Pengobatan Telan Biaya Besar

Rabu, 04 Maret 2015 - 13:15 WIB
Pengobatan Telan Biaya...
Pengobatan Telan Biaya Besar
A A A
ALERGI meski dipandang penyakit ringan, faktanya menelan biaya yang cukup besar. Hal ini tersingkap pada acara pembukaan Forum Nasional Sadar Alergi (ForNASA) di Jakarta.

Dipaparkan Dr dr Astrid Sulistomo MPH Sp Ok, anak yang terkena alergi memberikan beban biaya besar baik pada keluarga maupun negara. Sebut saja untuk keperluan pembelian obat, termasuk biaya perawatan pada layanan kesehatan selama kurun waktu enam tahun yang menghabiskan sekitar USD34,6 juta atau sekitar Rp445 miliar.

Tidak berhenti di situ, dampak alergi juga turut memengaruhi kehidupan sosial pasien maupun keluarga. Misalnya saja anak tidak masuk sekolah karena sakit sehingga orang tua tidak bekerja lantaran menemani anaknya, sampai kepercayaan diri yang turun karena munculnya ruam pada kulit. “Itu masalah kualitas hidup, tidak bisa dihitung dengan uang,” ujar dokter dari Kedokteran Komunitas Universitas Indonesia ini.

Sampai sekarang Indonesia belum dapat menghitung efek biaya tidak langsung tersebut. Sementara, dr Astrid bersama dr Zakiudin Munasir mengestimasi biaya penghematan dengan intervensi nutrisi yang bisa dilakukan. Penelitian tersebut dilakukannya pada 2012 silam. “Jadi jika diberi konsumsi susu berhidrolisis, sebagai alternatif untuk alergi susu sapi, maka bisa dilakukan penghematan hingga USD4 juta (Rp51 juta). Belum lagi penurunan angka tanpa kekambuhan alergi selama 38 hari,” kata dr Astrid.

Penelitian juga telah dilakukan di beberapa negara untuk melihat aspek ekonomi yang dihubungkan dengan pencegahan alergi. Hasilnya memperlihatkan bahwa pencegahan primer alergi sedini mungkin mampu menghemat beban ekonomi yang dapat terjadi akibat alergi.

Misalnya saja penelitian di Amerika yang menunjukkan bahwa pencegahan primer terhadap alergi dapat menghemat biaya yang harus ditanggung keluarga berkisar antara USD300-USD700 per anak. Konsep ini tentunya sangat relevan bila diterapkan oleh sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang sudah bergulir sejak 1 Januari 2014. “Tidak hanya mendapatkan keuntungan dari segi ekonomi, pencegahan primer juga membuat kualitas hidup seseorang jadi lebih baik,” kata dr Astrid.
sri noviarni
(bhr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0935 seconds (0.1#10.140)