Kenali Berbagai Risiko Kehamilan
A
A
A
BEBERAPA risiko kehamilan yang sering dialami ibu hamil, antara lain pendarahan dan ketuban pecah pada kehamilan muda, plasenta previa, pre-eklampsia, dan janin tidak berkembang.
Pendarahan, terutama pada kehamilan muda, adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Umumnya pendarahan terjadi pada trimester pertama kehamilan. Pendarahan dalam jumlah sedikit, seperti bercak-bercak pada kehamilan minggu ketujuh hingga sembilan merupakan hal yang normal karena implantasi embrio pada dinding rahim menyebabkan dinding rahim melepaskan sejumlah kecil darah dan berlangsung satu hingga dua hari.
Mengangkat beban berat, aktivitas berlebih, atau hubungan seksual juga dapat menyebabkan terjadinya pendarahan dan biasanya akan hilang setelah beristirahat cukup. Namun, pendarahan pada awal kehamilan juga perlu diwaspadai karena bisa jadi merupakan ancaman keguguran.
“Jika mengalami pendarahan hebat yang diikuti dengan kram perut atau disertai keluarnya darah beku atau jaringan fetus, kemungkinan sang ibu mengalami keguguran. Untuk itu, walaupun normal dialami pada kehamilan awal, para ibu tetap harus memeriksakan diri ke dokter untuk menghindari terjadinya komplikasi kehamilan lain,” kata Dr Azen Salim SpOG-KFM, spesialis kebidanan dan kandungan, konsultan fetomaternal RSPI-Pondok Indah.
Penyebab lain dari pendarahan, kata Azen, adalah plasenta previa, yaitu suatu kondisi di mana pertumbuhan plasenta atau ari-ari sebagai pemberi nutrisi dan oksigen bagi janin terletak pada dinding rahim bagian bawah dan menutupi seluruh atau sebagian dari mulut rahim. Gejala utama dari kondisi ini adalah pendarahan yang terjadi secara tiba-tiba dan kerap disertai dengan kontraksi.
“Ibu hamil dengan plasenta previa dianjurkan untuk mengurangi aktivitas fisik, bed rest total, tidak berhubungan seksual saat kehamilan, tidak memasukkan tampon vagina, dan tidak melakukan pembersihan vagina,” sebutnya. Risiko kehamilan lain yang kerap muncul adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hipertensi saat kehamilan dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat hingga kematian.
Juga berakibat terjadinya pelepasan plasenta dini dari dinding rahim yang sangat membahayakan ibu dan janin. “Bahkan, jika tidak ditangani dengan tepat akan memunculkan risiko kejangkejang dan kematian ibu dan janin. Untuk itu, biasanya persalinan dipercepat sebelum usia 37 minggu,” ujar Azen.
Menjelang kelahiran, biasanya ibu akan mengalami air ketuban pecah yang terjadi beberapa jam sebelum persalinan atau pada saat persalinan. Umumnya air ketuban pecah jika usia kehamilan sudah mencapai 37 minggu. Pada beberapa kasus, air ketuban pecah sebelum waktunya, yaitu pada usia kehamilan di bawah 37 minggu atau dikenal dengan Ketuban Pecah Dini (KPD).
KPD kerap disebabkan infeksi saluran reproduksi, seperti keputihan, saluran kencing, maupun infeksi kuman lainnya yang memicu kelahiran prematur. Dr Rinawati Rohsiswatmo SpA (K), spesialis anak dan konsultan perinatologi RSPI-Pondok Indah mengungkapkan, pada bayi prematur memiliki risiko gangguan kesehatan tinggi karena perkembangan dan fungsi organ-organ yang belum matang serta kemampuan beradaptasi di luar kandungan yang masih sangat terbatas.
“Masalah yang sering terjadi adalah kesulitan pernapasan (respiratory distress ). Pada awal kehidupannya, mereka butuh bantuan pernapasan agar tidak jatuh pada kondisi darurat sampai bayi tersebut stabil,” tuturnya. Kata Rinawari, penanganan khusus dan perawatan intensif sesudah lahir sangat diperlukan untuk memastikan kelangsungan hidup sang bayi, termasuk memilih rumah sakit yang terbaik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan rumah sakit antara lain memastikan tersedianya dokter spesialis kebidanan dan kandungan (obstetri dan ginekologi) serta subspesialisasinya (konsultan), atau spesialis lain yang mendukung.
Selain itu, rumah sakit yang memiliki standar keselamatan internasional, peralatan medis yang lengkap untuk menunjang kualitas diagnosis serta tersedianya Unit Perawatan Intensif, NICU (Neonatal Intensive Care Unit), juga menjadi hal yang perlu dipertimbangkan.
Fasilitas NICU menjadi sentra pertama dan utama untuk menangani bayi yang memerlukan perawatan khusus dan intensif, dengan kelengkapan rangkaian teknologi terkininya, demi mencegah dan mengobati kegagalan organ vital seawal mungkin.
Sayangnya, rumah sakit yang memiliki fasilitas NICU dengan kualitas yang memenuhi persyaratan masih terbatas (baik tempat, ruangan, peralatan, dokter, maupun perawatnya, serta fasilitas penunjang medik seperti laboratorium dan radiologi).
