Tanamkan Karakter Hidup Sehat
A
A
A
PENGAJARAN hidup bersih dan sehat paling tepat dilakukan sejak dini, bisa dimulai saat anak-anak sekolah dasar. Namun, kesadaran hidup bersih ternyata belum maksimal disampaikan di sekolah.
Pentingnya gaya hidup bersih dan sehat bahkan masih belum dipahami oleh para guru. Sejak delapan tahun lalu, melalui program Aku Anak Sehat bertajuk “Membangun Karakter Hidup Bersih dan Mandiri”, Tupperware berusaha memberikan edukasi terkait pentingnya gaya hidup sehat, terutama di sekolah.
“Anak usia sekolah merupakan kelompok umur yang rawan terhadap masalah kesehatan. Padahal, kondisi kesehatan sangat berpengaruh pada pencapaian prestasi. Oleh karena itu, sangat penting menanamkannya sejak usia dini,” ungkap Nurlalila Hidayati, senior marketing PT Tupperware Indonesia.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menanamkan gaya hidup sehat bagi anak bisa dimulai dengan menyiapkan bekal makanan untuk anak ke sekolah. Anjuran ini didasari oleh hasil survei yang dilakukan Badan POM pada 9 Desember 2010 yang menunjukkan bahwa pangan yang berasal dari jajanan sekolah menjadi salah satu penyebab kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan.
Membawa bekal untuk anak dilakukan agar anak terlatih untuk tidak jajan sembarangan di sekolah. Selain itu, orang tua dan guru dapat mengontrol asupan gizi dan menjamin kebersihan makanan yang dikonsumsi anak.
“Orang tua dan guru memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter hidup bersih, sehat, dan mandiri pada anak karena merekalah orang terdekat yang dijadikan contoh oleh anak-anak,” ujar Rose Mini A PM Psi yang turut hadir dalam seminar bertajuk Aku Anak Sehat pada Sabtu (28/3).
Menurut Rose Mini atau yang akrab disapa Bunda Romi, agar anak tertarik menerapkan gaya hidup bersih dan sehat guru serta orang tua dapat memberikan contoh terkecil, seperti membuang sampah pada tempatnya, membiasakan mencuci tangan setelah aktivitas, serta membawa bekal makanan ke sekolah.
Selain memberi contoh, guru juga perlu menjelaskan kepada siswa mengenai manfaat dan pentingnya gaya hidup bersih serta sehat tersebut. “Pola hidup sehat itu dimulai dari kita sendiri, terutama di sekolah. Sebab, pendidikan dan kesehatan memiliki hubungan dan saling berkaitan,” tambah Drs Momon Suleman Msi selaku perwakilan Diknas Provinsi DKI Jakarta.
Menurut dia, edukasi pola hidup bersih dan sehat perlu digalakkan bersama-sama terutama di sekolah dengan tujuan memperluas wawasan para guru, meningkatkan semangat dan produktivitas kerja para pengajar, serta memperlancar komunikasi yang efektif.
Dalam Undang-Undang No 36/2009 Pasal 79 tentang Kesehatan menjelaskan bahwa untuk meningkatkan kemampuan hidup peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar tumbuh dan berkembang secara harmonis dan setinggitingginya sehingga diharapkan dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Selain itu, perlu didukung oleh kegiatan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) di sekolah. Ruang lingkup dan tujuan UKS tidak lain mengarah pada praktik hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah.
Karena sekolah terdiri atas sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran sebagai hasil pembelajaran sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Beberapa indikator pola hidup bersih yang dapat diterapkan, antara lain membina sarana keteladanan gizi seperti membawa bekal makanan ke sekolah, membina kebersihan perseorangan peserta didik seperti mengajarkan mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas, serta menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya.
Selain memberikan seminar terhadap guru, PT Tupperware Indonesia melakukan kunjungan sekolah dasar di 7 kota besar di Indonesia dengan memberikan satu set wastafel dan 2 set tempat sampah basah serta kering, dan edukasi dalam bentuk poster berupa imbauan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah.
Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam menggalakkan pendidikan sehat di lingkungan sekolah. “Sehat merupakan hak asasi manusia dan investasi pembangunan.,” ujar Theresia Irawati SKM M Kes, dari Pusat Promosi Kesehatan Kementrian Kesehatan.
