Anak Baik Dunia Musik
A
A
A
EDS heeran dan Taylor Swift berhasil mematahkan anggapan bahwa menjadi anak baik tidak akan berhasil di dunia musik. Saat ini mereka menjadi musisi yang paling bersinar dan beruntung.
Jadi anak baik di dunia musik memang susah dan banyak musuhnya. Ed Sheeran misalnya. Dia tidak pernah sekalipun memiliki masalah dengan pentolan Oasis, Noel Galagher. Hanya, beberapa waktu lalu pencipta lagu Wonderwalltersebut mengkritik habis penyanyi kelahiran 17 Februari 1991 tersebut.
“Saya tidak bisa percaya saya tinggal di sebuah kota di mana penyanyi pop polesan mengadakan konser,” keluh Noel. Alih-alih marah, Ed Sheeran justru langsung mengirimkan pesan pendek ke Noel secepatnya. Dia malah menawarkan tiket kepada Noel Galagher untuk hadir di konsernya. Rupanya upaya Ed Sheeran menyentuh hati Noel Galagher yang terkenal keras tersebut.
Tawaran tersebut pun diterima. “Dasar anak baik, saya tidak mau, tapi anak saya pasti sangat mau,” jawab Noel Galagher lewat pesan pendek. Bukan sekali itu Ed Sheeran berlaku baik menjawab kritikan. Noel Galagher bukanlah orang pertama berlidah tajam kepada dirinya. Sebelumnya jurnalis berpengaruh asal Inggris pernah menulis lewat Twitterbahwa dia akan melempar anaknya ke kanal.
“Jika mereka bilang ke saya kalau mereka menyukai Ed Sheeran,” tulisnya. Seperti kepada Noel Galagher, Ed Sheeran pun melakukan cara yang hampir sama. Dia mengirimkan beberapa gambar dengan tema kasih sayang buat Caitlin Moran. Dia juga mengirimkan beberapa makanan dan minuman buat wartawan The Timestersebut. Menjadi anak baik memang jadi dilema di dunia musik.
Tanya saja Taylor Swift yang punya banyak musuh karena dianggap terlalu sopan dan baik untuk ukuran penyanyi perempuan. Padahal, anak baik di dunia musik menyimpan potensi yang sangat besar. Bahkan, bisa dibilang cara yang tepat untuk sukses di dunia musik. Eric Clarke Professor bidang musik dari Oxford University mengatakan citra anak baik hingga the boy next doorjustru membuat Ed Sheeran menjadi figur yang tidak tersentuh.
Dia seperti anak-anak muda kebanyakan yang tumbuh dengan natural. “Dia memang tidak tampan, tapi dia sangat sempurna untuk ukuran anak baikbaik. Lagu-lagunya pun sangat merefleksikan kehidupan. Contohnya Thinking Out Loudyang menceritakan hubungan cinta dan perjalanan usia,” ujar Eric Clarke. Dalam buku Faking It: The Quest for Authenticity in Popular Music, ada tiga jenis autentisitas yang biasa dilakukan para musisi.
Pertama, cultural authenticity, yakni musisi menunjukkan segala tingkah lakunya sesuai dengan kebudayaan yang dia miliki. Kedua, personal authenticityatau menjadi diri sendiri dan ketiga representational authenticity,di sini musisi cenderung menjadi orang lain menyesuaikan dengan musik yang dia buat. Menurut penulis buku tersebut, Hugh Barker, personal authenticitydan cultural authenticitymenjadi autentisitas yang usang di dunia musik saat ini.
Dengan mengglobalnya pasar musik, para musisi seakan dituntut tampil berbeda dari dirinya. “Akibatnya autentisitas pribadi seakan jadi hal yang mahal saat ini. Padahal, autentisitas pribadi justru membuat masyarakat tidak merasa asing dengan musisi tersebut,” ujarnya. Jadi, anak-anak baik menurut Hugh Barker tetap merupakan salah satu bagian dari sukses.
Menurut dia, hal tersebut juga harus didukung oleh bakat dan kemampuan bisnis yang baik. Inilah mengapa Ed Sheeran dan Taylor Swift merupakan musisi yang paling banyak meraih keuntungan saat ini. Meskipun ada juga yang menganggap bahwa citra anak baik-baik tersebut merupakan bagian dari representational authenticityyang mereka buat, Ed Sheeran dan Taylor Swift membantahnya dengan cara bersikap jujur pada diri sendiri.
Mereka terus berada di atas karena memiliki kemampuan membuat lagu yang menarik. Album “X” Ed Sheeran merupakan album solo pria terlaris 2014. Album tersebut di tingkat global terjual 1,7 juta keping. Bahkan, diunduh lewat internet sebanyak 430 juta kali. Inilah mengapa menjadi anak baik memang tidak rugi, seperti ungkapan nice guy finish last.
