Obesitas Pra-Kehamilan, Anak berisiko ADHD

Selasa, 05 Mei 2015 - 09:22 WIB
Obesitas Pra-Kehamilan,...
Obesitas Pra-Kehamilan, Anak berisiko ADHD
A A A
Masalah kesehatan ibu, baik itu saat hamil maupun pra-kehamilan dapat memengaruhi kondisi anak saat lahir nanti. Ibu yang obesitas pra-kehamilan ternyata berisiko melahirkan anak dengan ADHD.

Berdasarkan penelitian yang dilansir situs Healthday , anak-anak yang ibunya yang sangat gemuk sebelum dan menjelang proses kehamilan mungkin menghadapi peningkatan risiko masalah emosional dan perilaku pada mereka. Para peneliti di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menemukan, ketika ibu yang sangat obesitas atau obesitas yang berlebihan sebelum hamil, anak-anak mereka lebih mungkin untuk memiliki masalah seperti gangguan attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD) dan akan mengalami keterlambatan perkembangan pada usia 6 tahun.

Meskipun begitu, Laura Schieve, seorang ahli epidemiologi di CDC mengungkapkan, temuan tersebut tidak membuktikan secara signifikan bahwa obesitas pada ibu yang harus disalahkan. Namun, ada hubungan yang kuat dan konsisten antara “berat badan sebelum hamil dan perkembangan anak-anak”. Bahkan dengan faktor-faktor lain, seperti pendidikan dan pendapatan keluarga juga dapat diperhitungkan.

“Ini menggarisbawahi pentingnya rekomendasi bahwa perempuan untuk mempertahankan gaya hidup sehat dan berat badan sebelum hamil,” kata Schieve. Penelitian ini dipublikasikan secara online pada 27 April dan dalam edisi cetak pada Mei dalam jurnal Pediatrics . Hasil temuan ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan pada lebih dari 1.300 pasangan ibu-anak yang turut mengambil bagian dalam studi kesehatan jangka panjang ini.

Ketika anak-anak mereka 6 tahun, ibu menjawab kuesioner tentang perkembangan perilaku dan emosional anak-anak mereka. Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, sebanyak 12% dari ibu-ibu memiliki indeks massa tubuh atau body-mass index (BMI) lebih besar dari 35 sebelum kehamilan. Indeks massa tubuh atau bodymass index (BMI) adalah perkiraan kasar dari lemak tubuh seseorang berdasarkan pengukuran tinggi dan berat badan.

Dalam BMI, 25-29,9 dianggap telah mengalami kelebihan berat badan. Indeks berat badan yang melebihi 30 sudah dikatakan obesitas. Jika angka indeks massa tubuh mencapai lebih dari 35 menandai risiko lebih tinggi penyakit terkait obesitas. Para wanita dengan BMI di atas 35 lebih rentan terhadap masalah.

Dibandingkan ibu dengan berat badan normal, mereka dua kali lebih mungkin untuk mendapatkan anak-anak mereka mengalami kesulitan mengatur emosi, masalah dengan teman-temannya, atau harus melakukan terapi untuk masalah psikologis atau gangguan bicara dan bahasa mereka. Ibu yang sangat obesitas sebelum hamil juga tiga kali lebih mungkin untuk mengatakan, anak mereka telah didiagnosis dengan autisme atau keterlambatan perkembangan, dan empat kali lebih mungkin untuk terdiagnosis menderita ADHD.

Schieve mengatakan, timnya melihat sejumlah faktor yang dapat menjelaskan hubungan antara keduanya, termasuk apakah ibunya merokok selama kehamilan, diabetes yang berhubungan dengan kehamilan, menyusui, menderita post-partum depresi, atau secara teratur membaca untuk anak mereka. “Tapi masih ada hubungan yang jelas antara obesitas maternal dan hasil perkembangan anakanak,” kata Schieve.

Schieve mengakui, meskipun perkembangan anak sangat kompleks dan penelitian ini sangat “menantang” karena memulainya dari sangat awal dan hanya membidik pada faktor tunggal seperti obesitas pada ibu. Brandon Korman, kepala neuropsikologi di Rumah Sakit Nicklaus Anak di Miami, setuju atas pernyataan tersebut. “Sangat sulit untuk menyaring kompleksitas itu,” katanya.

Menurut Korman, penelitian ini tidak dapat menjelaskan beberapa faktor kunci, seperti genetika. Misalnya, gen yang terkait dengan dopamin kimia otak berpotensi menyebabkan obesitas baik ibu dan beberapa isu perkembangan pada anak-anak mereka. Namun, Korman mengatakan, pada intinya mereka sudah meyakini alasan untuk menjaga berat badan yang sehat sebelum kehamilan.

“Bahkan jika kita tidak yakin hal itu, tentu ini akan menyebabkan masalah perkembangan,” ungkap Korman. Menurut US National Institutes of Health, obesitas membawa risiko bagi calon ibu dan bayi. Selain itu, obesitas meningkatkan risiko wanita terkena diabetes terkait kehamilan dan tekanan darah tinggi, dan meningkatkan kemungkinan membutuhkan Csection. Ini juga terkait dengan risiko tinggi dari cacat lahir dan mendapati bayi yang baru lahir dengan ukuran yang besar.

Larissa huda
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8294 seconds (0.1#10.140)