Premium Brand VS Premium Clientele

Jum'at, 02 Januari 2015 - 11:09 WIB
Premium Brand VS Premium...
Premium Brand VS Premium Clientele
A A A
Minggu lalu, tepatnya hari jumat, Saya bersama sama sahabat saya, Prima dan seorang sahabat saya, Mrs. R , yang kebetulan istri ‘’seseorang’’ yang penting di negeri ini, jalan-jalan di Pacific Place.

Sehabis menikmati makan siang, kita berniat mencari hadiah natal, dan kebetulan Mrs. R ingin membelikan hadiah buat suaminya, Bapak R. Mrs. R ini adalah salah satu dari sedikit perempuan yang sangat beruntung yang memiliki suami yang baiknya seperti malaikat. Sayang istri, setia dan murah hati. Sebenarnya sih sudah dari saat makan siang di Thai Alley, Mrs. R cerita pengen beliin sabuk brand Hdan minta kita temenin.

Dengan senang hati dong kita temani. Selesai makan siang, kita langsung turun ke bawah , dan meluncur ke butik H, brand yang tas, ‘’ the bb ‘’ nya merupakan ‘’ Holy Grail’’ nya tas sedunia . Rasanya semua perempuan cantik sedunia yang ‘’brand minded ‘’ dan kaya.( baik yang amat sangat kaya, sampai yang mati-matian pengen dianggap kaya ) rela berbuat apa saja untuk mendapatkan tas ini.

Tas ini dianggap satu dari sedikit yang anggap sebagai status simbol kemakmuran dan kemewahan. Untuk mendapatkan sebuah tasthe bb, secara resmi, bukan dari reselleryang tidak resmi, karena brand ini tidak pernah punya reseller yang resmi, dibutuhkan waktu tunggu sekitar 7 tahun, dan itu juga kalau anda beruntung. Balik ke cerita saya dan sahabat-sahabat saya yaaa.

Begitu tiba di depan butik The H, pas mau dorong pintunya, lohhhh kok terkunci ya ? mula-mula kita pikir ada pintu lain yang terbuka, karena pintu yang biasa ini terkunci. Eh ternyata enggak ada pintu lain. Pas kita melihat ke dalam dari kaca di pintu masuk, ternyata nih, di dalam sepertinya ada tiga orang China lagi melihat-lihat barang di dalam butik ini dan di dalam terlihat tiga orang China, sepertinya wisatawan asal China daratan, di dalam terlihat dua sales attendantlaki-laki.

Berhubung di pintu butik itu tidak ada bel, akhirnya kacanya kita ketok. Setelah beberapa kali kita ketok, SAnya baru ngeh kali ya, trus dia membuka pintunya. Lalu di depan pintu dia menanyakan apa yang bisa dibantu Mrs. R yang baik hati dan santun banget, menjelaskan kalau dia ingin membeli sabuk.

Anehnya nih, kita sama sekali tidak dipersilahkan masuk ke dalam butik nya., yang ada malah kita ditanyain mau sabuk yang seperti apa, dan warna apa, trus SA nya membawa contoh sabuknya dan diperlihatkan kepada kita dari depan pintu. Sungguh aneh banget dan amat tidak sopan banget kan cara seperti ini brand yang harga tasnya ratusan juta dan harga sabuknya Rp16 juta, melayani pelanggan elitnya. Mrs. R sih masih terlihat sabar, tapi tidak dengan saya dan Prima.

Bukan begini deh cara melayani pelanggan, mau brand ecek-ecek sampai brand paling premium sekalipun. Jelek-jelek gini ya, saya emang sih bukan sosialita, tapi kalau cuma untuk sebuah tas birkin, saya mah punya yaaaa. Heloooo, dan sepertinya dan pastinya SA itu tidak tahu banget dengan siapa dia lagi berhadapan. Saya langsung dong tanya, kenapa kita tidak boleh masuk.

Awal jawaban SA itu, karena sedang ada orang lain di dalam. Trus saya tanya, tiga orang itu siapa ? FYI, tiga orang itu sih penampilannya kasual banget. Trus saya tanya, apa bedanya kita dan mereka, karena kita juga sama-sama mau dan niat membeli sesuatu. SA itu tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Lalu dia bilang karena sales attendant-nya saat itu cuma dua.

