WHO Peringatkan Penyalahgunaan Operasi Caesar
A
A
A
JENEWA - Badan Kesehatan Dunia (WHO) peringatkan penyalahgunaan operasi caesar. Sebab, praktik operasi kelahiran bayi atau operasi caesar meningkat di seluruh dunia. Peningkatan ini terjadi di negara-negara pendapatan tinggi dan menengah.
Dilansir dari VOA, WHO merasa prihatin dengan penyalahgunaan operasi penting ini. Operasi caesar yang dilakukan tanpa keperluan medis, dapat berisiko ibu dan bayi menghadapi masalah-masalah kesehatan jangka pendek dan panjang.
Direktur Departemen Kesehatan dan Riset Reproduksi WHO, Marleen Temmerman menjelaskan, bahwa operasi caesar secara umum merupakan tindakan yang aman, namun risiko-risiko kesehatan tetap ada. Peluang terjadinya komplikasi tidaklah tinggi, namun risiko, kematian dapat terjadi.
“Ada komplikasi-komplikasi mengancam nyawa akibat pendarahan, sebagian besar, tapi juga komplikasi-komplikasi lain seperti risiko-risiko thromboembolic lebih tinggi setelah operasi dibandingkan kelahiran normal,” ujar Temmerman.
Operasi ini ditujukan ketika kelahiran normal berisiko terhadap ibu atau bayinya. Misalnya karena proses kelahiran yang terlalu lama, kesulitan pada janin, atau karena bayi ada di posisi abnormal.
Temmerman menjelaskan, ia prihatin atas peningkatan besar jumlah operasi caesar yang tidak perlu di negara-negara berkembang maupun maju. Ia mengatakan isu gaya hidup mendorong epidemi operasi caesar ini.
“Bagi seorang dokter kandungan sebetulnya lebih mudah untuk melakukan operasi caesar kadang-kadang karena dapat mengatur jadwalnya. Tidak ada stress, tugas malam-malam, tidak ada panggilan darurat atau kesulitan pada janin, pendarahan atau apapun, jadi hidupnya menjadi lebih baik,” ujarnya.
Dilansir dari VOA, WHO merasa prihatin dengan penyalahgunaan operasi penting ini. Operasi caesar yang dilakukan tanpa keperluan medis, dapat berisiko ibu dan bayi menghadapi masalah-masalah kesehatan jangka pendek dan panjang.
Direktur Departemen Kesehatan dan Riset Reproduksi WHO, Marleen Temmerman menjelaskan, bahwa operasi caesar secara umum merupakan tindakan yang aman, namun risiko-risiko kesehatan tetap ada. Peluang terjadinya komplikasi tidaklah tinggi, namun risiko, kematian dapat terjadi.
“Ada komplikasi-komplikasi mengancam nyawa akibat pendarahan, sebagian besar, tapi juga komplikasi-komplikasi lain seperti risiko-risiko thromboembolic lebih tinggi setelah operasi dibandingkan kelahiran normal,” ujar Temmerman.
Operasi ini ditujukan ketika kelahiran normal berisiko terhadap ibu atau bayinya. Misalnya karena proses kelahiran yang terlalu lama, kesulitan pada janin, atau karena bayi ada di posisi abnormal.
Temmerman menjelaskan, ia prihatin atas peningkatan besar jumlah operasi caesar yang tidak perlu di negara-negara berkembang maupun maju. Ia mengatakan isu gaya hidup mendorong epidemi operasi caesar ini.
“Bagi seorang dokter kandungan sebetulnya lebih mudah untuk melakukan operasi caesar kadang-kadang karena dapat mengatur jadwalnya. Tidak ada stress, tugas malam-malam, tidak ada panggilan darurat atau kesulitan pada janin, pendarahan atau apapun, jadi hidupnya menjadi lebih baik,” ujarnya.
(nfl)