Film Cinderella Berkuasa di Box Office
A
A
A
LOS ANGELES - Film Cinderella menguasai box office selama akhir pekan. Film garapan Disney itu berhasil meraup USD70,1 juta (Rp926,5 miliar) di kawasan Amerika Serikat (AS) dan USD132 juta (Rp1,7 triliun) secara global.
Adaptasi dongeng klasik itu adalah strategi Walt Disney Studio dalam membuat ulang animasi favorit mereka dalam bentuk live action atau diperankan manusia. Pendekatan sukses dilakukan pada sejumlah film seperti Maleficent dan Alice in Wonderland. Studio itu kini berencana melakukannya pada Dumbo dan Beauty and The Beast.
“Dari sebuah perspektif perusahaan dan perspektif publik, dongeng adalah sebuah bagian DNA kami. Mereka menyadari bahwa Disney melakukanya dengan baik,” ujar Dave Hollis, kepala distribusi Disney, yang dikutip Reuters.
Cinderella dibuka di 3.845 bioskop di Amerika Utara dan memakan USD95 juta untuk produksi. Penonton pada pembukaan itu adalah 68% wanita, 66% keluarga dan 31% di bawah usia 12 tahun.
“Ini adalah karakter protagonis yang kuat dan aspirasional. Kami mengambil bar tinggi yang diraih film animasi klasik dan membangun dari itu. Ini sekarang akan menjadi sesuatu yang melengkapi aslinya,” papar Hollis.
Film ini tidak dibuat dalam bentuk 3D, tapi mendapatkan pendorong yang baik dari format premium lain. Imax mewakili 7% pemasukan Cinderella dan format besar premium menyumbang 8% dari hasil box office.
Cinderella memang tidak bisa menyamai pencapaian debut Alice in Wonderland yang meraup USD161,1 juta pada pembukaannya. Tapi, film ini melampaui raihan Maleficent yang mendapatkan USD69,4 juta pada premiere-nya.
Hasil yang diraih Cinderella ini memang mengesankan. Apalagi—meski menampilkan Cate Blanchett dan Lily James dari Downtown Abbey—film ini tidak menampilkan bintang-bintang sekaliber Johnny Depp atau Angelina Jolie untuk menarik penonton. Film ini juga hanya menelan biaya separuh dari USD200 juta yang biasanya dihabiskan Disney untuk memproduksi fantasi-fantasi seperti ini.
Cinderella juga langsung laris di luar negeri. Dari perkiraan USD62,4 juta pemasukan, USD25 juta dari China. Film ini dibuka di sekitar 60% pasar internasional, termasuk wilayah utama, seperti Rusia, Italia, Meksiko dan Jerman.
Setelah dua pekan berada di belakang hasil box office pada periode yang sama pada 2014, Cinderella membantu mengangkat penjualan tiket domestik lebih dari 16%. Kuncinya adalah memberikan penyegaran untuk segala usia pada pasar yang didominasi film-film dewasa seperti Fifty Shades of Grey dan Focus.
“Box office dipenuhi film-film berating R dan bagi keluarga, Cinderella adalah impian jadi kenyataan. Mereka berada di pinggiran dan menanti akhir pekan ramah keluarga,” papar Paul Dergarabedian.
Popularitas Cinderella ini menyebabkan film petualangan aksi Liam Neeson, Run All Night, harus berjuang keras. Film keluaran Warner Bros. itu hanya meraup USD11 juta (Rp145 miliar) dari 3.171 bioskop. Angka ini lebih rendah dibandingkan penelusuran prarilis yang mengindikasikan debut pada sekitar USD15 juta (Rp198 miliar). Audiens cerita tentang seorang ayah yang melidungi putranya (Joel Kinnamen) dari gerombolan pembunuh bayaran itu 52% wanita dan 86% berusia di atas 25 tahun.
