Food Blogger Makin Diincar
A
A
A
SEIRING berkembangnya komunitas kuliner dan penggunaan media sosial dan blog, food blogger menjadi pekerjaan yang menggiurkan dan diincar banyak pengusaha makanan. Berbagai keuntungan pun bisa diperoleh dengan menggeluti aktivitas ini.
Food blogger adalah sebutan bagi mereka yang mengisi blognya dengan ulasan tentang makanan atau tempat makan, mulai jajanan warung, kafe, hingga restoran yang tersedia di hotel. Bagi kebanyakan orang, menjadi food blogger sangat menyenangkan karena terkesan kerjanya hanya makan-makan dan bisa menikmatinya secara gratis. Padahal, menjadi food blogger juga tak mudah.
Menjadi food blogger, artinya mereka harus bisa memberikan panduan atau rekomendasi terpercaya tentang menu makanan atau tempat makanan yang layak dicoba. Artinya lagi, mereka harus paham seperti apa makanan yang enak atau tempat makan serta tempat nongkrong yang nyaman.
Singkat kata, mereka harus punya ketertarikan yang besar atau passion di dunia kuliner. “Sekarang ini restoran banyak sekali, dan food blogger membantu masyarakat atau mereka yang hobi makan untuk memilih menu atau tempat makan yang mana yang menarik,” ujar Mullie Marlina, pemilik blog www.myfunfoodiary.com .
Istilah food blogger memang baru berkembang sejak setahun terakhir meski sebenarnya pelakunya sudah mengulas tentang kuliner sejak 4-5 tahun yang lalu. “Kebanyakan adalah para pekerja yang memang punya dana untuk mencoba makanan yang tidak murah harganya. Mereka jadi food blogger biasanya sebagai penghibur setelah lelah bekerja,” sebut Dian Adi Prasetyo, pemilik situs www.tukangmakan.com .
Ya, awalnya para food blogger memang menulis dan mengunjungi tempat makan dengan modal mereka sendiri. Mereka akan mengunjungi restoran, dan jika makanan itu enak, akan mereka tulis di blog untuk disebarkan kepada pembacanya. Namun, dengan semakin berkembangnya food blogger dan industri kuliner di Indonesia, banyak restoran atau produsen makanan yang memakai jasa food blogger untuk mempromosikan makanan mereka.
Food blogger dirasa lebih bisa menarik minat masyarakat oleh para pemilik restoran dan produsen makanan karena hasil ulasan mereka terasa nyata dan tidak dibuat-buat. Bahasa yang menarik dan mudah dicerna oleh masyarakat, foto dengan angle yang membuat makanan jadi makin menggiurkan, membuat masyarakat lebih memilih untuk membaca blog makanan sebagai bahan referensi mereka.
Ditambah, promosi dari mulut ke mulut memang lebih dipercaya dibandingkan dengan media lainnya. Menurut Aline Chandra, pemilik blog www.aline-aline-aline.blogspot.com , tidak ada perbedaan yang sangat signifikan antara food blogger independen dengan food blogger yang memang bekerja sama dengan restoran.
“Perbedaan yang mendasar hanya dari segi cara beriklan. Food blogger akan lebih menekankan pada makanan yang ditawarkan oleh restoran tersebut sehingga masyarakat tertarik untuk mencobanya,” ujar Aline.
Jika bekerja sama dengan sebuah restoran, food blogger biasanya diminta untuk mencicipi makanan yang memang menjadi unggulan di restoran tersebut. “Mereka akan meminta pendapat food blogger jika ada kekurangan yang harus mereka perbaiki. Biasanya yang mengundang adalah restoran-restoran yang baru buka sehingga masyarakat bisa mengetahui menu dan rasa di restoran tersebut,” sebut Mullie.
Menjadi food blogger , tentu saja banyak pengalaman dan keuntungan yang didapat Mullie, Adi, dan Aline. Mulai dari wisata kuliner gratis hingga bisa mencicipi menu buatan para chef terkenal. “Saya pernah diminta oleh sebuah majalah untuk menjadi kontributor yang mengeksplorasi makanan, dan dalam sebulan saya bisa pergi ke 35 tempat di daerah Semarang. Itu luar biasa karena saya bisa tahu keanekaragaman makanan yang ada di sana,” kata Adi yang akrab disapa Didut.
Lain lagi dengan Mullie, yang pernah menjadi bintang tamu di televisi lokal di Jakarta. “Saya dapat hadiah liburan di Bali yang hanya untuk orang-orang tertentu. Selain itu, baru-baru ini saya menjadi bintang tamu di acara televisi, juga interviu dengan beberapa majalah. Itu sama sekali tidak terpikirkan oleh saya,” ceritanya.
Kejadian yang berkesan juga dialami Aline. Dia menceritakan pernah diundang ke acara Jakarta Kuliner Festival, lalu menikmati closing dinner yang dibuat oleh sejumlah chef yang ada di Indonesia. “Yang paling seru saat bisa bertemu dengan orang yang sama-sama hobi makan dan bisa saling bertukar informasi sehingga semakin tahu tentang kuliner,” ujar Aline.