Trus saya bilang, dari tadi kan kelihatan banget kalau yang melayani tiga orang cina itu, hanya satu sales, yang satunya lagi diam saja. Saya lalu bilang, ‘’ Mas, kayaknya butik ini di Paris gak segininya deh. Kalau memang sedang tidak boleh ada yang masuk, bilang dong atau tulis dong secara resmi di depan pintu, CLOSED FOR PUBLIC, PRIVATE VIEWING ON GOING, atau tulis apa kek. SA itu terdiam.

Sepertinya Mrs. R kaget juga karena saya lagi keluar nih galaknya. Abis sih, jengkel banget. Sungguh amat tidak sopan. Akhirnya kita bertiga dipersilahkan masuk. Ternyata di butik itu , saat itu SA nya yang terlihat ada 4 loh, enggak banget kan, dan coba tebak, ketiga wisatawan China itu, sampai keluar, tidak beli apaapa dong. Saya yang keburuillfeel, langsung tidak selera sama sekali untuk shopping.

Buat saya sih, rasis banget jika kita, asli orang Indonesia, diperlakukan begitu oleh bangsa sendiri yang kerja buat sebuah brand termahal di dunia. Diskriminasi di negeri sendiri oleh bangsa sendiri itu tuh , amat sangat enggak banget. Lah, branditu kan buka di Indonesia buat orang Indonesia bisa beli produknya di Indonesia.

Kalau orang Indonesia tidak diharapkan membeli brand tersebut di Indonesia, dan brand tersebut justru lebih mengharapkan orang asing membeli produk nya di Indonesia, lebih baik jangan buka di Indonesia dong . Prilaku SA brand tersebut tidak sesuai standard customer service brand sebut tidak layak untuk ukuran apapun, apalagi untuk standar brand semewah itu.

Prilaku SA di Indonesia yang sering enggak banget ini nih, yang membuat masih banyak saja orang Indonesia yang kaya enggan shoppingdi negeri sendiri, padahal sebenarnya semuanya sudah ada di dalam negeri sendiri kan, tapi karena prilaku –prilaku yang tidak menghargai konsumen ini, yang membuat belanja di luar negeri masih terasa lebih nyaman dari di negeri sendiri.

Berdasarkan pengalaman saya, Indonesian high class clientele sebenarnya itu baik banget mereka manis, tidak reseh dan tidak menuntut terlalu banyak, jika dibandingkan high class clientele Rusia, China, Korea , India. Kita hanya butuh dihargai dan didengarkan. Selebihnya kita akan buas dengan sendirinya seperti segerombolan ikan piranha, hehehehe. Minggu lalu saya baru loh menulis di Koran Sindo, salah satu kekurangan industri ritel di Indonesia, pelayanan customer service nya. S

ering terasa sangat tidak’’ customer friendly, customer oriented‘’ atau apapun itu. Sering mereka hanya melihat dan menilai dari penampilan dari orang yang masuk ke butiknya. Yang sering terjadi, bukan brandnya yang salah, tapi SA nya yang pada ‘’sengak’’ banget, padahal sama bangsa sendiri. Mereka berusaha menilai orang, dan memperlakukan atau ‘’ treat‘’ orang dari penilaian mereka, yang sayangnya penilaian mereka sungguh lah salah.

Rasanya sudah selayaknya dan bahkan sebuah keharusan bagi brandbrand premium yang masuk ke Indonesia, apapun produknya, di manapun mereka membuka outletnya, mau berinvestasi dengan memberikan pelatihanpelatihan intensif, prilaku konsumen Indonesia dan high profile customer servicekepada tim sales nya dan individu sales attendantnya.

Kalau berani dan ingin berhasil berekspansi ke Indonesia, artinya kan karena memang Indonesia adalah target market yang sesuai , untuk itu harus dihargai dong ‘’ potential clientele‘’ nya, apalagi kalau mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan sangat majemuk dan sekarang kelas sosial menengah ke atas dan kelas atasnya sedang berkembang pesat.

Selamat tahun baru 2015 ya, semoga tahun 2015, semua yang terbaik dan terindah buat bangsa Indonesia.

Miss Jinjing
Konsultan Fashion
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9333 seconds (0.1#10.140)