Jangan Abaikan Gigi Retak
A
A
A
GIGI retak sering kali diabaikan karena gejala rasa sakit pada gigi retak umumnya tidak terjadi terus-menerus.
Apalagi diagnosis sindrom gigi retak juga cukup sulit. Padahal, bila dibiarkan, bisa berbahaya. Dengan peranan gigi sebagai fungsi oral dan estetika, setiap orang ingin mempertahankan kesehatan dan keindahan giginya. Namun, masyarakat sering kali tidak menyadari masalah gigi dan mulut yang dialaminya.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2007, sebanyak 43,4% warga berusia 12 tahun ke atas mempunyai gigi berlubang atau karies aktif dan belum tertangani. Salah satu permasalahan gigi dan mulut yang juga kerap dialami masyarakat adalah gigi retak (cracked tooth). Gigi retak dapat terjadi pada pria maupun wanita, akibat menggigit objek yang keras, salah posisi dalam mengunyah, atau karena struktur gigi yang lemah.
Gejala rasa sakit pada gigi retak tidak terjadi terus-menerus sehingga banyak orang mengabaikannya. Diagnosis sindrom gigi retak juga cukup sulit. Dokter gigi harus melakukan pemeriksaan gigi dan mulut secara menyeluruh. Dokter spesialis konservasi gigi dari RS Pondok Indah- Pondok Indah drg Rina Permatasari Sp KG mengatakan, retakan pada gigi biasanya cukup halus dan sulit terlihat secara klinis.
Bila pemeriksaan awal tidak dapat memperlihatkan posisi dan kedalaman retakan gigi, dokter akan membutuhkan pemeriksaan dengan 3D Cone Beam Computed Tomography (CBCT). “Dengan 3D CBCT imaging, pencitraan yang dihasilkan memiliki detail lebih tajam, bahkan slice by slice atau per potong,” ujarnya dalam acara peresmian Renewed Dental Specialist Clinic RSPI Group di Auditorium RSPIPondok Indah, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Selasa (9/12).
Rina mengatakan, kasus gigi retak yang tidak sampai ke ruang pulpa, cukup ditangani dengan pembuatan mahkota tiruan (crown), sedangkan dalam beberapa kasus yang lebih berat, gigi harus dirawat saluran akar dan dilakukan aplikasi bahan mineral trioxide aggregate(MTA) terlebih dahulu sebelum dipasang crown.
“Namun, bila retakan sudah jauh hingga akar atau bahkan gigi menjadi terbelah, maka gigi terpaksa harus dicabut, kemudian diganti dengan gigi tiruan atau implant,” katanya. Gigi yang terpaksa harus dicabut karena kerusakan kompleks atau akibat hal lainnya, seperti trauma, menurut dia, tentunya akan membuat tidak nyaman.
Kondisi tersebut tidak hanya memengaruhi estetika dan fungsi oral, namun juga dapat memengaruhi kesehatan umum dan kualitas hidup seseorang. Berkembangnya teknologi memungkinkan dokter gigi untuk memberikan pilihan yang lebih luas untuk jenis gigi tiruan. Gigi tiruan berfungsi untuk memperbaiki fungsi oral dan estetika.
Dokter gigi spesialis prostodonsia RSPI–Pondok Indah drg Jonan Angkawidjaja Sp Pros, mengatakan, jika gigi asli masih indikasi dan memungkinkan untuk dipertahankan, sebaiknya tidak dilakukan pencabutan karena pencabutan gigi selalu diikuti penciutan tulang rahang.
Dengan kemajuan ilmu dan bahan kedokteran gigi, pasien disarankan selalu meminta pendapat ahli sebelum mengambil keputusan untuk mencabut gigi. Banyak solusi yang mungkin dapat dipilih untuk merestorasi gigi. Namun, jika memang harus dilakukan pencabutan, maka diperlukan gigi tiruan sebagai pengganti agar tidak terjadi masalah yang lebih kompleks pascapencabutan.
“Misalnya, susunan gigi yang bergeser, radang gusi, kelainan sendi rahang, perubahan intonasi suara, dan yang tidak kalah pentingnya, yaitu berkurangnya dukungan terhadap bibir dan pipi sehingga wajah penampilan tampak lebih tua dari usia sebenarnya,” imbuhnya.
Sementara itu, Dental Specialist Clinic RSPI-Pondok Indah hadir untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan perawatan gigi terbaik dan berkualitas seiring dengan meningkatnya kepedulian masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Chief Executive Officer Rumah Sakit Pondok Indah Group dr Yanwar Hadiyanto MARS berharap Dental Specialist Clinic RSPI-Pondok Indah akan menjadi klinik gigi terdepan dalam melayani masyarakat.
“Tim Dental Specialist Clinic RSPIPondok Indah memiliki tim dokter gigi yang lengkap meliputi berbagai ilmu kedokteran gigi dengan kurang lebih 30 dokter gigi spesialis. Para dokter gigi spesialis ini akan didukung dengan perlengkapan dan teknologi kedokteran gigi terkini agar dapat memberikan pelayanan gigi spesialistik yang prima dan lebih aman,” katanya.
Dental Specialist Clinic RSPI-Pondok Indah mengedepankan sisi modernitas dari segi fasilitas pendukung untuk kesehatan gigi dan mulut, seperti 3D XRay, yaitu Carestream 9300 C 3D Premium System yang merupakan 3-in-one solutiondengan sistem panoramik, sefalometri, dan CBCT (Cone Beam Computed Tomography) dalam satu alat.