Andari novianti
Food blogger adalah sebutan bagi mereka yang mengisi blognya dengan ulasan tentang makanan atau tempat makan, mulai jajanan warung, kafe, hingga restoran yang tersedia di hotel. Bagi kebanyakan orang, menjadi food blogger sangat menyenangkan karena terkesan kerjanya hanya makan-makan dan bisa menikmatinya secara gratis. Padahal, menjadi food blogger juga tak mudah.
Menjadi food blogger, artinya mereka harus bisa memberikan panduan atau rekomendasi terpercaya tentang menu makanan atau tempat makanan yang layak dicoba. Artinya lagi, mereka harus paham seperti apa makanan yang enak atau tempat makan serta tempat nongkrong yang nyaman.
Singkat kata, mereka harus punya ketertarikan yang besar atau passion di dunia kuliner. “Sekarang ini restoran banyak sekali, dan food blogger membantu masyarakat atau mereka yang hobi makan untuk memilih menu atau tempat makan yang mana yang menarik,” ujar Mullie Marlina, pemilik blog www.myfunfoodiary.com .
Istilah food blogger memang baru berkembang sejak setahun terakhir meski sebenarnya pelakunya sudah mengulas tentang kuliner sejak 4-5 tahun yang lalu. “Kebanyakan adalah para pekerja yang memang punya dana untuk mencoba makanan yang tidak murah harganya. Mereka jadi food blogger biasanya sebagai penghibur setelah lelah bekerja,” sebut Dian Adi Prasetyo, pemilik situs www.tukangmakan.com .
Ya, awalnya para food blogger memang menulis dan mengunjungi tempat makan dengan modal mereka sendiri. Mereka akan mengunjungi restoran, dan jika makanan itu enak, akan mereka tulis di blog untuk disebarkan kepada pembacanya. Namun, dengan semakin berkembangnya food blogger dan industri kuliner di Indonesia, banyak restoran atau produsen makanan yang memakai jasa food blogger untuk mempromosikan makanan mereka.
Food blogger dirasa lebih bisa menarik minat masyarakat oleh para pemilik restoran dan produsen makanan karena hasil ulasan mereka terasa nyata dan tidak dibuat-buat. Bahasa yang menarik dan mudah dicerna oleh masyarakat, foto dengan angle yang membuat makanan jadi makin menggiurkan, membuat masyarakat lebih memilih untuk membaca blog makanan sebagai bahan referensi mereka.
Ditambah, promosi dari mulut ke mulut memang lebih dipercaya dibandingkan dengan media lainnya. Menurut Aline Chandra, pemilik blog www.aline-aline-aline.blogspot.com , tidak ada perbedaan yang sangat signifikan antara food blogger independen dengan food blogger yang memang bekerja sama dengan restoran.
“Perbedaan yang mendasar hanya dari segi cara beriklan. Food blogger akan lebih menekankan pada makanan yang ditawarkan oleh restoran tersebut sehingga masyarakat tertarik untuk mencobanya,” ujar Aline.
Jika bekerja sama dengan sebuah restoran, food blogger biasanya diminta untuk mencicipi makanan yang memang menjadi unggulan di restoran tersebut. “Mereka akan meminta pendapat food blogger jika ada kekurangan yang harus mereka perbaiki. Biasanya yang mengundang adalah restoran-restoran yang baru buka sehingga masyarakat bisa mengetahui menu dan rasa di restoran tersebut,” sebut Mullie.
Menjadi food blogger , tentu saja banyak pengalaman dan keuntungan yang didapat Mullie, Adi, dan Aline. Mulai dari wisata kuliner gratis hingga bisa mencicipi menu buatan para chef terkenal. “Saya pernah diminta oleh sebuah majalah untuk menjadi kontributor yang mengeksplorasi makanan, dan dalam sebulan saya bisa pergi ke 35 tempat di daerah Semarang. Itu luar biasa karena saya bisa tahu keanekaragaman makanan yang ada di sana,” kata Adi yang akrab disapa Didut.
Lain lagi dengan Mullie, yang pernah menjadi bintang tamu di televisi lokal di Jakarta. “Saya dapat hadiah liburan di Bali yang hanya untuk orang-orang tertentu. Selain itu, baru-baru ini saya menjadi bintang tamu di acara televisi, juga interviu dengan beberapa majalah. Itu sama sekali tidak terpikirkan oleh saya,” ceritanya.
Kejadian yang berkesan juga dialami Aline. Dia menceritakan pernah diundang ke acara Jakarta Kuliner Festival, lalu menikmati closing dinner yang dibuat oleh sejumlah chef yang ada di Indonesia. “Yang paling seru saat bisa bertemu dengan orang yang sama-sama hobi makan dan bisa saling bertukar informasi sehingga semakin tahu tentang kuliner,” ujar Aline.
Andari novianti
(ftr)