Studi: Ribuan Penyintas Covid-19 Alami Gangguan Pencernaan, Refluks Lambung hingga Sembelit
Kamis, 09 Maret 2023 - 09:35 WIB
JAKARTA - Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan Nature Communication menemukan ribuan orang yang pernah terjangkit atau penyintas Covid-19 pada 2020 mengalami masalah pencernaan seperti refluks asam lambung, kram perut, sembelit, dan diare setelah mereka terinfeksi virus.
Bahkan Dave, seorang penyintas Covid-19 asal Inggris sempat berbagi pengalaman terkait keluhan tersebut dalam sebuah blog tentang long Covid-19. Ia mengatakan, Covid-19 bisa menyebabkan refluks lambung yang cukup kronis.
Akibatnya, Dave mengaku tidak bisa lagi mengonsumsi pizza, bir, kopi, bahkan cokelat. Alasannya karena selalu merasa mual setelah mengonsumsinya. Padahal sebelum terinfeksi dirinya tak pernah mengeluhkan hal itu.
Sebagaimana dilansir Insider, Kamis (9/3/2023) terkait studi yang dipublikasi Nature Communication dijelaskan mereka yang terinfeksi SARS-CoV-2 sekalipun dengan gejala ringan tampak secara signifikan lebih mungkin mengalami masalah perut.
Bahkan, para peneliti membandingkan catatan medis lebih dari 154 ribu veteran AS yang terjangkit Covid-19 dengan sekitar 5,6 juta orang yang tidak terinfeksi virus. Mereka menemukan 9.605 orang yang kena Covid-19 kemudian mengalami masalah yang memengaruhi sistem pencernaan, pankreas, atau hati.
Risiko masalah pencernaan jangka panjang meningkat bagi mereka yang dirawat di rumah sakit dengan gejala Covid-19 yang lebih parah. Rata-rata, orang yang menderita penyakit pandemi itu, 36 persen lebih mungkin mengalami masalah pencernaan jangka panjang dibandingkan dengan mereka yang tidak terinfeksi.
Masalah terkait perut yang paling umum adalah penyakit refluks gastroesofagus (GERD), sejenis refluks asam lambung. Gejala lain yang sering dilaporkan adalah sakit perut, sembelit, dan diare. Akan tetapi, para peneliti belum mengetahui penyebab pasti alasan perut juga terkena dampak Covid-19.
Sementara itu, Dave akhirnya menemui ahli gizi untuk berkonsultasi lebih lanjut tentang bakteri di saluran pencernaannya, yang dikenal sebagai mikrobioma usus. Penelitian telah menemukan bahwa gangguan pada mikrobioma dapat menyebabkan gangguan pencernaan termasuk GERD dan sindrom iritasi usus besar (IBS).
Virus corona dapat mengganggu keseimbangan alami bakteri baik dan buruk dalam usus, membuat penderita Covid-19 berisiko terkena infeksi sekunder, menurut sebuah penelitian terpisah yang diterbitkan di Nature Communications pada November 2022. Namun, para ilmuwan masih mempelajari lebih lanjut tentang dampak Covid-19 terhadap kesehatan usus.
Para peneliti dalam studi terbaru ini berhipotesis bahwa peradangan kronis yang terkait dengan Covid-19 dapat berperan dalam gejala gastrointestinal yang menetap. Ada kemungkinan beberapa fragmen virus tetap berada di saluran pencernaan setelah infeksi awal sembuh, menyebabkan peradangan yang berkelanjutan di lambung dan usus.
Peneliti juga mencatat bahwa lapisan usus kecil mungkin sangat mudah ditembus oleh virus sehingga memungkinkan virus memasuki sistem pencernaan dengan mudah. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami cara virus corona memengaruhi tubuh dalam jangka panjang, dan langkah dokter untuk mengobati gejala long Covid-19.
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
Bahkan Dave, seorang penyintas Covid-19 asal Inggris sempat berbagi pengalaman terkait keluhan tersebut dalam sebuah blog tentang long Covid-19. Ia mengatakan, Covid-19 bisa menyebabkan refluks lambung yang cukup kronis.
Akibatnya, Dave mengaku tidak bisa lagi mengonsumsi pizza, bir, kopi, bahkan cokelat. Alasannya karena selalu merasa mual setelah mengonsumsinya. Padahal sebelum terinfeksi dirinya tak pernah mengeluhkan hal itu.
Sebagaimana dilansir Insider, Kamis (9/3/2023) terkait studi yang dipublikasi Nature Communication dijelaskan mereka yang terinfeksi SARS-CoV-2 sekalipun dengan gejala ringan tampak secara signifikan lebih mungkin mengalami masalah perut.
Bahkan, para peneliti membandingkan catatan medis lebih dari 154 ribu veteran AS yang terjangkit Covid-19 dengan sekitar 5,6 juta orang yang tidak terinfeksi virus. Mereka menemukan 9.605 orang yang kena Covid-19 kemudian mengalami masalah yang memengaruhi sistem pencernaan, pankreas, atau hati.
Risiko masalah pencernaan jangka panjang meningkat bagi mereka yang dirawat di rumah sakit dengan gejala Covid-19 yang lebih parah. Rata-rata, orang yang menderita penyakit pandemi itu, 36 persen lebih mungkin mengalami masalah pencernaan jangka panjang dibandingkan dengan mereka yang tidak terinfeksi.
Masalah terkait perut yang paling umum adalah penyakit refluks gastroesofagus (GERD), sejenis refluks asam lambung. Gejala lain yang sering dilaporkan adalah sakit perut, sembelit, dan diare. Akan tetapi, para peneliti belum mengetahui penyebab pasti alasan perut juga terkena dampak Covid-19.
Sementara itu, Dave akhirnya menemui ahli gizi untuk berkonsultasi lebih lanjut tentang bakteri di saluran pencernaannya, yang dikenal sebagai mikrobioma usus. Penelitian telah menemukan bahwa gangguan pada mikrobioma dapat menyebabkan gangguan pencernaan termasuk GERD dan sindrom iritasi usus besar (IBS).
Virus corona dapat mengganggu keseimbangan alami bakteri baik dan buruk dalam usus, membuat penderita Covid-19 berisiko terkena infeksi sekunder, menurut sebuah penelitian terpisah yang diterbitkan di Nature Communications pada November 2022. Namun, para ilmuwan masih mempelajari lebih lanjut tentang dampak Covid-19 terhadap kesehatan usus.
Para peneliti dalam studi terbaru ini berhipotesis bahwa peradangan kronis yang terkait dengan Covid-19 dapat berperan dalam gejala gastrointestinal yang menetap. Ada kemungkinan beberapa fragmen virus tetap berada di saluran pencernaan setelah infeksi awal sembuh, menyebabkan peradangan yang berkelanjutan di lambung dan usus.
Peneliti juga mencatat bahwa lapisan usus kecil mungkin sangat mudah ditembus oleh virus sehingga memungkinkan virus memasuki sistem pencernaan dengan mudah. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami cara virus corona memengaruhi tubuh dalam jangka panjang, dan langkah dokter untuk mengobati gejala long Covid-19.
Lihat Juga: Viral Mitos Penyakit Mpox Efek dari Vaksin COVID-19, Kemenkes Tegaskan Tak Ada Hubungannya
(hri)
tulis komentar anda