Kepala distribusi domestik Warner Bros. Dan Fellman menyatakan kekagetannya karena film itu menarik lebih banyak wanita ketimbang pria. Dia menambahkan, film itu terlihat lebih baik di Pantai Timur, di kota-kota seperti Washington DC dan New York ketimbang di kawasan Pantai Barat.
Adaptasi dongeng klasik itu adalah strategi Walt Disney Studio dalam membuat ulang animasi favorit mereka dalam bentuk live action atau diperankan manusia. Pendekatan sukses dilakukan pada sejumlah film seperti Maleficent dan Alice in Wonderland. Studio itu kini berencana melakukannya pada Dumbo dan Beauty and The Beast.
“Dari sebuah perspektif perusahaan dan perspektif publik, dongeng adalah sebuah bagian DNA kami. Mereka menyadari bahwa Disney melakukanya dengan baik,” ujar Dave Hollis, kepala distribusi Disney, yang dikutip Reuters.
Cinderella dibuka di 3.845 bioskop di Amerika Utara dan memakan USD95 juta untuk produksi. Penonton pada pembukaan itu adalah 68% wanita, 66% keluarga dan 31% di bawah usia 12 tahun.
“Ini adalah karakter protagonis yang kuat dan aspirasional. Kami mengambil bar tinggi yang diraih film animasi klasik dan membangun dari itu. Ini sekarang akan menjadi sesuatu yang melengkapi aslinya,” papar Hollis.
Film ini tidak dibuat dalam bentuk 3D, tapi mendapatkan pendorong yang baik dari format premium lain. Imax mewakili 7% pemasukan Cinderella dan format besar premium menyumbang 8% dari hasil box office.
Cinderella memang tidak bisa menyamai pencapaian debut Alice in Wonderland yang meraup USD161,1 juta pada pembukaannya. Tapi, film ini melampaui raihan Maleficent yang mendapatkan USD69,4 juta pada premiere-nya.
Hasil yang diraih Cinderella ini memang mengesankan. Apalagi—meski menampilkan Cate Blanchett dan Lily James dari Downtown Abbey—film ini tidak menampilkan bintang-bintang sekaliber Johnny Depp atau Angelina Jolie untuk menarik penonton. Film ini juga hanya menelan biaya separuh dari USD200 juta yang biasanya dihabiskan Disney untuk memproduksi fantasi-fantasi seperti ini.
Cinderella juga langsung laris di luar negeri. Dari perkiraan USD62,4 juta pemasukan, USD25 juta dari China. Film ini dibuka di sekitar 60% pasar internasional, termasuk wilayah utama, seperti Rusia, Italia, Meksiko dan Jerman.
Setelah dua pekan berada di belakang hasil box office pada periode yang sama pada 2014, Cinderella membantu mengangkat penjualan tiket domestik lebih dari 16%. Kuncinya adalah memberikan penyegaran untuk segala usia pada pasar yang didominasi film-film dewasa seperti Fifty Shades of Grey dan Focus.
“Box office dipenuhi film-film berating R dan bagi keluarga, Cinderella adalah impian jadi kenyataan. Mereka berada di pinggiran dan menanti akhir pekan ramah keluarga,” papar Paul Dergarabedian.
Popularitas Cinderella ini menyebabkan film petualangan aksi Liam Neeson, Run All Night, harus berjuang keras. Film keluaran Warner Bros. itu hanya meraup USD11 juta (Rp145 miliar) dari 3.171 bioskop. Angka ini lebih rendah dibandingkan penelusuran prarilis yang mengindikasikan debut pada sekitar USD15 juta (Rp198 miliar). Audiens cerita tentang seorang ayah yang melidungi putranya (Joel Kinnamen) dari gerombolan pembunuh bayaran itu 52% wanita dan 86% berusia di atas 25 tahun.
Kepala distribusi domestik Warner Bros. Dan Fellman menyatakan kekagetannya karena film itu menarik lebih banyak wanita ketimbang pria. Dia menambahkan, film itu terlihat lebih baik di Pantai Timur, di kota-kota seperti Washington DC dan New York ketimbang di kawasan Pantai Barat.
(alv)