Semangat Membaca untuk Indonesia Timur
A
A
A
TAMAN Bacaan Anak Lebah (TBAL) hadir dengan harapan besar untuk anakanak di pelosok Indonesia bagian timur yang ingin memiliki buku untuk dibaca sehingga tercipta generasi cinta baca.
Menggerakkan minat untuk membaca buku bagi anak-anak harus dimulai sejak dini. Namun, minat baca anak-anak Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan negara lain di Asia. Salah satu sebabnya adalah minimnya akses buku ke anak-anak, di samping cukup mahalnya harga buku anak-anak tersebut. Berbekal masalah ini, TBAL didirikan untuk menjadi solusinya.
TBAL didirikan oleh Elvera Nuriawati Makki atau Vera Makki, seorang praktisi kehumasan, dan beberapa orang rekannya. Fokus taman baca ini adalah untuk menggerakkan minat baca anak-anak di daerah Ambon, Saparua, Pulau Seram, Wakatobi, dan Lombok.
Tak sekadar mendirikan taman bacaan, TBAL juga mendukung segala keperluan dari sebuah taman bacaan, sekolah PAUD, maupun hanya rumah warga yang dijadikan taman bacaan. Secara terbuka, TBAL ada bagi siapa pun yang peduli pada masa depan anak-anak yang tinggal di daerah terpencil untuk sama-sama merasakan asyiknya membaca buku.
Menjadi relawan, mendongeng, ataupun menyumbangkan buku bisa dilakukan bagi mereka yang peduli pada kegiatan TBAL.
”Kami sangat membuka diri bagi mereka yang menjadi relawan. Karena setahun sekali, kami akan datang ke beberapa daerah di sana, dan bagi yang ingin menjadi relawan bisa ikut dengan kami. Untuk buku, dua daerah akan kami kirim paket berupa buku hasil sumbangan acara-acara yang kami lakukan selama di Jakarta,” tutur Rismadhani Chaniago atau Dhani, selaku Program & Development TBAL.
Memang bukan hanya buku yang dibawa para relawan. Mereka kerap juga menghibur anak-anak. Seperti pada Oktober lalu, TBAL mengunjungi Pulau Seram untuk menghadirkan pendongeng profesional dari Ayo Dongeng Indonesia. Di sana anak-anak dihibur oleh dongeng seru yang dibacakan serta workshop bagi orang tua dan guru bagaimana cara mendongeng untuk anak-anak mereka.
Selain buku, TBAL juga ingin berbagi keperluan yang dibutuhkan guru-guru di daerah terpencil itu. ”Di program Semangati Guru yang bertujuan memberdayakan guru, kami bertanya kepada guru musik di sana alat-alat musik apa yang kurang, lalu kami bagi di media sosial mengenai program ini. Akhirnya terkumpul sejumlah alat musik yang kami langsung bawa ke sana dan sangat berguna untuk mengajarkan anak-anak itu untuk lebih mendalami seni musik,” sebut Dhani.
Di Jakarta, semangat untuk peduli akan minat baca anak-anak di daerah terpencil juga selalu digalakkan melalui berbagai acara yang mereka buat. Di media sosial, mereka tidak henti-hentinya menyosialisasikan untuk menyumbang satu buku untuk adik-adik di Indonesia timur.
Seperti saat bulan puasa lalu, mereka membuat program ngabuburit sambil berdonasi buku. Awal tahun ini TBAL juga akan meresmikan pojok buku atau perpustakaan kecil di Rumah Harapan, sebuah rumah singgah untuk anak-anak sakit dari keluarga tidak mampu yang berasal dari luar Jakarta.
Ananda nararya
Menggerakkan minat untuk membaca buku bagi anak-anak harus dimulai sejak dini. Namun, minat baca anak-anak Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan negara lain di Asia. Salah satu sebabnya adalah minimnya akses buku ke anak-anak, di samping cukup mahalnya harga buku anak-anak tersebut. Berbekal masalah ini, TBAL didirikan untuk menjadi solusinya.
TBAL didirikan oleh Elvera Nuriawati Makki atau Vera Makki, seorang praktisi kehumasan, dan beberapa orang rekannya. Fokus taman baca ini adalah untuk menggerakkan minat baca anak-anak di daerah Ambon, Saparua, Pulau Seram, Wakatobi, dan Lombok.
Tak sekadar mendirikan taman bacaan, TBAL juga mendukung segala keperluan dari sebuah taman bacaan, sekolah PAUD, maupun hanya rumah warga yang dijadikan taman bacaan. Secara terbuka, TBAL ada bagi siapa pun yang peduli pada masa depan anak-anak yang tinggal di daerah terpencil untuk sama-sama merasakan asyiknya membaca buku.
Menjadi relawan, mendongeng, ataupun menyumbangkan buku bisa dilakukan bagi mereka yang peduli pada kegiatan TBAL.
”Kami sangat membuka diri bagi mereka yang menjadi relawan. Karena setahun sekali, kami akan datang ke beberapa daerah di sana, dan bagi yang ingin menjadi relawan bisa ikut dengan kami. Untuk buku, dua daerah akan kami kirim paket berupa buku hasil sumbangan acara-acara yang kami lakukan selama di Jakarta,” tutur Rismadhani Chaniago atau Dhani, selaku Program & Development TBAL.
Memang bukan hanya buku yang dibawa para relawan. Mereka kerap juga menghibur anak-anak. Seperti pada Oktober lalu, TBAL mengunjungi Pulau Seram untuk menghadirkan pendongeng profesional dari Ayo Dongeng Indonesia. Di sana anak-anak dihibur oleh dongeng seru yang dibacakan serta workshop bagi orang tua dan guru bagaimana cara mendongeng untuk anak-anak mereka.
Selain buku, TBAL juga ingin berbagi keperluan yang dibutuhkan guru-guru di daerah terpencil itu. ”Di program Semangati Guru yang bertujuan memberdayakan guru, kami bertanya kepada guru musik di sana alat-alat musik apa yang kurang, lalu kami bagi di media sosial mengenai program ini. Akhirnya terkumpul sejumlah alat musik yang kami langsung bawa ke sana dan sangat berguna untuk mengajarkan anak-anak itu untuk lebih mendalami seni musik,” sebut Dhani.
Di Jakarta, semangat untuk peduli akan minat baca anak-anak di daerah terpencil juga selalu digalakkan melalui berbagai acara yang mereka buat. Di media sosial, mereka tidak henti-hentinya menyosialisasikan untuk menyumbang satu buku untuk adik-adik di Indonesia timur.
Seperti saat bulan puasa lalu, mereka membuat program ngabuburit sambil berdonasi buku. Awal tahun ini TBAL juga akan meresmikan pojok buku atau perpustakaan kecil di Rumah Harapan, sebuah rumah singgah untuk anak-anak sakit dari keluarga tidak mampu yang berasal dari luar Jakarta.
Ananda nararya
(ars)