Anak Muda Peduli Politik
A
A
A
Sudah bukan zamannya lagi anak muda buta politik. Dalam Komunitas Kamoe Indonesia, aksi anak muda yang menjadi anggotanya patut diacungi jempol karena mereka aktif menggelar acara agar anak muda lainnya bisa berpikir kritis dan peduli terhadap fenomena perpolitikan di Indonesia.
Penggunaan media sosial yang banyak digunakan anak-anak muda secara positif, mendorong Ramlan Widiawan mendirikan Kamoe Indonesia pada 20 Desember 2013. Saat itu banyak anak muda yang menyampaikan dukungan dan keluh kesah mereka mengenai isu politik, seperti korupsi, pemilihan legislatif sampai pemilihan presiden, yang sedang gencar diperbincangkan. Tidak ingin melihat mereka aktif berkomen ria tanpa tahu substansinya, Ramlan pun mengadakan bermacam kegiatan untuk memahami dan menyampaikan pendapat di bidang politik.
“Kami baru fokus melakukan kegiatan itu pada awal 2014 karena memang saat itu kami mendeklarasikan komunitas ini pada akhir tahun,” kata Ramlan.
Kamoe Indonesia yang menggerakkan kegiatan untuk anak muda usia 17–25 tahun ini mengadakan kegiatan online dan offline dengan tujuan sama-sama mengusung Indonesia menjadi lebih baik. Untuk kegiatan online, Kamoe Indonesia mengaktifkan beberapa media sosial seperti Twitter, Facebook, Flickr, YouTube, Tumblr, dan Instagram dengan nama akun yang sama, KamoeIndonesia.
Kegiatan offline yang pernah terselenggara adalah focus group discussion (FGD) kepada siswa SMA tentang golput dan politik uang. Diskusi yang berlangsung selama satu setengah jam membahas mengenai pertanyaanpertanyaan yang terkait kampanye “Say No to Money Politic” yang harus dijawab masing-masing kelompok. Walau masih duduk di bangku SMA, kegiatan seperti ini dapat menginspirasi anak-anak muda yang akan menjadi pemimpin pada masa akan datang agar mengikuti dan peduli terhadap dinamika politik di Indonesia.
Demi lebih menarik anak muda, Kamoe Indonesia mengadakan kegiatan yang beda daripada biasanya. Tetap mengangkat isu politik, Kamoe Indonesia melakukan sosialisasi no golput dan no money politic dengan melakukan aksi flashmob berupa tarian penuh energi. Aksi yang beranggotakan pemilih pemula pada umumnya, terlihat sangat antusias dan bersemangat untuk menyampaikan pesan moral dalam aksi ini.
Aksi flashmob ini juga dilaksanakan serempak di 8 kota di Indonesia, yakni di Medan, Bandung, Surabaya, Kupang, Lombok, Banjarmasin, Makassar, dan Jakarta. Kedelapan kota tersebut juga merupakan cabang yang aktif melakukan kegiatan untuk menyuarakan pendapat anak muda yang ada di daerahnya.
Menurut Ramlan, kedelapan kota ini terpilih karena masing-masing daerah mempunyai karakter yang berbeda-beda. “Contohnya di Kupang, karakter anak muda di sana cenderung lebih panas dan banyak yang terabaikan. Dengan adanya suara dari mereka, kami harap pemerintah dapat menyeimbangkan serta mendengar keluhan mereka,” kata Ramlan.
Sejauh ini, kegiatan online dan offline berjalan beriringan. Sejak berdiri, setiap kegiatan offline yang dilakukan juga akan diberitakan lewat media sosial. Itu karena Kamoe Indonesia tidak ingin kegiatan ini berhenti dengan isu politik yang sedang memanas. Namun, kegiatan ini harus konsisten agar calon-calon penerus bangsa yang nantinya juga duduk di bangku pemerintahan tahu dan peka dengan masalah rakyat.
