Pembagian Shift Kerja Mengganggu Fungsi Otak

Kamis, 11 Desember 2014 - 10:51 WIB
Pembagian Shift Kerja Mengganggu Fungsi Otak
Pembagian Shift Kerja Mengganggu Fungsi Otak
A A A
SEBUAH penelitian baru mengungkapkan, pembagian shift dalam bekerja bisa mengakibatkan gangguan fungsi otak, yang dapat memengaruhi kemampuan kognitif seperti berpikir, penalaran dan memori. Dibandingkan bekerja dalam waktu yang tetap.

Dikutip dari healthmeup, para peneliti yang menganalisis efek dari kerja meggunakan shift dalam jangka panjang menemukan, bahwa dampak itu terbukti kuat setelah 10 tahun. Efek tampaknya bisa dipulihkan, tetapi pemulihan bisa memakan waktu selama lima tahun.

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Occupational dan Environmental Medicine, menunjukkan bahwa kerja shift memiliki dampak negatif yang kuat pada kesehatan otak.

Shift kerja menimbulkan jet lag kronis, itu memengaruhi jam internal tubuh (ritme sirkadian). Perubahan sering ritme sirkadian telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit jantung, penyakit ulkus peptikum, gangguan reproduksi dan juga beberapa jenis kanker. Hal ini juga memengaruhi keselamatan dan produktivitas di tempat kerja.

Ritme sirkadian bertindak sebagai waktu alami menjaga sistem tubuh Anda dan mengatur suhu tubuh, tidur, kewaspadaan, perubahan hormonal, dan lain-lain. Ritme ini membantu tubuh mempertahankan fungsi yang tepat sesuai dengan waktu hari.

Mengamati efek dari kerja shift

Para peneliti dari Universitas Toulouse dan Swansea mempelajari 3.000 orang yang tinggal di Perancis. Dalam memori dan tes kognitif, orang-orang yang bekerja dengan shift bergilir yang dilakukan jauh lebih buruk daripada orang-orang yang bekerja dengan jam kerja tetap.

Tingkat penurunan kognitif terlihat pada orang yang bekerja shift selama 10 tahun, selama enam setengah tahun mengalami penurunan kognitif yang berkaitan dengan usia normal.

Sejauh ini, gangguan ritme sirkadian tampaknya menjadi satu-satunya alasan mengapa kerja shift menyebabkan penurunan kognitif.

Dalam studi itu juga menunjukkan bahwa bekerja pada shift malam lebih rentan terhadap kekurangan vitamin D, karena paparan sinar matahari yang tidak memadai. Kekurangan vitamin D juga telah dikaitkan dengan beberapa studi menyebabkan gangguan fungsi otak.

Penelitian tersebut dilakukan terhadap 1.200 peserta, ditindaklanjuti dengan tiga tahapan yang berbeda, pada tahun 1996, 2001 dan 2006. Satu dari lima peserta telah bekerja shift bergilir antara pagi, siang dan malam.

Mereka yang saat ini bekerja atau dulunya bekerja dengan pergantian shift memiliki skor memori dan kecepatan menjalani tes lebih rendah, daripada mereka yang bekerja dengan jam kerja kantor yang konsisten.

Potensi konsekuensi keselamatan

Hasil penelitian menunjukkan konsekuensi keamanan penting tidak hanya bagi pekerja, tetapi juga bagi masyarakat secara umum. Banyak pekerjaan berbahaya dilakukan di malam hari, yang dapat memengaruhi keselamatan banyak orang.
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4375 seconds (0.1#10.140)