Rendra hanggara
Pendarahan, terutama pada kehamilan muda, adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Umumnya pendarahan terjadi pada trimester pertama kehamilan. Pendarahan dalam jumlah sedikit, seperti bercak-bercak pada kehamilan minggu ketujuh hingga sembilan merupakan hal yang normal karena implantasi embrio pada dinding rahim menyebabkan dinding rahim melepaskan sejumlah kecil darah dan berlangsung satu hingga dua hari.
Mengangkat beban berat, aktivitas berlebih, atau hubungan seksual juga dapat menyebabkan terjadinya pendarahan dan biasanya akan hilang setelah beristirahat cukup. Namun, pendarahan pada awal kehamilan juga perlu diwaspadai karena bisa jadi merupakan ancaman keguguran.
“Jika mengalami pendarahan hebat yang diikuti dengan kram perut atau disertai keluarnya darah beku atau jaringan fetus, kemungkinan sang ibu mengalami keguguran. Untuk itu, walaupun normal dialami pada kehamilan awal, para ibu tetap harus memeriksakan diri ke dokter untuk menghindari terjadinya komplikasi kehamilan lain,” kata Dr Azen Salim SpOG-KFM, spesialis kebidanan dan kandungan, konsultan fetomaternal RSPI-Pondok Indah.
Penyebab lain dari pendarahan, kata Azen, adalah plasenta previa, yaitu suatu kondisi di mana pertumbuhan plasenta atau ari-ari sebagai pemberi nutrisi dan oksigen bagi janin terletak pada dinding rahim bagian bawah dan menutupi seluruh atau sebagian dari mulut rahim. Gejala utama dari kondisi ini adalah pendarahan yang terjadi secara tiba-tiba dan kerap disertai dengan kontraksi.
“Ibu hamil dengan plasenta previa dianjurkan untuk mengurangi aktivitas fisik, bed rest total, tidak berhubungan seksual saat kehamilan, tidak memasukkan tampon vagina, dan tidak melakukan pembersihan vagina,” sebutnya. Risiko kehamilan lain yang kerap muncul adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hipertensi saat kehamilan dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat hingga kematian.
Juga berakibat terjadinya pelepasan plasenta dini dari dinding rahim yang sangat membahayakan ibu dan janin. “Bahkan, jika tidak ditangani dengan tepat akan memunculkan risiko kejangkejang dan kematian ibu dan janin. Untuk itu, biasanya persalinan dipercepat sebelum usia 37 minggu,” ujar Azen.
Menjelang kelahiran, biasanya ibu akan mengalami air ketuban pecah yang terjadi beberapa jam sebelum persalinan atau pada saat persalinan. Umumnya air ketuban pecah jika usia kehamilan sudah mencapai 37 minggu. Pada beberapa kasus, air ketuban pecah sebelum waktunya, yaitu pada usia kehamilan di bawah 37 minggu atau dikenal dengan Ketuban Pecah Dini (KPD).
KPD kerap disebabkan infeksi saluran reproduksi, seperti keputihan, saluran kencing, maupun infeksi kuman lainnya yang memicu kelahiran prematur. Dr Rinawati Rohsiswatmo SpA (K), spesialis anak dan konsultan perinatologi RSPI-Pondok Indah mengungkapkan, pada bayi prematur memiliki risiko gangguan kesehatan tinggi karena perkembangan dan fungsi organ-organ yang belum matang serta kemampuan beradaptasi di luar kandungan yang masih sangat terbatas.
“Masalah yang sering terjadi adalah kesulitan pernapasan (respiratory distress ). Pada awal kehidupannya, mereka butuh bantuan pernapasan agar tidak jatuh pada kondisi darurat sampai bayi tersebut stabil,” tuturnya. Kata Rinawari, penanganan khusus dan perawatan intensif sesudah lahir sangat diperlukan untuk memastikan kelangsungan hidup sang bayi, termasuk memilih rumah sakit yang terbaik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan rumah sakit antara lain memastikan tersedianya dokter spesialis kebidanan dan kandungan (obstetri dan ginekologi) serta subspesialisasinya (konsultan), atau spesialis lain yang mendukung.
Selain itu, rumah sakit yang memiliki standar keselamatan internasional, peralatan medis yang lengkap untuk menunjang kualitas diagnosis serta tersedianya Unit Perawatan Intensif, NICU (Neonatal Intensive Care Unit), juga menjadi hal yang perlu dipertimbangkan.
Fasilitas NICU menjadi sentra pertama dan utama untuk menangani bayi yang memerlukan perawatan khusus dan intensif, dengan kelengkapan rangkaian teknologi terkininya, demi mencegah dan mengobati kegagalan organ vital seawal mungkin.
Sayangnya, rumah sakit yang memiliki fasilitas NICU dengan kualitas yang memenuhi persyaratan masih terbatas (baik tempat, ruangan, peralatan, dokter, maupun perawatnya, serta fasilitas penunjang medik seperti laboratorium dan radiologi).
Rendra hanggara
(ars)