Ke depannya Ramlan berharap komunitas Kamoe Indonesia dapat lebih meluas agar suara rakyat yang tinggal di pelosok sampai ke telinga pemerintah.
Balqis eghnia n
Penggunaan media sosial yang banyak digunakan anak-anak muda secara positif, mendorong Ramlan Widiawan mendirikan Kamoe Indonesia pada 20 Desember 2013. Saat itu banyak anak muda yang menyampaikan dukungan dan keluh kesah mereka mengenai isu politik, seperti korupsi, pemilihan legislatif sampai pemilihan presiden, yang sedang gencar diperbincangkan. Tidak ingin melihat mereka aktif berkomen ria tanpa tahu substansinya, Ramlan pun mengadakan bermacam kegiatan untuk memahami dan menyampaikan pendapat di bidang politik.
“Kami baru fokus melakukan kegiatan itu pada awal 2014 karena memang saat itu kami mendeklarasikan komunitas ini pada akhir tahun,” kata Ramlan.
Kamoe Indonesia yang menggerakkan kegiatan untuk anak muda usia 17–25 tahun ini mengadakan kegiatan online dan offline dengan tujuan sama-sama mengusung Indonesia menjadi lebih baik. Untuk kegiatan online, Kamoe Indonesia mengaktifkan beberapa media sosial seperti Twitter, Facebook, Flickr, YouTube, Tumblr, dan Instagram dengan nama akun yang sama, KamoeIndonesia.
Kegiatan offline yang pernah terselenggara adalah focus group discussion (FGD) kepada siswa SMA tentang golput dan politik uang. Diskusi yang berlangsung selama satu setengah jam membahas mengenai pertanyaanpertanyaan yang terkait kampanye “Say No to Money Politic” yang harus dijawab masing-masing kelompok. Walau masih duduk di bangku SMA, kegiatan seperti ini dapat menginspirasi anak-anak muda yang akan menjadi pemimpin pada masa akan datang agar mengikuti dan peduli terhadap dinamika politik di Indonesia.
Demi lebih menarik anak muda, Kamoe Indonesia mengadakan kegiatan yang beda daripada biasanya. Tetap mengangkat isu politik, Kamoe Indonesia melakukan sosialisasi no golput dan no money politic dengan melakukan aksi flashmob berupa tarian penuh energi. Aksi yang beranggotakan pemilih pemula pada umumnya, terlihat sangat antusias dan bersemangat untuk menyampaikan pesan moral dalam aksi ini.
Aksi flashmob ini juga dilaksanakan serempak di 8 kota di Indonesia, yakni di Medan, Bandung, Surabaya, Kupang, Lombok, Banjarmasin, Makassar, dan Jakarta. Kedelapan kota tersebut juga merupakan cabang yang aktif melakukan kegiatan untuk menyuarakan pendapat anak muda yang ada di daerahnya.
Menurut Ramlan, kedelapan kota ini terpilih karena masing-masing daerah mempunyai karakter yang berbeda-beda. “Contohnya di Kupang, karakter anak muda di sana cenderung lebih panas dan banyak yang terabaikan. Dengan adanya suara dari mereka, kami harap pemerintah dapat menyeimbangkan serta mendengar keluhan mereka,” kata Ramlan.
Sejauh ini, kegiatan online dan offline berjalan beriringan. Sejak berdiri, setiap kegiatan offline yang dilakukan juga akan diberitakan lewat media sosial. Itu karena Kamoe Indonesia tidak ingin kegiatan ini berhenti dengan isu politik yang sedang memanas. Namun, kegiatan ini harus konsisten agar calon-calon penerus bangsa yang nantinya juga duduk di bangku pemerintahan tahu dan peka dengan masalah rakyat.
Ke depannya Ramlan berharap komunitas Kamoe Indonesia dapat lebih meluas agar suara rakyat yang tinggal di pelosok sampai ke telinga pemerintah.
Balqis eghnia n
(bbg)