Wahyu sibarani
Jadi anak baik di dunia musik memang susah dan banyak musuhnya. Ed Sheeran misalnya. Dia tidak pernah sekalipun memiliki masalah dengan pentolan Oasis, Noel Galagher. Hanya, beberapa waktu lalu pencipta lagu Wonderwalltersebut mengkritik habis penyanyi kelahiran 17 Februari 1991 tersebut.
“Saya tidak bisa percaya saya tinggal di sebuah kota di mana penyanyi pop polesan mengadakan konser,” keluh Noel. Alih-alih marah, Ed Sheeran justru langsung mengirimkan pesan pendek ke Noel secepatnya. Dia malah menawarkan tiket kepada Noel Galagher untuk hadir di konsernya. Rupanya upaya Ed Sheeran menyentuh hati Noel Galagher yang terkenal keras tersebut.
Tawaran tersebut pun diterima. “Dasar anak baik, saya tidak mau, tapi anak saya pasti sangat mau,” jawab Noel Galagher lewat pesan pendek. Bukan sekali itu Ed Sheeran berlaku baik menjawab kritikan. Noel Galagher bukanlah orang pertama berlidah tajam kepada dirinya. Sebelumnya jurnalis berpengaruh asal Inggris pernah menulis lewat Twitterbahwa dia akan melempar anaknya ke kanal.
“Jika mereka bilang ke saya kalau mereka menyukai Ed Sheeran,” tulisnya. Seperti kepada Noel Galagher, Ed Sheeran pun melakukan cara yang hampir sama. Dia mengirimkan beberapa gambar dengan tema kasih sayang buat Caitlin Moran. Dia juga mengirimkan beberapa makanan dan minuman buat wartawan The Timestersebut. Menjadi anak baik memang jadi dilema di dunia musik.
Tanya saja Taylor Swift yang punya banyak musuh karena dianggap terlalu sopan dan baik untuk ukuran penyanyi perempuan. Padahal, anak baik di dunia musik menyimpan potensi yang sangat besar. Bahkan, bisa dibilang cara yang tepat untuk sukses di dunia musik. Eric Clarke Professor bidang musik dari Oxford University mengatakan citra anak baik hingga the boy next doorjustru membuat Ed Sheeran menjadi figur yang tidak tersentuh.
Dia seperti anak-anak muda kebanyakan yang tumbuh dengan natural. “Dia memang tidak tampan, tapi dia sangat sempurna untuk ukuran anak baikbaik. Lagu-lagunya pun sangat merefleksikan kehidupan. Contohnya Thinking Out Loudyang menceritakan hubungan cinta dan perjalanan usia,” ujar Eric Clarke. Dalam buku Faking It: The Quest for Authenticity in Popular Music, ada tiga jenis autentisitas yang biasa dilakukan para musisi.
Pertama, cultural authenticity, yakni musisi menunjukkan segala tingkah lakunya sesuai dengan kebudayaan yang dia miliki. Kedua, personal authenticityatau menjadi diri sendiri dan ketiga representational authenticity,di sini musisi cenderung menjadi orang lain menyesuaikan dengan musik yang dia buat. Menurut penulis buku tersebut, Hugh Barker, personal authenticitydan cultural authenticitymenjadi autentisitas yang usang di dunia musik saat ini.
Dengan mengglobalnya pasar musik, para musisi seakan dituntut tampil berbeda dari dirinya. “Akibatnya autentisitas pribadi seakan jadi hal yang mahal saat ini. Padahal, autentisitas pribadi justru membuat masyarakat tidak merasa asing dengan musisi tersebut,” ujarnya. Jadi, anak-anak baik menurut Hugh Barker tetap merupakan salah satu bagian dari sukses.
Menurut dia, hal tersebut juga harus didukung oleh bakat dan kemampuan bisnis yang baik. Inilah mengapa Ed Sheeran dan Taylor Swift merupakan musisi yang paling banyak meraih keuntungan saat ini. Meskipun ada juga yang menganggap bahwa citra anak baik-baik tersebut merupakan bagian dari representational authenticityyang mereka buat, Ed Sheeran dan Taylor Swift membantahnya dengan cara bersikap jujur pada diri sendiri.
Mereka terus berada di atas karena memiliki kemampuan membuat lagu yang menarik. Album “X” Ed Sheeran merupakan album solo pria terlaris 2014. Album tersebut di tingkat global terjual 1,7 juta keping. Bahkan, diunduh lewat internet sebanyak 430 juta kali. Inilah mengapa menjadi anak baik memang tidak rugi, seperti ungkapan nice guy finish last.
Wahyu sibarani
(bbg)