Garam Berlebih pada Makanan Olahan

Rabu, 08 April 2015 - 10:06 WIB
Garam Berlebih pada...
Garam Berlebih pada Makanan Olahan
A A A
GARAM sering digunakan sebagai penyedap makanan. Namun, banyak makanan olahan yang mengandung garam berlebih yang bisa membahayakan kesehatan.

Ironisnya, kandungan garam yang tinggi ditemukan pada makanan populer seperti pizza, pasta, dan daging olahan. Sebagaimana yang dilansir dalam situs ABC News , peneliti dari Centers for Disease Control and Prevention, telah menguji kandungan natrium.

Mereka menemukan kadar garam tertinggi justru terdapat dalam makanan populer bagi masyarakat, seperti pizza, pasta, dan daging. Jumlah garam mendekati 75% dari ambang batas natrium (zat yang terkandung dalam garam) yang dianjurkan. Selain itu, lebih dari setengah cold cuts (semacam daging cepat saji), sup, dan sandwich atau roti isi mengandung kelebihan natrium. Peneliti telah mengamati sekitar 4.000 label produk di tiga daerah yang berbeda di Amerika Serikat.

Hasil penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Preventing Chronic Disease. Makanan akan dianggap sehat oleh Food and Drug Administration harus mengandung kurang dari 600 miligram natrium tiap penyajian atau kurang dari 480 miligram natrium dalam tiap penyajian makan per orang, yang artinya hanya berjumlah kurang dari seperempat sendok teh garam. Kandungan garam berlebih akan menyebabkan hipertensi atau tekanan darah tinggi.

“Hal terpenting yang perlu diketahui konsumen adalah mereka harus memperhatikan, membandingkan, serta memilih kadar natrium terendah yang terdapat pada setiap label produk makanan pada setiap pembelian,” ujar Linda Schieb, pemimpin penelitian ini. Schieb mengatakan, penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kondisi saat ini sulit bagi masyarakat untuk mengontrol asupan sodium mereka karena sudah terkandung dalam makanan tersebut. Schieb terkejut dengan hasil penelitian ini.

Selain itu, dia menambahkan bahwa makanan dengan kandungan sodium tinggi menjadi lazim di setiap daerah yang diteliti. Namun, tidak semua peneliti terkejut atas temuan ini. Keith Ayoob, ahli pola makan sekaligus profesor klinis asosiasi di Albert Einstein College of Medicine di New York City, mengatakan bahwa temuan sementara penting, harus diberlakukan sesuai konteks bergantung pada risiko kesehatan individu terhadap kandungan sodium atau natrium.

“Orang-orang hanya perlu membuat catatan kapan seharusnya mereka menggunakan asupan sodium mereka,” ujar Keith Ayoob. “Dengan memberikan edukasi yang lebih baik dan perlahan mengurangi asupan garam akan menjadi cara untuk menghindari dampak buruknya,” tambah Keith. Pembatasan natrium terus menjadi hal prioritas yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

Mereka menyarankan agar membatasi asupan natrium dalam makanan olahan bisa menjadi cara yang baik untuk memulai hidup sehat yang mana mereka telah mencatat bahwa orang Amerika saat ini mengonsumsi lebih dari tiga perempat sodium dari jenis ini. “Kami bekerja sama dengan Food and Drug Administration (FDA) dan United States Department of Agriculture (USDA)untuk memberikan pedoman bagi produsen untuk mengurangi kadar sodium produk mereka,” kata Schieb.

Adapun keterbatasan penelitian ini hanya meliputi fakta bahwa database yang digunakan untuk mencatat kandungan natrium dalam makanan tidak mencakup semua toko di Amerika Serikat. Selain itu, database ini memberikan informasi hanya pada penjualan makanan dengan jumlah tinggi natrium, bukan berdasarkan konsumsi per individu.

Dr Shawn Shawn, seorang dokter dari ABC News Medical Unit mengungkapkan, meskipun beberapa produk makanan mengandung kandungan sodium yang tidak menyehatkan, konsumen bisa menemukan beberapa cara untuk mendapatkan asupan garam yang tepat untuk diet seimbang. Kuncinya adalah memperhatikan label makanan ketika akan mengonsumsi produk makanan tersebut.

Larissa huda
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0756 seconds (0.1#10.140)