Mode Lintas Gender Makin Digemari

Jum'at, 16 Januari 2015 - 09:32 WIB
Mode Lintas Gender Makin Digemari
Mode Lintas Gender Makin Digemari
A A A
Tak ada batas gender untuk mode. Berpakaian unisexmenjadi sesuatu yang telah menembus alam mode sejak popularitas desainer JW Anderson meroket dan busana pria tampil semakin modis dan bisa dikenakan para wanita.

Lihatlah dua musim terakhir koleksi pakaian wanita dan pakaian pria yang ditampilkan di catwalk teranyar spring/summer2015. Pada dasarnya keduanya sama, begitu mengedepankan sisi ringkas dan kesan cerdas. Namun, para wanita yang suka tampil androgyny atau maskulin butuh ide yang lebih baik untuk sumber inspirasi berpakaian unisex ini. Ide-ide menarik dari pekan mode khusus busana pria pun bisa jadi salah satu barometernya.

Pada koleksi busana pria yang ditampilkan di London, Matthew Miller mempertunjukkan koleksi yang merupakan cara cerdas mengenakan biker jacketdan tunik berumbai. “Siapa pun pasti ingin salah satu dari potongan tunik ini. Busana transgender yang simpel dan ringkas,” tulis Jessica Bumpus. Simpel dan ringkas, tapi tetap mengedepankan kemodisan berpakaian, itulah benang merah mode lintas gender mengambil perhatian para wanita yang suka berpenampilan boyish.

Seperti diketahui, para pria berbelanja dengan cara yang berbeda dengan wanita, mungkin hanya setahun sekali atau lebih bila itu merupakan perkiraan lain. Selain itu, desain selalu memiliki masa umur yang panjang, di mana ada klasisme dan kepraktisan. Desain yang lintas gender ini akhirnya juga mengambil wanita sebagai fokus pasarnya.

Wanita lebih sering berbelanja selain juga wanita bekerja dan sebagian yang menyukai kepraktisan begitu terkesan memakai pakaian lintas gender sebagai signature style hariannya. Apa yang terlihat di catwalk pakaian pria kini juga menjadi lebih dari satu petunjuk untuk sesuatu yang diharapkan dari pakaian wanita untuk ke depannya. Nada mode 70-an terutama muncul menjadi napas pakaian pria yang kita bisa lihat pada musim lalu, yakni musim semi/panas 2015.

Sementara dari segi warna, mode lintas gender masih identik dengan warna-warna yang mencerminkan sisi maskulinitas seorang pria. Sebuah warna yang masih mendikte pakaian androgyny dengan palet cenderung gelap. Ke depannya, ciri palet gelap tampak bisa bergeser ke arah warna yang lebih hidup untuk dikenakan wanita. Bila melihat pergerakan mode lintas gender pada abad ke-21, busana unisex telah menetapkan dirinya sebagai sebuah tren yang ada di sini untuk tetap ada.

“Pakaian unisex terus mendapatkan pangsa pasar, namun ada beberapa merek ritel besar tertentu masih enggan untuk pindah ke busana lintas gender,” tulis Emilie Riis, kontributor mode dari huffpost lifestyle. Dalam dekade terakhir estetika gender telah menyusup ke dunia mode lini depan. Lima tahun yang lalu Prada mengirimkan model laki-laki mereka di catwalkdalam tampilan rok.

Begitu juga label Gucci. Sekarang, makin banyak desainer kelas atas yang membuat lini unisex hingga membuka jalan bagi pendekatan mode yang lebih baru dengan landasan ekspresi lintas gender. Di Indonesia, beberapa label telah mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari mode yang terinspirasi lintas gender.

Sebutlah label Ardistia New York yang cenderung memasukkan busana bergaris rancang androgyny untuk para wanita. Label ISIS yang digawangi oleh Andrea Risjad dan Amot Syamsuri juga kerap mengambil sisi desain lintas gender untuk busana ready-to-wear mereka.

Tampilan lainnya bahkan juga telah masuk di red carpet. Baru-baru ini kita bisa melihat betapa chicdan sophisticated-nya penyanyi Lorde mengenakan black trouser suit rancangan Narciso Rodriguez dan begitu mendapat pujian para mode police. Berpakaian dengan cara androgyny seperti yang dilakukan Lorde mengesankan kekuatan sisi seorang wanita yang chicdalam jas dan siluet maskulin.

Dyah ayu pamela
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4572 seconds (0.1#10.140)