai dengan entengnya menampar Iosef karena mencuri mobil John Wick. Saat Viggo Tarasov (Micahel Nyqvist), ayah Iosef yang juga mafia Rusia penguasa New York, bertanya kepada si pegawai mengapa dia berani-beraninya menampar Iosef, tanggapan Viggo sungguh di luar dugaan. Saat bertemu Iosef, Viggo justru malah menggebuki anaknya itu sambil berkata, “Engkau tidak akan selamat.”

Kita pun bertanya-tanya, siapa sebenarnya John Wick? Sebuah pertanyaan yang sebenarnya tak sulit untuk dijawab. Yang pasti, setelah peristiwa pencurian Mustang tersebut, kita akan diajak menyaksikan serentetan adegan balas dendam John Wick kepada orang-orang yang membuat hidupnya semakin menderita.

Tiga per empat durasi John Wick dihabiskan untuk adegan tembak-tembakan antara John Wick -seorang diri- dengan seluruh anak buah Viggo. John ibarat Rambo yang tak kenal lelah dan tak bisa mati. Ini tentu membuat film ini sedikit konyol, tapi semuanya cukup bisa termaafkan dengan adegan-adegan laganya yang lumayan stylish , dengan gaya gun fu yang sering dipakai di film-film laga Hong Kong. Gun fu adalah akronim dari gun dan kungfu, sebuah istilah yang dipakai untuk menyebut adegan pertarungan menggunakan pistol dari jarak dekat.

Dibanding adegan tembak-tembakan dari jarak jauh, menonton aksi menembak langsung kepala, leher, atau wajah dari jarak dekat memang lebih mengasyikkan. Adeganadegan tersebut makin membuat nagih karena didukung musik mengentak yang seolah-olah ikut merayakan kekerasan yang dipertontonkan film ini. Jika mau dibandingkan, John Wick bolehlah dibilang mirip dengan The Raid versi pistol dan senapan.

Keanu Reeves, setelah gagal di film Man of Tai Chi, tampaknya cukup berhasil di John Wick. Dengan pakaian dan jas serbahitam, sedikit mirip penampilannya di trilogi The Matrix, sanggup memainkan pembunuh haus darah yang hatinya hancur dan kesepian. Jika John Wick direncanakan untuk dibuat sekuelnya, bisa jadi ini akan membuat nama Keanu bersinar lagi di Hollywood. Catatan lainnya untuk Willem Dafoe sebagai Marcus, sahabat John, meski tampil hanya beberapa scene, aktingnya sangat memikat.

Singkatnya, John Wick adalah film hiburan menyenangkan bagi penyuka film laga. Di luar itu, film ini bisa pula ditonton bagi mereka yang sedang tak ingin nonton film “berat”, tapi juga tak mau nonton film murahan.

Herita endriana
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5169 seconds (0.1#10.140)