Sukarela Mengajar Anak Jalanan
A
A
A
Semakin banyak bentuk kepedulian terhadap anak jalanan dengan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh sebuah komunitas. Termasuk juga yang dibuat oleh Komunitas Kereta Pelangi di sebuah sekolah di pinggiran jalan kereta api Kiaracondong, Bandung.
Kereta pelangi atau yang biasa disingkat Kapel merupakan salah satu komunitas pencinta anak jalanan yang merangkul anak-anak jalanan yang kurang mampu untuk mengenyam pendidikan. Komunitas yang dibentuk oleh Rina Anggraeni pada April 2012 silam ini melakukan kegiatan belajar mengajar secara sukarela, tanpa mengharapkan imbalan sepeser pun.
“Saya awalnya membentuk komunitas ini saat melihat anak jalanan di perempatan dan ketika bertanya, ternyata mereka belum bisa membaca dan menulis dan saya sangat sedih mendengarnya,” ungkap Rina. Kegiatan belajar mengajar dalam komunitas ini berlangsung setiap Minggu di sebuah sekolah Taman kanak-kanak Yayasan Beribu, di pinggiran jalan kereta api Kiaracondong.
Murid-murid yang diajar dalam komunitas ini adalah anak-anak jalanan sekitar Kiaracondong, dengan profesi sebagai pengamen yang sama sekali tidak pernah mengecap pendidikan formal. Di sini, mereka mendapatkan pengajaran dari para relawan, seperti belajar membaca, menulis, dan berhitung.
Selain belajar mengajar, kegiatan yang dilakukan KAPEL adalah training motivasi, bakti sosial, dan bermain bersama. Relawan-relawan yang ikut serta dalam komunitas ini terdiri atas beberapa perguruan tinggi, seperti UNPAD, UNISBA, UIN, dan UNIKOM.
Visinya ingin membentuk generasi muda yang kreatif, cerdas, berjiwa sosial tinggi, dan berakhlak mulia yang berlandaskan kekeluargaan dan ketakwaan. Juga mengasah kreativitas, meningkatkan wawasan, dan pengetahuan untuk mencapai masa depan yang lebih cerah, membangun rasa kekeluargaan untuk komunitas yang solid dan berdedikasi tinggi.
Rina sebagai pendiri sekaligus ketua komunitas ini menuturkan, dirinya begitu terpanggil untuk memberikan pendidikan bagi anak jalanan dan menambah pengetahuan mereka yang minim agar mereka tidak menjadi terbelakang dalam hal pendidikan. Sejauh ini Kereta Pelangi baru beranggotakan 26 orang. Ke depannya, diharapkan semakin banyak lagi yang bergabung dengan komunitas ini serta tak hanya mencakup soal belajar mengajar saja.
Dyah ayu pamela
Kereta pelangi atau yang biasa disingkat Kapel merupakan salah satu komunitas pencinta anak jalanan yang merangkul anak-anak jalanan yang kurang mampu untuk mengenyam pendidikan. Komunitas yang dibentuk oleh Rina Anggraeni pada April 2012 silam ini melakukan kegiatan belajar mengajar secara sukarela, tanpa mengharapkan imbalan sepeser pun.
“Saya awalnya membentuk komunitas ini saat melihat anak jalanan di perempatan dan ketika bertanya, ternyata mereka belum bisa membaca dan menulis dan saya sangat sedih mendengarnya,” ungkap Rina. Kegiatan belajar mengajar dalam komunitas ini berlangsung setiap Minggu di sebuah sekolah Taman kanak-kanak Yayasan Beribu, di pinggiran jalan kereta api Kiaracondong.
Murid-murid yang diajar dalam komunitas ini adalah anak-anak jalanan sekitar Kiaracondong, dengan profesi sebagai pengamen yang sama sekali tidak pernah mengecap pendidikan formal. Di sini, mereka mendapatkan pengajaran dari para relawan, seperti belajar membaca, menulis, dan berhitung.
Selain belajar mengajar, kegiatan yang dilakukan KAPEL adalah training motivasi, bakti sosial, dan bermain bersama. Relawan-relawan yang ikut serta dalam komunitas ini terdiri atas beberapa perguruan tinggi, seperti UNPAD, UNISBA, UIN, dan UNIKOM.
Visinya ingin membentuk generasi muda yang kreatif, cerdas, berjiwa sosial tinggi, dan berakhlak mulia yang berlandaskan kekeluargaan dan ketakwaan. Juga mengasah kreativitas, meningkatkan wawasan, dan pengetahuan untuk mencapai masa depan yang lebih cerah, membangun rasa kekeluargaan untuk komunitas yang solid dan berdedikasi tinggi.
Rina sebagai pendiri sekaligus ketua komunitas ini menuturkan, dirinya begitu terpanggil untuk memberikan pendidikan bagi anak jalanan dan menambah pengetahuan mereka yang minim agar mereka tidak menjadi terbelakang dalam hal pendidikan. Sejauh ini Kereta Pelangi baru beranggotakan 26 orang. Ke depannya, diharapkan semakin banyak lagi yang bergabung dengan komunitas ini serta tak hanya mencakup soal belajar mengajar saja.
Dyah ayu pamela
(bbg)