Teknologi Terkini Atasi Gagal Jantung

Selasa, 04 November 2014 - 12:57 WIB
Teknologi Terkini Atasi Gagal Jantung
Teknologi Terkini Atasi Gagal Jantung
A A A
Pasien gagal jantung tahap akhir, kini tak perlu lagi harus menjalani metode transplantasi. Dengan teknologi pompa jantung terkini bernama left ventricular assist device (LAVD), harapan hidup penderitanya bisa diperpanjang.

Kasus gagal jantung jumlahnya terus meningkat. Di Amerika Serikat, terdapat 500.000 kasus baru gagal jantung setiap tahunnya dan diperkirakan sekitar 6.240.000 orang dewasa yang menderita gagal jantung. Adapun sekitar 109.200 sampai 280.800 kasus adalah pasien gagal jantung tahap akhir, jauh melebihi pasokan donor jantung.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, kematian terbesar di seluruh dunia saat ini karena penyakit jantung dan pembuluh darah. Pada 2002 sepertiga kematian di muka bumi ini disebabkan penyakit kardiovaskular, bahkan di negara maju, mencapai setengahnya.

Gagal jantung adalah kondisi jantung kehilangan kemampuan untuk memompa cukup darah ke jaringan tubuh. Sebagai akibatnya, organ utama tubuh dan jaringan lainnya tidak cukup menerima oksigen dan nutrisi untuk berfungsi dengan baik. Banyak orang bahkan tidak tahu mereka memiliki penyakit mematikan ini karena gejala yang sering keliru seiring pertambahan usia.

“Gagal jantung biasanya tidak berkembang dalam semalam. Ini adalah penyakit progresif yang dimulai perlahan dan semakin memburuk dari waktu ke waktu,” kata Dr Kenneth Ng MBBS MRCP MMED, ahli jantung dari Novena Heart Centre, Mount Elizabeth Novena Hospital dalam acara “Pre-ASM Cardio Symposium Mount Elizabeth Novena Hospitals Annual Medical Seminar” di Confrence Room Level 9 Mount Elizabeth Novena Hospital, Singapura, beberapa waktu lalu.

Terapi medis, menurut dia, dapat mengontrol gejala dan memperlambat perkembangan penyakit. Namun, ketika penyakitnya berkembang menjadi gagal jantung stadium akhir, pasien akan menderita rawat inap berulang, pembengkakan di tubuh, sesak napas, ketidakmampuan untuk tidur pada malam hari karena kesulitan bernapas, serta kesulitan untuk berjalan dan makan karena kemampatan sirkulasi pada organ hati dan daerah perut.

Secara progresif, organ-organ lain dalam tubuh seperti hati dan ginjal juga akan menderita karena tekanan darah rendah karena jantung yang lemah. “Ketika seorang pasien mencapai tahap ini, prospeknya amat jelek, dengan kelangsungan hidup terbatas kurang dari dua tahun. Bahkan, itu lebih buruk dari pasien kanker paru-paru,” ujar Ng.

Pada tahap ini, satu-satunya harapan pasien adalah menjalani transplantasi jantung. Namun, karena kekurangan donor universal, transplantasi jantung hanya diberikan kepada sebagian kecil pasien yang memenuhi kriteria seleksi yang ketat. Selain itu, transplantasi jantung hanya tersedia di beberapa negara di Asia dan sering kali dibatasi untuk warga mereka saja.

Namun, kini telah hadir perangkat jantung mekanik yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun oleh para ilmuwan bagi para pasien gagal jantung tahap akhir. Ng menyebutkan, pompa jantung implan bernama left ventricular assist device (LAVD) ini ditanamkan di dalam dada penderita gagal jantung.

Tak seperti transplantasi jantung, LAVD memang tidak menggantikan fungsi jantung secara menyeluruh. LAVD hanya membantu kerja jantung dalam memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Pompa dan alat koneksinya dimasukkan melalui operasi jantung terbuka.

Dia mengemukakan, komponen LAVD terdiri atas pompa, kabel, baterai, dan komputer pengontrol. Namun, yang ditanamkan di dalam tubuh pasien hanya pompanya. Sementara, komputer sebagai pengendali juga baterai serta powerpack tetap berada di luar tubuh dan pasien bisa menempatkan unit-unit eksternal tersebut pada sabuk atau harness. “Yang harus diingat adalah baterai harus dicharge setiap malam,” sebut Ng.

Ng mengatakan, LAVD merupakan metode terakhir ketika tidak ada lagi pilihan terapi untuk menyelamatkan nyawa pasien dengan kondisi yang ditandai dengan ketidakmampuan jantung memompa secara maksimal. Atau pasien gagal jantung tahap lanjut yang kondisinya membuat mereka tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan transplantasi jantung. Ini disebut sebagai terapi tujuan (destination theraphy ). Ada perbedaan antara hidup dan mati untuk pasien yang butuh istirahat setelah operasi jantung terbuka, yang jantungnya terlalu lemah untuk secara efektif memompa sendiri.

Rendra hanggara
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4480 seconds (0.1#10.140)