Batasi Penggunaan Teknologi Pada Anak
A
A
A
Dewi Lestari mengaku membatasi penggunaan smartphone bagi anak-anaknya yang masih berusia 5 tahun dan 10 tahun.
Dee—sapaan akrabnya—, menganggap saat ini masih belum terlalu perlu untuk membekali anak dengan gadget ketika ke sekolah. Sebab kepentingan anaknya masih sebatas sekolah dan rumah. Sementara pemakaian gadget hanya sebagai alat bantu komunikasi saja. “Sebenarnya tidak melarang sepenuhnya anakanak saya menggunakan gadget, tapi saat ini masih kami batasi,” ungkapnya.
”Biasanya saya memberikan waktu sehari berapa jam. Kalau weekend bisa lebih lama sedikit. Tapi itu pun dengan syarat mereka harus melakukan kewajibannya seperti belajar atau main piano terlebih dahulu,” ungkapnya Sebagai ibu sekaligus pekerja, Dee ingin melihat perkembangan anak-anaknya secara baik. Dengan membatasi penggunaan perangkat digital, diharapkan dapat membantu perkembangan psikologis anak dengan baik.
Anak yang sudah terlalu adiktif dengan gadget, menurut Dee secara psikologis cenderung pendiam karena lebih asik dengan dunianya sendiri. ”Gadget sebagaimana terjemahannya adalah alat. Jadi, pada prinsipnya kita menggunakan alat untuk segala sesuatu yang bermanfaat. Tapi, jangan sampai diperbudak,” katanya. ”Sebisa mungkin saya memakai gadget seperlunya. Termasuk untuk bekerja,” ia menambahkan.
Dee sendiri bukan termasuk orang yang suka bergonta-ganti “alat”. Jika masih berfungsi dengan baik, tidak akan diganti. Berbeda jika memang tuntutan pekerjaan mengharuskannya mengganti dengan teknologi lebih baru.
Binti mufarida
Dee—sapaan akrabnya—, menganggap saat ini masih belum terlalu perlu untuk membekali anak dengan gadget ketika ke sekolah. Sebab kepentingan anaknya masih sebatas sekolah dan rumah. Sementara pemakaian gadget hanya sebagai alat bantu komunikasi saja. “Sebenarnya tidak melarang sepenuhnya anakanak saya menggunakan gadget, tapi saat ini masih kami batasi,” ungkapnya.
”Biasanya saya memberikan waktu sehari berapa jam. Kalau weekend bisa lebih lama sedikit. Tapi itu pun dengan syarat mereka harus melakukan kewajibannya seperti belajar atau main piano terlebih dahulu,” ungkapnya Sebagai ibu sekaligus pekerja, Dee ingin melihat perkembangan anak-anaknya secara baik. Dengan membatasi penggunaan perangkat digital, diharapkan dapat membantu perkembangan psikologis anak dengan baik.
Anak yang sudah terlalu adiktif dengan gadget, menurut Dee secara psikologis cenderung pendiam karena lebih asik dengan dunianya sendiri. ”Gadget sebagaimana terjemahannya adalah alat. Jadi, pada prinsipnya kita menggunakan alat untuk segala sesuatu yang bermanfaat. Tapi, jangan sampai diperbudak,” katanya. ”Sebisa mungkin saya memakai gadget seperlunya. Termasuk untuk bekerja,” ia menambahkan.
Dee sendiri bukan termasuk orang yang suka bergonta-ganti “alat”. Jika masih berfungsi dengan baik, tidak akan diganti. Berbeda jika memang tuntutan pekerjaan mengharuskannya mengganti dengan teknologi lebih baru.
Binti mufarida
(ars)