Mengundang Penasaran dengan Pop Up Resto
A
A
A
Siapa bilang membuka restoran harus memusingkan lokasi ataupun mencari modal besar. Dengan konsep pop up, restoran terbilang laris dan mengundang rasa penasaran. Bisa pula menumpang di tempat lain. Konsepnya mirip food truck, tapi agak berbeda.
Sebuah restoran bergaya kental Jepang menjadi penghuni baru mainstreet dining di lantai UG Gandaria City. Ada beberapa televisi ukuran besar diletakkan memanjang yang menayangkan pemandangan Negeri Sakura, merujuk pada keadaan alam negara itu yang dipengaruhi empat musim.
Langit-langitnya pun dipenuhi bunga sakura artifisial serta beberapa lampion kertas berukuran besar. Di meja terdapat yukata , kimono, aneka topeng, dan mainan khas Jepang yang bisa dipakai ber-selfie ria. Adapun di bagian teras, terdapat lemari yang memajang bermacam kerajinan dari negara pimpinan Kaisar Akihito itu.
“Kami mencoba mengajak masyarakat Jakarta mengenal lebih jauh Jepang, baik kebudayaan maupun kulinernya yang autentik,” kata Yutaro sebagai Manager Wakuwaku Cafe. Sayang, restoran ini usianya hanya seumur jagung. Dibuka pada November tahun lalu, tepat pada dua bulan usianya, yaitu Rabu (28/1), restoran ini akan resmi ditutup. Bukan, bukan lantaran alasan merugi.
Sejatinya Wakuwaku Cafe merupakan pop up restaurant besutan stasiun TV asal Jepang yang belum lama mengudara di Indonesia. Restoran tersebut sebetulnya menempati sebuah kafe bernama Kaffein yang sehari-hari menjadi tempat nongkrong favorit di mal tersebut.
Konsep pop up untuk menciptakan euforia atau rasa penasaran terhadap hal tertentu boleh jadi masih asing di telinga kita. Namun di Amerika Serikat, tidak sedikit restoran yang mengadopsi konsep semacam ini. Sebut saja Bep di daerah Brooklyn. Restoran Vietnam ini mengambil tempat di sebuah kedai kopi bergaya Prancis, Simple Cafe.
Sang pemilik An Nguyen Xuan mengaku tak sengaja menemukan sebuah kafe yang tutup pada Senin. “Pemiliknya seorang Prancis, saya pun Vietnam-Prancis dan saya pikir kami bisa nyambung. Jadilah saya mulai berbisnis setiap Senin. Setelah delapan bulan kami tambah hari buka,” kata Nguyen dikutip dari latimes.com.
Bep kini mengambil alih Simple Cafe tiga kali dalam seminggu. Ada pula AsiaDog yang beroperasi musiman. Restoran yang menempati Trophy Bar ini hanya buka pada musim panas, tepatnya hari Selasa. Makanan yang disajikan, hot dog dengan topping yang dipengaruhi selera Asia. Tidak hanya di satu tempat, restoran ini bersifat nomaden.
Pada musim panas yang lain, AsiaDog menempati bar lain di Manhattan hampir setiap malam. Sang pemilik, Chef Melanie Campbell belum lagi mengumumkan tujuan AsiaDog berikutnya. Yang pasti, pelanggan mereka sudah tak sabar. Layaknya event underground, restoran atau kafe pop up, acap kali menyiarkan kehadiran mereka sangat mendadak.
Yang paling benar untuk melacak keberadaannya melalui Twitter. Bahkan situs AsiaDog pun tak bisa selalu diharapkan. Jadi, pelanggan loyal AsiaDog harus rajin memantau akun Twitter resmi restoran hot dog itu. Mau tak mau, mereka pun diajak berburu lokasi restoran berikutnya untuk dapat menikmati panganan favorit tersebut.
Tak hanya mengincar restoran, beberapa pelaku pop up juga menempati tempat lain. Penulis buku memasak Dorie Greenspan, bersama putranya Josh, mencoba peruntungan menjual kue kering di sebuah salon. Beberapa orang menanyakan kebijakan menjual makanan di dalam salon.
