Melawan Gelombang Buatan di Museum Tsunami

Jum'at, 26 Desember 2014 - 07:17 WIB
Melawan Gelombang Buatan...
Melawan Gelombang Buatan di Museum Tsunami
A A A
BANDA ACEH - Masih ingatkah Anda tentang bencana alam luar biasa yang maha dahsyat yang terjadi pada 26 Desember 2004. Ya, 10 tahun silam bencana tsunami yang telah mengguncang Provinsi Aceh dan Sumatera Utara.

Gempa berkekuatan lebih dari 9 skala richter tersebut telah menimbulkan gelombang berkekuatan dahsyat di kawasan Samudera Hindia meluluhlantakan wilayah Aceh dan sebagian Sumatera Utara. Untuk mengenang peristiwa tersebut, dibangunlah sebuah museum yang bernama Museum Tsunami ini.

Tempat wisata Museum Tsunami sangat mudah untuk di temukan, jaraknya juga tepat berada di tengah kota, tepatnya di Jalan Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil ataupun motor, namun jika anda ingin menggunakan kendaraan umum, bisa naik angkot atau yang lebih akrab disebut labi-labi kalau di kota Banda Aceh, selain itu juga ada becak, bentor (becak motor), ataupun taksi.

Kalau Anda datang dari arah Jalan Suleman Daud menggunakan kendaraan Pribadi, maka selanjutnya Anda belok ke kiri menuju Jalan Nyak Adam Kamil 5, lalu belok ke kiri lagi menuju Jalan Sultan Iskandar Muda, ikuti saja jalan tersebut, lurus hingga Anda menemukan Museum Tsunami tepat di pinggir jalan.

Namun, jika Anda ingin menggunakan kendaraan umum seperti labi-labi, bisa menggunakan labi-labi nomor 05 dengan jurusan Terminal Punge Ulee Lheu, dari Pangkalan labi-labi yang berada di Terminal Keudah di dekat Baiturrahman, lokasinya kurang lebih sekitar 5 kilometer dari Pasar Aceh.

Disini juga ada Becak, harganya memang tergantung seberapa jauh jarak anda dengan lokasi tujuan. Selain itu, Anda juga bisa menggunakan taksi.

Pemerintah telah berupaya membangun sebuah museum untuk mengenang peristiwa bencana alam yang pernah terjadi di kawasan Nanggroe Aceh Darussalam. Museum unik yang sangat megah tersebut di bangun di kawasan Banda Aceh, tepatnya terletak di bekas lokasi kejadian Tsunami tersebut. Akhir Februari 2009 yang lalu, Museum ini telah rampung dan diresmikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Sebelum di bangun, sempat diadakan audisi proyek, guna mencari desain yang sangat tepat untuk Museum Tsunami ini. Audisi lomba proyek desain museum tersebut akhirnya di menangkan oleh Bapak M. Ridwan Kamil, yang merupakan seorang dosen dari ITB. Beliau memenangkan sebuah hadiah yang berupa uang sebesar Rp100 juta.

Pembangunan Museum ini sampai menghabiskan dana sebesar Rp140 milyar, akan tetapi semua itu sepadan dengan hasil yang didapat, lagipula desain yang di usulkan oleh M. Ridwan Kamil memang sangat berkualitas, sehingga tidak menutup kemungkinan Museum Tsunami yang ada di Banda Aceh, Indonesia ini akan menjadi Museum Tsunami Dunia.

Museum ini telah di rancang sedemikian rupa hingga membuatnya menjadi antitsunami, hal ini dikarenakan bentuk pondasinya yang merupakan kombinasi antara bangunan panggung yang diangkat ke atas bukit.

Apabila diperhatikan dari atas, bentuk dari Museum ini membentuk seperti aliran gelombang tsunami yang berputar. Namun lihatlah dari bawah ataupun samping, Anda akan seolah-olah melihat Museum ini seperti sebuah kapar pesiar dengan geladak yang amat luas dan besar, yang digunakan sebagai escape building.

Desain museum Tsunami yang dibuat berdasarkan konsep rumah panggung masyarakat Aceh ini memang sengaja mencontoh bagaimana kearifan desain-desain dari arsitektur pada zaman dulu untuk menghadapi tantangan dan juga bencana alam. Escape building juga sengaja dibuat sebagai antisipasi terhadap bahaya dari bencana alam tsunami yang bisa muncul kapan saja di masa depan.

Saat pertama kali masuk ke dalam Museum ini, seolah-olah Anda masuk ke dalam sebuah lorong gelap di dalam gelombang tsunami yang memiliki tinggi sekitar 40 meter, hal itu akan terasa nyata karena adanya efek air yang jatuh dari atas.

Bila Anda takut akan kegelapan, sebaiknya tidak masuk ke dalam Museum Tsunami ini lewat jalur utama tadi, karena ditakutkan Anda memiliki phobia akan Tsunami, bisa saja phobia tersebut kambuh lagi.

Setelah melewati lorong-lorong gelap ini, Anda akan sampai di sebuah ruang pameran yang masih berdominan warna gelap, akan tetapi memiliki lampu-lampu besar yang meneranginya sehingga menimbulkan kesan unik dan modern.

Di ruangan ini Anda bisa melihat sendiri foto-foto pasca kejadian Tsunami dimana kerusakan dan kematian begitu banyaknya, serta foto-foto saat para korban sedang di berikan di pertolongan, semua itu dapat Anda lihat sendiri melalui puluhan standing screen yang ada disana.

Lalu ada juga Ruang Cahaya Tuhan (The Light of God), dimana Anda akan di uji untuk keluar dari putaran gelombang dengan melawan arus, jadi seolah-olah Anda sedang terperangkan Tsunami sungguhan, jika Anda bisa keluar dari cerobong tersebut, akan menuju Jembatan Harapan (Hope Bridge), yang seolah-olah membantu Anda ketempat yang lebih tinggi menjauhi Tsunami tersebut.

Setelah benar-benar selamat, maka Anda akan disambut oleh pemutaran sebuah video film Tsunami dengan durasi 15 menit dari gempa yang terjadi sampai pertolongan datang.

Untuk berkunjung ke Museum Tsunami ada beberapa tips, antara lain :
1. Ajaklah teman Anda untuk datang beramai-ramai, karena ini bisa jadi seperti simulasi bersama jika Tsunami datang kembali.

2. Saat memasuki lorong gelap yang pertama, hendaknya Anda memakai jaket ataupun topi agar tetesan air tersebut tidak mebasahi kepala dan pakaian Anda.

3. Jangan lupa membeli souvenir dari tempat ini, jadi kalau tiba-tiba Museum ini sudah resmi jadi Museum Tsunami Dunia, Anda tidak perlu bayar lebih mahal lagi dari yang sekarang.

Ingin mencoba bagaimana melawan gelombang Tsunami buatan yang ada di museum ini? Anda juga bisa mendapatkan pelajaran baru tentang simulasi, jika terjadi gelombang tsunami. Karenanya, datanglah ke Museum Tsunami yang ada di Banda Aceh, dan jadikan liburan Anda lebih bermanfaat.
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5998 seconds (0.1#10.140)