Maksimalkan Potensi Anak

Selasa, 02 Desember 2014 - 10:01 WIB
Maksimalkan Potensi...
Maksimalkan Potensi Anak
A A A
Memberikan pendidikan untuk anak adalah tugas orang tua dan guru. Namun, untuk orang tua tentunya memiliki tugas yang lebih besar. Karena itu, Resourceful Parenting Indonesia (RPI) memberikan penyuluhan mengenai plastisitas otak anak kepada wali murid SD Cipinang Melayu 05 Pagi Jakarta dan SD PSKD Kwitang 8 Depok.

Sekolah pertama yang didatangi RPI, yaitu SD Cipinang Melayu 05 Pagi Jakarta, pada 18 November. Fasilitator RPI memaparkan pentingnya orang tua memahami plastis otak, yaitu bahwa otak bersifat plastis dan dapat dibentuk sehingga pola pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua serta stimulasi atau pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua menjadi kunci utama dalam pembentukan kemampuan anak agar menjadi optimal.

Acara yang dibawakan oleh Sahening Dian Ardini dan Paulus Triwahyudi sebagai fasilitator RPI mengatakan, kecerdasan majemuk juga menjadi poin penting. Apa itu kecerdasan majemuk? Kecerdasan majemuk secara garis besar terdiri dari 9 jenis kecerdasan, di antaranya kecerdasan bahasa, logika-matematika, visual-spatial, musik, fisik, alam, intrapersonal, interpersonal, dan spiritual.

Orang tua dapat mengembangkan kecerdasan majemuk melalui pembiasaan seharihari. Dalam kecerdasan intrapersonal dapat mengembangkan kemampuan anak dalam memahami dirinya, mengenali emosinya, serta mencapai konsep diri yang positif. Pada hari berikutnya, tepatnya 20 November 2014, RPI menyelenggarakan talkshow parenting di SD PSKD Kwitang 8 Depok.

Tema yang dibawakan oleh perwakilan fasilitator RPI tidak jauh berbeda dengan tema pada saat di sekolah sebelumnya, yaitu plastisitasi otak. Untuk di SD PSKD Kwitang 8 Depok, dua fasilitator RPI yang menjadi pembicara, yaitu Henky Sumahan Iskandar dan Emilia Wulan. Biasanya, orang tua akan panik ketika menemukan anaknya kelihatan “sangat kurang” pada mata pelajaran tertentu.

Para fasilitator ini berpesan agar orang tua sebaiknya mulai meneliti dan cermati apa kelebihan sang anak karena setiap anak memiliki kecerdasannya masing-masing, seperti jenisjenis kecerdasan majemuk yang telah disebutkan.

“Jangan lagi terpola dengan kebiasaan lama, menyuruh anak memperbaiki kekurangannya dan mengabaikan kelebihannya. Yang benar, terus asah kelebihanmu. Karena kalau anak dibiarkan berfokus memperbaiki kekurangannya, anak akan merasa lelah, kekurangannya tidak bisa diperbaiki maksimal, dan kelebihannya pun ditinggalkan begitu saja. Itu membuat anak tidak bisa mengenali potensi dirinya,” tutup Henky.

Balqis eghnia n
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8549 seconds (0.1#10.140)