Larissa huda
Pentingnya gaya hidup bersih dan sehat bahkan masih belum dipahami oleh para guru. Sejak delapan tahun lalu, melalui program Aku Anak Sehat bertajuk “Membangun Karakter Hidup Bersih dan Mandiri”, Tupperware berusaha memberikan edukasi terkait pentingnya gaya hidup sehat, terutama di sekolah.
“Anak usia sekolah merupakan kelompok umur yang rawan terhadap masalah kesehatan. Padahal, kondisi kesehatan sangat berpengaruh pada pencapaian prestasi. Oleh karena itu, sangat penting menanamkannya sejak usia dini,” ungkap Nurlalila Hidayati, senior marketing PT Tupperware Indonesia.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menanamkan gaya hidup sehat bagi anak bisa dimulai dengan menyiapkan bekal makanan untuk anak ke sekolah. Anjuran ini didasari oleh hasil survei yang dilakukan Badan POM pada 9 Desember 2010 yang menunjukkan bahwa pangan yang berasal dari jajanan sekolah menjadi salah satu penyebab kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan.
Membawa bekal untuk anak dilakukan agar anak terlatih untuk tidak jajan sembarangan di sekolah. Selain itu, orang tua dan guru dapat mengontrol asupan gizi dan menjamin kebersihan makanan yang dikonsumsi anak.
“Orang tua dan guru memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter hidup bersih, sehat, dan mandiri pada anak karena merekalah orang terdekat yang dijadikan contoh oleh anak-anak,” ujar Rose Mini A PM Psi yang turut hadir dalam seminar bertajuk Aku Anak Sehat pada Sabtu (28/3).
Menurut Rose Mini atau yang akrab disapa Bunda Romi, agar anak tertarik menerapkan gaya hidup bersih dan sehat guru serta orang tua dapat memberikan contoh terkecil, seperti membuang sampah pada tempatnya, membiasakan mencuci tangan setelah aktivitas, serta membawa bekal makanan ke sekolah.
Selain memberi contoh, guru juga perlu menjelaskan kepada siswa mengenai manfaat dan pentingnya gaya hidup bersih serta sehat tersebut. “Pola hidup sehat itu dimulai dari kita sendiri, terutama di sekolah. Sebab, pendidikan dan kesehatan memiliki hubungan dan saling berkaitan,” tambah Drs Momon Suleman Msi selaku perwakilan Diknas Provinsi DKI Jakarta.
Menurut dia, edukasi pola hidup bersih dan sehat perlu digalakkan bersama-sama terutama di sekolah dengan tujuan memperluas wawasan para guru, meningkatkan semangat dan produktivitas kerja para pengajar, serta memperlancar komunikasi yang efektif.
Dalam Undang-Undang No 36/2009 Pasal 79 tentang Kesehatan menjelaskan bahwa untuk meningkatkan kemampuan hidup peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar tumbuh dan berkembang secara harmonis dan setinggitingginya sehingga diharapkan dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas.
Selain itu, perlu didukung oleh kegiatan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) di sekolah. Ruang lingkup dan tujuan UKS tidak lain mengarah pada praktik hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah.
Karena sekolah terdiri atas sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran sebagai hasil pembelajaran sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Beberapa indikator pola hidup bersih yang dapat diterapkan, antara lain membina sarana keteladanan gizi seperti membawa bekal makanan ke sekolah, membina kebersihan perseorangan peserta didik seperti mengajarkan mencuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas, serta menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya.
Selain memberikan seminar terhadap guru, PT Tupperware Indonesia melakukan kunjungan sekolah dasar di 7 kota besar di Indonesia dengan memberikan satu set wastafel dan 2 set tempat sampah basah serta kering, dan edukasi dalam bentuk poster berupa imbauan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah.
Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam menggalakkan pendidikan sehat di lingkungan sekolah. “Sehat merupakan hak asasi manusia dan investasi pembangunan.,” ujar Theresia Irawati SKM M Kes, dari Pusat Promosi Kesehatan Kementrian Kesehatan.
Larissa huda
(ftr)