Melawan Citra Buruk

Sabtu, 18 April 2015 - 10:29 WIB
Melawan Citra Buruk
Melawan Citra Buruk
A A A
The Duff adalah cerita dunia remaja yang identik dengan masalah bullying, popularitas, eksistensi di dunia maya, dan penerimaan diri. Menarik dan tidak klise. Bagi para remaja, diberi label DUFF adalah mimpi buruk.

DUFF berarti ”designated ugle fat friend”. Mereka yang dijuluki DUFF biasanya adalah yang penampilannya paling tidak menarik di antara teman satu geng. Dia juga kerap menjadi ”pintu masuk” bagi temanteman lawan jenis yang berusaha mendekati teman gengnya yang lebih cantik atau tampan dan lebih populer.

Bianca (Mae Whitman) awalnya tak sadar kalau dia adalah DUFF di antara para sahabatnya, Jess (Skyler Samuels) yang cantik semampai dan jago desain serta Casey (Bianca A Santos) yang seksi, jago karate, dan peretas andal. Selama menjadi siswa SMA, dia baikbaik saja berteman dengan dua sahabatnya itu.

Sampai suatu ketika teman masa kecilnya yang menyebalkan dan bintang lapangan footballsekolah Wes (Robbie Amell) menyebutnya sebagai DUFF bagi Madison dan Casey. Sontak kepercayaan dirinya runtuh. Bianca langsung reaktif. Merasa dihina, dia lalu memutuskan hubungan persahabatan dengan Bianca dan Casey yang sebenarnya tak tahu apa-apa. Dia juga semakin minder mendekati gebetannya yang jago main gitar, Toby Tucker (Nick Eversman).

Belum lagi hinaan dari murid paling cantik, paling narsis, sekaligus pasangan putus-sambung Wes, Madison (Bella Thorne). Sempat merasa hancur, Bianca pun menyusun rencana untuk ”balas dendam” kepada orang-orang yang menghinakannya. Dari sini, cerita pun menjadi menarik. Kisah tentang tokoh remaja yang teralienasi kerap menjadi topik utama film-film remaja bergenre coming of age.

Film seperti ini biasanya mengisahkan perjuangan seorang remaja pada masa peralihannya menjadi dewasa. Berbeda dengan film remaja kebanyakan, coming of ageadalah film remaja yang penuh perenungan. Nah, The DUFF adalah perpaduan antara dua genre film tersebut. Film yang diangkat dari novel berjudul sama karya Kody Keplinger ini memang tidak ”sedalam” film coming of age, tapijuga tidak seklise film-film remaja kebanyakan. Ada sedikit kejutan dalam film ini.

Yang paling menarik memang adalah tema sekaligus sindiran yang dilempar penulis skenario Josh A Cagan. Dia menyindir remaja-remaja yang terobsesi menjadi terkenal karena terlalu sering menonton program reality showdi televisi. Mereka juga amat gemar menyebar aib seseorang lewat dunia maya tanpa memikirkan konsekuensinya.

Di luar itu, The DUFFmengajak para remaja yang merasa rendah diri atau sulit beradaptasi dengan lingkungan sekolah ”yang kejam” untuk berani stand up, berani menjadi diri sendiri, dan berekspresi sesuai kepribadian mereka yang unik. Alih-alih berusaha menjadi orang lain, Bianca sang DUFF pada akhirnya memutuskan untuk setia pada kepribadiannya yang unik itu.

Terbukti, menjadi diri sendiri melahirkan pesona yang tidak biasa. Dengan gaya bercerita yang tetap menghibur dan khas film remaja, pesan-pesan positif tersebut berhasil diselipkan The DUFF. Memang, di antara cerita yang cukup tidak biasa tersebut, masih ada beberapa klise yang muncul.

Misalnya Madison, tokoh antagonis di sekolah yang lagi-lagi digambarkan sebagai murid paling cantik sekaligus paling menyebalkan. Juga jualan mimpi tentang ”gadis biasa-biasa saja” yang bersanding dengan ”pangeran tampan”. Tapi di luar itu, The DUFF cukup berhasil sebagai film remaja yang tidak murahan. Bukan film yang istimewa, melainkan bisa menonjol di antara film-film remaja kebanyakan.

Herita endriana
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6167 seconds (0.1#10.140)