Bantu Pendidikan Anak-Anak
A
A
A
Demi memenuhi hak anak-anak kaum marginal dan jalanan di sekitar Manggarai dalam mendapatkan pendidikan hingga advokasi, komunitas Sahabat Anak Manggarai (SAM) merangkul mereka dengan memberikan pendidikan nonformal.
Komunitas Sahabat Anak Manggarai bisa dibilang komunitas yang telah berkiprah sejak belasan tahun lalu. Berdiri pada 1999, komunitas ini ditujukan sebagai komunitas yang dapat memberikan pendidikan nonformal kepada anak-anak marginal dan anak-anak jalanan.
“Tujuannya untuk memperjuangkan hakhak mereka agar tidak terus hidup di jalanan dan memiliki masa depan,” kata Marsya Nurmaranti, Humas SAM. Meski pada awalnya mengalami pasang surut karena tidak tersedianya tempat belajar mengajar, namun demi mewujudkan tujuan tersebut, berbagai kegiatan kerap dan terus dicanangkan oleh komunitas SAM.
“Mulai dari aksi kegiatan belajar mengajar seperti memberikan bimbingan belajar (bimbel), calistung (baca, tulis, menghitung), memberikan persiapan ujian sekolah, pendidikan budi pekerti, hingga kebersihan diri,” tutur salah satu pengajar komunitas SAM Nizar Zulfikar. Bahkan, komunitas yang kini telah memiliki tempat belajar mengajar di kawasan Manggarai Utara itu juga tak hanya memberikan kegiatan belajar mengajar.
Mereka juga mengadakan kegiatan bulanan yang dinamakan sebagai kelas besar yang rutin dilakukan setiap sebulan sekali pada minggu terakhir. “Semacam kegiatan fun activity seperti games, menonton film anak, dan kelas kreativitas. Ada juga kegiatan tahunan, seperti Jambore Sahabat Anak (JSA), buka puasa bersama, lomba Karya Anak Indonesia (KADO), field trip, dan Bazaar Akhir Tahunan SAM (BATSAM),” papar Nizar.
Uniknya lagi, komunitas yang telah memiliki anak binaan sekitar 80–100 anak yang terdiri atas usia 4–15 tahun ini memiliki kegiatan unik yang ditujukan untuk menyemangati anak-anak agar terus mau belajar. Kegiatan tersebut dilakukan saat Bazar Akhir Tahunan SAM (BATSAM) lewat konsep amusement park.
Marsya memaparkan, di acara tersebut anak-anak dituntun untuk mengumpulkan poin yang akan ditukarkan dengan hadiah menarik, seperti peralatan tulis, tas, boneka, handuk, sampai sate pancake marshmallow. Caranya, poin tersebut dikumpulkan lewat penilaian berdasarkan absensi, ketertiban, dan usaha dalam belajar.
Demi menjaga anak-anak tersebut tetap terus belajar, komunitas yang kini telah memiliki 40 anggota pengajar dan relawan ini juga ingin menambah kegiatannya dengan pelajaran olahraga, tari, dan musik, serta melakukan penghijauan di area belajar. “Agar anak-anak tidak memiliki kegiatan belajar mengajar yang monoton, tetapi juga mendapatkan banyak ilmu yang berguna di masa depan,” tutup Marsya.
Rehdian khartika
Komunitas Sahabat Anak Manggarai bisa dibilang komunitas yang telah berkiprah sejak belasan tahun lalu. Berdiri pada 1999, komunitas ini ditujukan sebagai komunitas yang dapat memberikan pendidikan nonformal kepada anak-anak marginal dan anak-anak jalanan.
“Tujuannya untuk memperjuangkan hakhak mereka agar tidak terus hidup di jalanan dan memiliki masa depan,” kata Marsya Nurmaranti, Humas SAM. Meski pada awalnya mengalami pasang surut karena tidak tersedianya tempat belajar mengajar, namun demi mewujudkan tujuan tersebut, berbagai kegiatan kerap dan terus dicanangkan oleh komunitas SAM.
“Mulai dari aksi kegiatan belajar mengajar seperti memberikan bimbingan belajar (bimbel), calistung (baca, tulis, menghitung), memberikan persiapan ujian sekolah, pendidikan budi pekerti, hingga kebersihan diri,” tutur salah satu pengajar komunitas SAM Nizar Zulfikar. Bahkan, komunitas yang kini telah memiliki tempat belajar mengajar di kawasan Manggarai Utara itu juga tak hanya memberikan kegiatan belajar mengajar.
Mereka juga mengadakan kegiatan bulanan yang dinamakan sebagai kelas besar yang rutin dilakukan setiap sebulan sekali pada minggu terakhir. “Semacam kegiatan fun activity seperti games, menonton film anak, dan kelas kreativitas. Ada juga kegiatan tahunan, seperti Jambore Sahabat Anak (JSA), buka puasa bersama, lomba Karya Anak Indonesia (KADO), field trip, dan Bazaar Akhir Tahunan SAM (BATSAM),” papar Nizar.
Uniknya lagi, komunitas yang telah memiliki anak binaan sekitar 80–100 anak yang terdiri atas usia 4–15 tahun ini memiliki kegiatan unik yang ditujukan untuk menyemangati anak-anak agar terus mau belajar. Kegiatan tersebut dilakukan saat Bazar Akhir Tahunan SAM (BATSAM) lewat konsep amusement park.
Marsya memaparkan, di acara tersebut anak-anak dituntun untuk mengumpulkan poin yang akan ditukarkan dengan hadiah menarik, seperti peralatan tulis, tas, boneka, handuk, sampai sate pancake marshmallow. Caranya, poin tersebut dikumpulkan lewat penilaian berdasarkan absensi, ketertiban, dan usaha dalam belajar.
Demi menjaga anak-anak tersebut tetap terus belajar, komunitas yang kini telah memiliki 40 anggota pengajar dan relawan ini juga ingin menambah kegiatannya dengan pelajaran olahraga, tari, dan musik, serta melakukan penghijauan di area belajar. “Agar anak-anak tidak memiliki kegiatan belajar mengajar yang monoton, tetapi juga mendapatkan banyak ilmu yang berguna di masa depan,” tutup Marsya.
Rehdian khartika
(bbg)