Rendra hanggara
Apalagi diagnosis sindrom gigi retak juga cukup sulit. Padahal, bila dibiarkan, bisa berbahaya. Dengan peranan gigi sebagai fungsi oral dan estetika, setiap orang ingin mempertahankan kesehatan dan keindahan giginya. Namun, masyarakat sering kali tidak menyadari masalah gigi dan mulut yang dialaminya.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2007, sebanyak 43,4% warga berusia 12 tahun ke atas mempunyai gigi berlubang atau karies aktif dan belum tertangani. Salah satu permasalahan gigi dan mulut yang juga kerap dialami masyarakat adalah gigi retak (cracked tooth). Gigi retak dapat terjadi pada pria maupun wanita, akibat menggigit objek yang keras, salah posisi dalam mengunyah, atau karena struktur gigi yang lemah.
Gejala rasa sakit pada gigi retak tidak terjadi terus-menerus sehingga banyak orang mengabaikannya. Diagnosis sindrom gigi retak juga cukup sulit. Dokter gigi harus melakukan pemeriksaan gigi dan mulut secara menyeluruh. Dokter spesialis konservasi gigi dari RS Pondok Indah- Pondok Indah drg Rina Permatasari Sp KG mengatakan, retakan pada gigi biasanya cukup halus dan sulit terlihat secara klinis.
Bila pemeriksaan awal tidak dapat memperlihatkan posisi dan kedalaman retakan gigi, dokter akan membutuhkan pemeriksaan dengan 3D Cone Beam Computed Tomography (CBCT). “Dengan 3D CBCT imaging, pencitraan yang dihasilkan memiliki detail lebih tajam, bahkan slice by slice atau per potong,” ujarnya dalam acara peresmian Renewed Dental Specialist Clinic RSPI Group di Auditorium RSPIPondok Indah, Pondok Indah, Jakarta Selatan, Selasa (9/12).
Rina mengatakan, kasus gigi retak yang tidak sampai ke ruang pulpa, cukup ditangani dengan pembuatan mahkota tiruan (crown), sedangkan dalam beberapa kasus yang lebih berat, gigi harus dirawat saluran akar dan dilakukan aplikasi bahan mineral trioxide aggregate(MTA) terlebih dahulu sebelum dipasang crown.
“Namun, bila retakan sudah jauh hingga akar atau bahkan gigi menjadi terbelah, maka gigi terpaksa harus dicabut, kemudian diganti dengan gigi tiruan atau implant,” katanya. Gigi yang terpaksa harus dicabut karena kerusakan kompleks atau akibat hal lainnya, seperti trauma, menurut dia, tentunya akan membuat tidak nyaman.
Kondisi tersebut tidak hanya memengaruhi estetika dan fungsi oral, namun juga dapat memengaruhi kesehatan umum dan kualitas hidup seseorang. Berkembangnya teknologi memungkinkan dokter gigi untuk memberikan pilihan yang lebih luas untuk jenis gigi tiruan. Gigi tiruan berfungsi untuk memperbaiki fungsi oral dan estetika.
Dokter gigi spesialis prostodonsia RSPI–Pondok Indah drg Jonan Angkawidjaja Sp Pros, mengatakan, jika gigi asli masih indikasi dan memungkinkan untuk dipertahankan, sebaiknya tidak dilakukan pencabutan karena pencabutan gigi selalu diikuti penciutan tulang rahang.
Dengan kemajuan ilmu dan bahan kedokteran gigi, pasien disarankan selalu meminta pendapat ahli sebelum mengambil keputusan untuk mencabut gigi. Banyak solusi yang mungkin dapat dipilih untuk merestorasi gigi. Namun, jika memang harus dilakukan pencabutan, maka diperlukan gigi tiruan sebagai pengganti agar tidak terjadi masalah yang lebih kompleks pascapencabutan.
“Misalnya, susunan gigi yang bergeser, radang gusi, kelainan sendi rahang, perubahan intonasi suara, dan yang tidak kalah pentingnya, yaitu berkurangnya dukungan terhadap bibir dan pipi sehingga wajah penampilan tampak lebih tua dari usia sebenarnya,” imbuhnya.
Sementara itu, Dental Specialist Clinic RSPI-Pondok Indah hadir untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan perawatan gigi terbaik dan berkualitas seiring dengan meningkatnya kepedulian masyarakat akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut. Chief Executive Officer Rumah Sakit Pondok Indah Group dr Yanwar Hadiyanto MARS berharap Dental Specialist Clinic RSPI-Pondok Indah akan menjadi klinik gigi terdepan dalam melayani masyarakat.
“Tim Dental Specialist Clinic RSPIPondok Indah memiliki tim dokter gigi yang lengkap meliputi berbagai ilmu kedokteran gigi dengan kurang lebih 30 dokter gigi spesialis. Para dokter gigi spesialis ini akan didukung dengan perlengkapan dan teknologi kedokteran gigi terkini agar dapat memberikan pelayanan gigi spesialistik yang prima dan lebih aman,” katanya.
Dental Specialist Clinic RSPI-Pondok Indah mengedepankan sisi modernitas dari segi fasilitas pendukung untuk kesehatan gigi dan mulut, seperti 3D XRay, yaitu Carestream 9300 C 3D Premium System yang merupakan 3-in-one solutiondengan sistem panoramik, sefalometri, dan CBCT (Cone Beam Computed Tomography) dalam satu alat.
Rendra hanggara
(ars)