Namun, ibu-anak ini menjamin kue tersebut dikemas dalam kemasan individual dan dijual saat salon tak beroperasi. Beroperasi enam kali dalam seminggu, keluarga Greenspan meraup keuntungan yang tinggi.
Sri noviarni
Sebuah restoran bergaya kental Jepang menjadi penghuni baru mainstreet dining di lantai UG Gandaria City. Ada beberapa televisi ukuran besar diletakkan memanjang yang menayangkan pemandangan Negeri Sakura, merujuk pada keadaan alam negara itu yang dipengaruhi empat musim.
Langit-langitnya pun dipenuhi bunga sakura artifisial serta beberapa lampion kertas berukuran besar. Di meja terdapat yukata , kimono, aneka topeng, dan mainan khas Jepang yang bisa dipakai ber-selfie ria. Adapun di bagian teras, terdapat lemari yang memajang bermacam kerajinan dari negara pimpinan Kaisar Akihito itu.
“Kami mencoba mengajak masyarakat Jakarta mengenal lebih jauh Jepang, baik kebudayaan maupun kulinernya yang autentik,” kata Yutaro sebagai Manager Wakuwaku Cafe. Sayang, restoran ini usianya hanya seumur jagung. Dibuka pada November tahun lalu, tepat pada dua bulan usianya, yaitu Rabu (28/1), restoran ini akan resmi ditutup. Bukan, bukan lantaran alasan merugi.
Sejatinya Wakuwaku Cafe merupakan pop up restaurant besutan stasiun TV asal Jepang yang belum lama mengudara di Indonesia. Restoran tersebut sebetulnya menempati sebuah kafe bernama Kaffein yang sehari-hari menjadi tempat nongkrong favorit di mal tersebut.
Konsep pop up untuk menciptakan euforia atau rasa penasaran terhadap hal tertentu boleh jadi masih asing di telinga kita. Namun di Amerika Serikat, tidak sedikit restoran yang mengadopsi konsep semacam ini. Sebut saja Bep di daerah Brooklyn. Restoran Vietnam ini mengambil tempat di sebuah kedai kopi bergaya Prancis, Simple Cafe.
Sang pemilik An Nguyen Xuan mengaku tak sengaja menemukan sebuah kafe yang tutup pada Senin. “Pemiliknya seorang Prancis, saya pun Vietnam-Prancis dan saya pikir kami bisa nyambung. Jadilah saya mulai berbisnis setiap Senin. Setelah delapan bulan kami tambah hari buka,” kata Nguyen dikutip dari latimes.com.
Bep kini mengambil alih Simple Cafe tiga kali dalam seminggu. Ada pula AsiaDog yang beroperasi musiman. Restoran yang menempati Trophy Bar ini hanya buka pada musim panas, tepatnya hari Selasa. Makanan yang disajikan, hot dog dengan topping yang dipengaruhi selera Asia. Tidak hanya di satu tempat, restoran ini bersifat nomaden.
Pada musim panas yang lain, AsiaDog menempati bar lain di Manhattan hampir setiap malam. Sang pemilik, Chef Melanie Campbell belum lagi mengumumkan tujuan AsiaDog berikutnya. Yang pasti, pelanggan mereka sudah tak sabar. Layaknya event underground, restoran atau kafe pop up, acap kali menyiarkan kehadiran mereka sangat mendadak.
Yang paling benar untuk melacak keberadaannya melalui Twitter. Bahkan situs AsiaDog pun tak bisa selalu diharapkan. Jadi, pelanggan loyal AsiaDog harus rajin memantau akun Twitter resmi restoran hot dog itu. Mau tak mau, mereka pun diajak berburu lokasi restoran berikutnya untuk dapat menikmati panganan favorit tersebut.
Tak hanya mengincar restoran, beberapa pelaku pop up juga menempati tempat lain. Penulis buku memasak Dorie Greenspan, bersama putranya Josh, mencoba peruntungan menjual kue kering di sebuah salon. Beberapa orang menanyakan kebijakan menjual makanan di dalam salon.
Namun, ibu-anak ini menjamin kue tersebut dikemas dalam kemasan individual dan dijual saat salon tak beroperasi. Beroperasi enam kali dalam seminggu, keluarga Greenspan meraup keuntungan yang tinggi.
Sri noviarni
(bhr)